Kaleidoskop Karya Rick Owens bersama adidas

| Penulis : 

Selain atlet, adidas juga berkolaborasi dengan desainer-desainer dunia untuk menelurkan sepatu olahraga berdesain berbeda. Pada Juni 2013, adidas mengumumkan kolaborasi perdana dengan desainer Rick Owens. Visi adidas dan Rick Owens adalah menghadirkan lini olahraga yang sporty namun tetap mengikuti asa fesyen kekinian.

Walau proyek ini awalnya untuk satu koleksi saja, adidas memproyeksi Rick Owens lebih jauh. Mereka kemudian sepakat melanjutkan kerja sama hingga tiga tahun. Walau koleksi sepatu dan baju mereka terbilang sukses, Owens memutuskan tidak memperpanjang kontraknya tepat setahun yang lalu.

Keputusan ini diumumkan bertepatan dengan perilisan koleksi terakhir mereka untuk Fall/Winter 2017.  Walau memutuskan berhenti bekerja sama, melalui surel kepada media, Owens dan adidas tetap menjunjung tinggi rasa hormat sebagai sesama penggiat industri busana.

Di pasar sekunder, sepatu hasil kolaborasi Rick Owens dengan adidas masih berharga tinggi. Penjual mematok harga AS$250-750 untuk berbagai edisi.

Spring/Summer 2014

Sepatu ini jadi koleksi pertama yang diluncurkan kedua belah pihak. Saat pengenalan, Owens membuat sepatu adidas dengan desain baru bernama adidas by Rick Owens “Vicious”. Sepatu ini terinspirasi dari sepatu boot dari lini busana miliknya dengan menggunakan sol terpisah untuk bagian depan dan belakang. Seluruh karya perdana Rick Owens dengan adidas dibalut warna monokrom (hitam, putih, dengan aksen abu-abu). Warna itu pun jadi warna ikonik edisi eksklusif ini.

Fall/Winter 2014

Tema Moody jadi konsep yang diusung Owens. Di momen ini pula ia memperkenalkan sepatu lari kasual bernama Tech Runner. Sepatu ini merupakan perpaduan beberapa sepatu lari adidas yang digubah sehingga membentuk siluet baru dengan karakter Rick Owens. Sepatu ini terbuat dari paduan kulit, suede, dan bahan sintetis lainnya. Lagi-lagi, warna monokrom jadi pilihan Owens.

Spring/Summer 2015

Koleksi ketiga diberi nama “Faun” dengan penerapan warna monokrom lebih ekstrem. Di tahun yang sama, adidas tengah gencar memperkenalkan teknologi Springblade. Sol itu kemudian diterapkan pada 2 dari 4 sepatu yang sedang digarap Rick Owens. Siluet tersebut di antaranya Superstar Boot, Superstar Ankle Boot, Springblade Low, dan Springblade High.

Di saat bersamaan, Owens merilis sepatu bernama Gunmetal Basketball. Sepatu ini tampak jadi inspirasi utama modifikasi yang ia lakukan untuk sepatu-sepatu adidas tersebut. Mulai dari tinggi sepatu, bahan, hingga warna yang dipilih.

Fall/Winter 2015

Untuk menyambut musim dingin, Owens memutuskan memodifikasi siluet Tech Runner agar bisa diajak menerjang salju dan cuaca ekstrem. Ia kemudian meninggikan Tech Runner hingga setinggi lutut dengan menerapkan bahan suede dan kulit. Ia menamai koleksi ini dengan “Sphinx”.

Spring/Summer 2016

Owens menghadirkan siluet musim panas dengan suasana militer yang kental. Ia mulai berani memainkan warna cokelat dan hijau tua dengan aksen monokrom. Sepatu-sepatu pada edisi ini berkutat dengan siluet Tech Runner. Ia menggunakan sol siluet tersebut untuk melengkapi koleksi sandal bernama Clog dan Cargo. Desain kedua sandal ini terinspirasi dari sandal berjenis Spartan.

Selain sandal, Owens juga memodifikasi siluet Superstar menjadi Superstar Ripple dan Superstar Shelltoe. Ia menambahkan sepatu dengan bahan atas menyerupai kaos kaki (Sock Sneaker).

Fall/Winter 2016

Apa jadinya bila sepatu basket klasik adidas dipersiapkan untuk musim dingin? Rick Owens pernah melakukannya. Ia memodifikasi siluet Superstar Shell Toe dan Pro Model dengan menebalkan solnya lalu melapisi sol bawah dengan sol bercengkeram kuat. Lagi-lagi, pewarnaan monokrom jadi pilihan. Koleksi ini ia namai “Mastodon”.

Spring/Summer 2017

Untuk membuka 2017, Owens ingin mengingat kembali sepatu pertamanya untuk adidas. Lalu ia memodifikasinya dengan beberapa edisi terbaru. Hasilnya tertuang pada koleksi ini. Ia merumuskan siluet baru bernama Level Runner.

Bagian atas menggunakan bahan yang sama dengan edisi Sphinx pada Fall/Winter 2015 lalu. Sedangkan bagian bawah, ia memodifikasi sol pencengkeram pada Fall/Winter 2016 dengan menambahkan panel plastik di tengah. Hal itu bermanfaat untuk penyeimbang sekaligus untuk estetika. Ia menamai koleksi ini dengan “Walrus”.

Fall/Winter 2017

Untuk koleksi terakhirnya, ia ingin bermain warna sehingga memutuskan menampilkan warna terang di semua edisi. Ia mencantumkan siluet Runner, the Runner Stretch Boot, Level Runner Low, Mastodon Pro, dan Level Sock Runner. Semua diberi aksen warna lain selain monokrom.

Edisi Fall/Wniter 2017 sekaligus jadi edisi pamit Owens kepada seluruh pihak yang mendukung karyanya bersama adidas. Ia mengaku menjalani momen yang sangat berharga bersama Si Tiga Garis. Setelah adidas, Rick Owens mengumumkan telah menandatangani kerja sama dengan perusahaan sepatu boot bernama Hood Rubber. Perusahaan sepatu boot ini sempat vakum selama 50 tahun hingga akhirnya ia kembali ke ranah sepatu luar ruang pada 2016.

Foto: Vogue, adidas by Rick Owens

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas