Pada 1-2 Juli 2018, penggemar basket Indonesia datang ke Gelora Bung Karno Basketball Hall untuk menyaksikan pertandingan Indonesia Para Games Invitational Tournament. Tetapi kali ini bukan basket biasa yang tampil, melainkan Tim Nasional Basket Kursi Roda Indonesia (Wheelchairs Basketball). Ini merupakan penampilan perdana mereka di hadapan masyarakat Indonesia. Karena basket kursi roda terbilang olahraga baru di tanah air. Melihat hasil di dua laga tersebut, mereka yakin mampu bersaing di Indonesia 2018 Asian Para Games, 6-13 Oktober mendatang.
Timnas Basket Kursi Roda Indonesia terbentuk kurang lebih lima bulan yang lalu. Mereka diseleksi dari atlet-atlet difabel atau memiliki keterbatasan fisik di seluruh Indonesia. Meski awalnya bukan atlet basket, tetapi mereka punya kemauan untuk belajar. Di Indonesia sebenarnya punya satu pemain asli basket kursi roda yaitu sang kapten tim, Donald Santoso. Ia sudah pernah bermain olahraga ini di Amerika Serikat.
"Saya asli Indonesia tapi belajar di Amerika Serikat. Tahun lalu, saya kembali ke Indonesia. Saya sudah bermain basket kursi roda selama empat tahun. Di Amerika Serikat saya sempat bermain di kejuaraan antar divisi. Waktu itu di Phoenix Suns," kata Donald.
Keberadaan Donald Santoso membuat tim Indonesia lebih percaya diri. Apalagi, mereka tidak punya banyak waktu untuk berlatih. Sebab pada bulan Maret 2018, mereka harus mengikuti IBWF Central and East Asian Regional Qualifiying Tournament for the Asian Para Games. Ajang yang menjadi kualifikasi untuk tim-tim yang akan tampil di Asian Para Games bulan Oktober mendatang.
Indonesia saat itu kalah. Empat tim yang berhasil lolos yaitu Cina, Thailand, Malaysia dan Taiwan. Tetapi karena berstatus tuan rumah, mereka akhirnya mendapatkan satu tempat. Sementara itu di sektor putri, tidak ada jatah untuk tuan rumah. Sehingga timnas putri tidak akan tampil di Asian Para Games 2018.
Berikut daftar tim yang bertanding di Asian Para Games 2018;
Jelang Asian Para Games, Indonesia mengadakan Ivitation Tournament yang diikuti tiga tim. Selain tuan rumah, ada Malaysia dan Thailand. Kejutan datang di pertandingan pertama, 1 Juni 2018. Indonesia mampu mengalahkan Malaysia dengan skor 54-53. Kemudian di laga kedua, Indonesia kalah 58-35 dari Thailand 2 Juni 2018.
"Ini kejutan. Karena kami benar-benar memulai tim ini dari nol. Para pemain tidak punya dasar bermain basket, mereka atlet difabel untuk cabang olahraga lain. Hanya Donald Santoso yang pernah bermain. Tetapi dengan hasil yang kami dapat, itu sudah membuat kami terkejut," ucap Kepala Pelatih Timnas Basket Kursi Roda Indonesia, Fajar Brillianto. "Waktu di Thailand, kami tidak pernah menang. Tapi di Invitation Tournament, saya kagum dengan pejuangan pemain. Mereka ternyata berjuang dan mampu memberikan perlawanan kepada Thailand."
Tim Indonesia semakin optimis menghadapi Asian Para Games mendatang. Mereka akan kembali berlatih untuk menghadapi gempuran tim seperti Cina, yang saat ini menjadi tim paling kuat. Tim Indonesia akan segera menjalani latihan intensif. Bahkan mereka kini didampingi oleh Benjamin Cox. Pemain Basket Kursi Roda asal Australia yang pernah meraih medali emas Paralympic Games 1996 Atlanta.
"Kami mendapatkan banyak ilmu dari Benjamin Cox yang berperan sebagai konsultan. Tim ini akan menjadi embrio basket kursi roda di Indonesia. Selain berprestasi di Asian Para Games tahun ini, kami ingin memberi motivasi pada atlet difabel lainnya, bahwa mereka masih bisa bermain basket," ungkap Fajar.
Tentang Basket Kursi Roda (Wheelchair Basketball)
Basket kursi roda pertama kali dimainkan di dua rumah sakit veteran Perang Dunia II yaitu di Corona Naval Station, California, dan Framingham, Massachusetts, Amerika Serikat, pada tahun 1945. Kemudian, tahun 1948, veteran perang Inggris mulai memainkan olahraga ini di rumah sakit Stoke Madeville.
Turnamen basket kursi roda pertama diadakan di Illinois, Amerika Serikat, pada tahun 1949. Setelah itu, National Wheelchair Basketball Association NWBA resmi berdiri di Amerika Serikat. Kemudian pada Paralympic Games 1960 di Roma, Italia, basket kursi roda dipertandingkan secara resmi.
Aturan: Sama seperti bola basket pada umumnya
Luas Lapangan: 28 meter x 15 meter sama dengan bola basket
Tinggi Ring: 3,048 meter / 10 kaki sama dengan bola basket
Waktu Permainan: Empat kali 10 menit
Waktu Tembakan (Shot Clock): 24 detik
Jumlah Poin: Sama dengan bola basket, satu poin, dua poin dan tiga poin.
Aturan Lantun (Dribble): Seorang pemain basket kursi roda membutuhkan satu atau dua dorongan saat bola berada di tangan atau di pangkuannya. Lebih dari dua dorongan, dianggap travelling.
Foto: asianparagames2018.id