Januar Kuntara tampak tak seperti biasanya. Sejak membela Garuda Bandung dalam dua musim terakhir, garda utama bertinggi 173 sentimeter itu tampil sebagai fasilitator dengan operan-operannya. Namun, di Pacific Caesar 50th Anniversary Pro Tournament, ia merasa dirinya juga berperan sebagai pencetak skor. Apalagi rekannya; Diftha Pratama dan Surliyadin—yang notabene pendulang angka—mengalami cedera. Hans Abraham, garda yang biasa melapisnya, juga mengalami hal yang sama sehingga mau tidak mau Januar perlu menyandang peran yang lebih banyak, yaitu mencetak angka sebanyak yang ia bisa.
Di pertandingan pertama, Januar berhasil membuktikan kemampuannya. Ia mencetak poin terbanyak Garuda dengan 18 poin plus 6 asis, 5 rebound, dan 2 steal ketika mengalahkan Flying Wheel Makassar 93-80 di GOR Pacific Caesar, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 7 Juli 2018.
Sayangnya, Januar tidak berhasil membawa Garuda memenangkan pertandingan kedua dan ketiga. Mereka kalah dari Pacific Caesar Surabaya dan Stapac Jakarta. Ia pun merasa perlu memperbaiki permainannya di pertandingan selanjutnya.
Di luar lapangan, Januar juga menyandang status baru. Setelah menikahi kekasihnya, kini ia mendapatkan seorang buah hati. Ia pun resmi menjadi seorang ayah sejak awal tahun ini sehingga ia perlu menyeimbangkan kehidupannya sebagai atlet dan kepala keluarga.
Mainbasket lantas menemui Januar usai pertandingan Garuda melawan Stapac. Kami membicarakan tentang perkembangan perannya di tim tersebut, juga kehidupannya di luar basket yang ikut mempengaruhi performanya di lapangan.
Halo, Januar, apa kabar?
Halo, baik.
Jan, sepertinya ada yang berbeda dari permainanmu di turnamen ini. Januar yang biasanya menjadi fasilitator sekarang menjadi skorer juga. Merasa seperti itu tidak, sih?
Iya, sih, terasa banget. Soalnya Garuda memang lagi minim pemain juga. Memang, sih, pemain ada tetapi pada cedera. Ada yang tidak fit, terus gimnya juga ketat secara berturut-turut. Kurang pemain Garuda ini.
Januar sendiri siap tidak dengan hal-hal seperti ini?
Siap tidak siap, memang harus siaplah. Basket itu memang harus (mencetak) skor.
Lantas apa yang Januar lakukan supaya selalu siap, terutama di offseason seperti sekarang?
Di offseason ini lagi fokus ke fisik dulu. Bulan ini memang tendensinya ke fisik karena jangka pertandingan IBL juga masih lama. Jadi, kami menguatkan fisik dulu, lalu dua bulan ke depan (melatih) teknik dan individual skill.
Saat ini Garuda juga belum dipimpin oleh Andre Yuwadi yang sedang mengurus timnas putri Indonesia berlatih di Korea Selatan. Sementara ini latihan dipimpin Jerry Lolowang. Apa komentarmu tentang peran dia yang baru ini?
Perannya cukup bagus juga. Coach Jerry intens melakukan komunikasi sama Coach Andre. Jadi, semua latihan dikontrol juga dari jauh.
Oh ya, target musim depan memang apa?
Targetnya lebih dari kemarin. Tahun kemarin kami harusnya bisa ke semifinal, tapi gagal. Jadi, tahun ini harus lebih baik dari kemarin.
Tadi sempat menyinggung IBL masih jauh. Memangnya cukup untuk melatih semua demi mengejar target?
Sebenarnya dari turnamen IBL-nya belum jelas. Preseason maupun kompetisinya belum jelas. Entah pertandingannya kapan. Jadi, coaching staff harus memutar otak lagi. Takutnya, kan, nanti pas lagi masih sibuk menyiapkan sistem di latihan, tiba-tiba jadwal pertandingan muncul. Satu sama lain coaching staff jadi harus berpikir bangetlah.
Di luar basket, Januar juga punya kehidupan lain yang mesti dijalani. Apalagi sekarang punya anak. Bagaimana Januar menerapkan working-life-balance?
Hampir sama saja, sih. Sekarang punya anak jadi lebih semangat mainnya. Jadi, seperti ingin menunjukkan—nanti (ketika) anak saya sudah gede—tahu bapaknya pemain basket.
Sulit tidak, sih, menjadi seorang ayah yang juga seorang atlet? Bagaimanapun Januar harus membagi waktu antara basket dan keluarga.
Yang sulit itu mengatur waktu istirahatnya. Anak, kan, waktu masih bayi itu pasti banyak bangun subuh. Istirahat jadi kurang sementara kami dituntut untuk istirahat minimal tujuh jam. Sekarang paling empat jam, tiga jam.
Lalu, bagaimana Januar membuat keluarga mengerti bahwa dirimu sebagai atlet profesional perlu istirahat sekaligus mengurus istri-anak?
Untungnya istri mengerti itu. Pas si anak bangun subuh-subuh, saya bangun, tahunya istrinya (bilang), “Ya, sudah, tidak usah. Istirahat saja.”
Istri juga lebih care, lebih mengerti saya harus banyak istirahat. Soalnya kalau kurang istriahat nanti rentan cedera.
Oke, terakhir, ada target pribadi tidak untuk tahun ini?
Ingin membawa Garuda lebih baik dari tahun kemarin saja. Sekarang, kan, Garuda mengandalkan kecepatan karena tidak ada bigman yang benar-benar bigman. Sekarang jadi mengandalkan speed sehingga saya perlu terus melatih itu, makanya fisik pun dibenahi.
Foto: Alexander Anggriawan