Di era modern, dunia pemasaran dipenuhi berbagai logo dengan bentuk serta proporsi yang berbeda-beda. Semakin sederhana dan bermakna suatu logo, maka semakin mudah diingat pula logo itu. Logo juga jadi penentu kesuksesan suatu merek. Hal itu terjadi pada adidas. Bahkan, mereka menjuluki dirinya sebagai Merek Berlogo Tiga Garis (A Brand with Three-Stripes).
Bila melirik pada sejarahnya, adidas sebelumnya telah menggunakan dua garis medial di sisi sepatu. Tujuannya sederhana, untuk menghasilkan bentuk sepatu lari serta untuk menguatkan struktur bagian atas sepatu. Adolf “Adi” Dassler telah menggunakannya sejak masih mengembangkan Gebruder Dassler Schoehfabrik (GDS) bersama sang kakak, Rudolf Dassler.
Perselesihan yang terjadi pada 1947 di antara keduanya menyebabkan perpecahan. Adolf dan Rudolf memilih berpisah. Adolf mengembangkan sepatu olahraga bernama adidas (singkatan dari Adi Dassler) dan Rudolf dengan Ruda (singkatan dari Rudolf Dassler sebelum kemudian berganti nama menjadi PUMA).
Panel dua garis telah jadi ciri khas GDS sehingga Adolf dan Rudolf tidak diperkenankan untuk memakainya ke merek masing-masing. Oleh karena itu, keduanya harus mencari bentuk lain.
Salah satu sepatu milik Karhu yang memasang panel tiga garis. Estetika tersebut membuat Adolf Dassler memutuskan membelinya dari Karhu. Sepatu ini digunakan pelari Finlandia era sebelum Perang Dunia 2.
Pada gelaran Olimpiade Helsinki 1952, Adolf jatuh cinta terhadap desain tiga garis yang digunakan pelari asal Finlandia. Setelah ditelusuri, ternyata pelari tersebut menggunakan sepatu dari merek negara Skandinavia bernama Karhu. Karhu adalah salah satu sepatu olahraga tertua yang masih ada hingga kini. Anda bisa membaca informasi tentang Karhu di artikel ini.
Adolf lalu menemukan solusi menemukan pengganti dua garis pada sepatu GDS yang tidak lagi bisa ia gunakan. Ia berencana untuk membeli paten panel tiga garis itu dari Karhu. Selang beberapa bulan, Adolf mengundang petinggi Karhu ke Herzognaurach, Jerman, untuk membicarakan niatnya. Paten panel tiga garis itu pun lalu dibeli seharga €1600 dengan bonus dua botol Whiskey.
Setelah berhasil mendapat logo dan panel tiga garis tersebut, Adolf seakan meraih ilham. Dibawah naungannya, adidas berhasil membuat bermacam sepatu atletik berornamen tiga garis. Tidak hanya sebagai estetika, panel tiga garis juga bermanfaat sebagai penyeimbang sepatu sehingga penggunanya tidak mudah jatuh saat berlari dengannya.
Tahun 1970-an bisa jadi era baru dalam dunia sepatu. Beberapa bahan pembuatan sepatu ditemukan di era tersebut. Untuk meminimalisir berat, mereka mulai menggunakan bahan nilon dan suede. Mereka mulai meninggalkan bahan kulit yang dinilai terlalu berat dan mahal. Selain itu, sol vulkanisir karet telah bergeser dengan plastik empuk bernama EVA (Ethylene Vinyl Acetate). Pada era itu pula, adidas mulai mengembangkan berbagai sepatu dengan bahan mutakhir tersebut, salah satunya adalah adidas SL-72.
Perubahan signifikan itu pun membawa perubahan besar dalam industri sepatu. Oleh karena itu, Adolf Dassler mengubah logo tradisional adidas dengan logo tiga daun yang disatukan di tengah. Logo itu lalu disebut sebagai trefoil yang berarti tiga daun dalam bahasa Jerman. Sebagai identitas, adidas meletakkan nama mereknya di bawah logo tiga daun.
Kini, logo trefoil menjadi logo untuk divisi adidas Originals. Divisi itu bertanggungjawab terhadap perilisan sepatu serta perlengkapan olahraga yang terinspirasi dari arsip mereka di masa lalu. Hal itu bisa Anda temui pada adidas Tennis Hu, adidas Kamanda, dan lain sebagainya.
Akhir 1980-an, adidas ingin mengembangkan lebih jauh teknologinya untuk ranah olahraga yang mereka tekuni sejak lama. Mereka menelurkan teknologi Torsion System yang berada dibawah naungan koleksi Equipment (EQT) pada 1989. TIdak berselang lama, Peter Moore selaku desainer membuat logo baru adidas yang berasal dari tiga haris vertikal yang dimiringkan 30 derajat ke arah kiri. Logo itu pun dinamai Performance Logo. Mereka menggunakannya sebagai logo perusahaan pada 1997.
Berlanjut pada 2005 ketika adidas kemudian mengumumkan penggunaan logo baru. Logo itu tetap menggunakan tiga garis horizontal dan tipografi adidas seperti logo lama. Konsep ini menandakan visi mereka untuk maju, inovasi serta meraih masa depan. Logo ini juga sebagai payung untuk merek-merek dibawahnya seperti Reebok dan TaylorMade.
Kini, logo adidas dengan tiga garis tersebut digadang-gadang sebagai salah satu cerita tersukses. Konsep yang berawal dari tiga panel garis untuk membentuk struktur sepatu itu kemudian jadi identitas adidas di ranah olahraga.
Foto: adidas Archieve, Karhu Archieve, Design Boom