Ulasan Final NBA 2017: Dendam Warriors yang Terbayar Tuntas

| Penulis : 

Sweet Revenge.

Warriors berhasil menghempaskan musuh bebuyutannya, Cleveland Cavaliers, dalam lima pertandingan (game) di ajang Final NBA musim 2017 ini.

Cavaliers, musuh terberat Warriors, yang punya pemain terbaik di liga, yang pernah comeback dari ketinggalan 3–1 di Final tahun lalu, yang cuma kalah sekali sepanjang perjalanan playoffs menuju Final, yang dimotori trio LeBron James, Kyrie Irving dan Kevin Love, mereka cuma bisa nyolong satu game melawan tim juggernaut (sarat kekuatan) Golden State Warriors. Bila Cleveland saja tak bisa mengalahkan Warriors dalam tujuh laga terbaik (best of seven series), kalau begitu siapa yang bisa?

Saya memprediksi Warriors bakal menang dalam enam game. Meleset tipis gara-gara kekalahan menyakitkan bagi Cavaliers di game 3, yang bakal kita bahas nanti. Sulit dipercaya, tapi Warriors memang dijagokan untuk memenangkan Final kali ini. Dan mereka berhasil menemui ekspektasi tersebut dengan cukup dominan.

Supaya lebih jelas lagi bagaimana Warriors sukses mempecundangi Cavaliers di Final musim ini, mari kita pilah dan ulas (break down) setiap game di Final kali ini. Sebelumnya, saya ucapkan selamat untuk Golden State Warriors sebagai juara NBA musim 2017 dan selamat juga untuk semua fans Warriors di Indonesia. Enjoy this one, guys!

Game 1 dari setiap best of seven series biasanya merupakan feeling-out game atau pertandingan untuk meraba-raba bagaimana setiap tim bakal menyerang dan bertahan. Dan game 1 kali ini pun tidak berbeda. Warriors masih memulai offense mereka dengan skema andalan mereka dengan melakukan banyak off-screens dan lari di transition.

Sesuai prediksi sebelum Final, Warriors juga mengincar Kevin Love di situasi pick-and-roll untuk mendapatkan penetrasi. Karena Love menjaga Zaza, Warriors menginisiasi banyak pick-and-roll melibatkan Curry-Zaza dan KD-Zaza untuk memancing Kevin Love bermain defense di awal-awal game. Cavs cukup konservatif dalam menangkal pick-and-roll tersebut dengan menempatkan penjaga ballhandler untuk go over screen yang diset oleh Zaza, dan Love sedikit kewalahan untuk menutup pembawa bola (ballhandler).

Defense Love di series Final ini jauh meningkat dibanding Final musim lalu. Warriors tidak mendapat banyak ruang terbuka (open shots) dari situasi ini. Faktor Zaza sebagai roll man yang tidak bagus dalam penyelesaian akhir (finishing) di ring jadi alasan utama. Usaha Love patut diacungi jempol di series ini. Cavs juga melakukan switch semua pergerakan screen tanpa bola (off-ball screens) untuk mencegah Warriors menemukan ruang terbuka (open shots).

Di kubu Cavaliers, game plan dari offense mereka masih sama dengan series sebelumnya, yaitu menempatkan Love di situasi post-up di awal game. Kemudian dilanjutkan dengan main isolation dengan LeBron dan Kyrie setelah mendapatkan matchup yang menguntungkan dari switch. Sesuai prediksi, Cavs juga berbalik mengincar Curry untuk bermain defense di awal-awal game. Curry menjaga J.R. Smith dari awal game, jadi Cavs sering inisiasi pick-and-roll dengan Smith sebagai screener. Cavs juga hobi mengeksploitasi lambatnya gerakan Zaza dalam menjaga Irving di pick-and-roll. Berikut playcall yang apik untuk memaksa Curry menjaga Irving dan dilanjutkan dengan pick-and-roll yang melibatkan Zaza:

Aksi itu sempat membuat James sedikit bingung, tapi akhirnya James bisa adjust dengan langsung drive atau lempar bullet pass ke perimeter.

Game 1 berlangsung sengit dengan kedua tim saling balas-membalas angka dan saling mengeksploitasi kelemahan masing-masing. Namun, satu kelemahan yang tidak bisa diampuni dosanya di Final adalah defense Cavaliers secara keseluruhan. Cavs kewalahan untuk meladeni pergerakan tanpa bola (off-ball actions) yang dilakukan para pemain Warriors. Hal yang sama juga kerap terjadi di situasi transition yang di highlight oleh melenggangnya Durant dengan santai untuk slam dunk di transition.

Warriors berhasil mengeksploitasi defense Cavaliers yang sering bocor dan terus menghantam Cavaliers di transition. Cavaliers juga tidak punya jawaban untuk menutupi Durant yang sukses mempecundangi semua matchup-nya. Hasilnya Warriors membantai Cavaliers di pertandingan pembuka Final tahun ini.

Kenapa Warriors menang di Game 1?

Kenapa Cavaliers kalah di Game 1?

Cavaliers di game kali ini mengenakan jersey berwarna hitam yang membawa keberuntungan saat mereka juara di musim lalu. Warriors kali ini dipimpin oleh head coach mereka, Steve Kerr, yang absen di sebagian besar playoffs.

Mindset Cavaliers di game ini adalah agresif drive ke ring. James di game ini berkali-kali menundukkan kepalanya saat transition untuk memberikan pressure pada defense Warriors dan selalu mengincar layup di dekat ring, setelah lebih banyak menjadi distributor di game sebelumnya. Hasilnya Cavs sukses membuat Draymond Green foul trouble dan memaksa JaVale McGee untuk masuk lebih awal. Agresivitas James di transition pun menghadiahkan kita semua dunk monster macm begini:

Defense Cavs juga memberikan banyak hadiah free throw ke Stephen Curry, yang memasukkan total 14 free throw dari 14 kesempatan.

Dominasi Durant masih berlanjut di game ini dengan menghadapi skema defense yang sama dari Cavs. Durant finis dengan torehan 33 poin dalam 22 tembakan dengan persentase super efisien di 59 persen. Kemampuan 1-on-1 scoring Durant kembali menjadi senjata utama untuk mencari poin. Defender terbaik Cavs, LeBron James, masih kewalahan saat jaga Durant.

Durant meski terkenal dengan scoring-nya, defense yang dia miliki juga tidak boleh dianggap remeh. Di game ini Durant memamerkan kemampuan bertahannya ketika Warriors memainkan KD di posisi lima saat Draymond Green kena foul trouble di kuarter tiga yang memaksa Warriors main super small-ball. Postur (Size dan length) yang dimiliki Durant memungkinkan dia untuk beradu di post untuk menahan Kevin Love dan mengganggu jalur tembak Kyrie Irving di dekat ring. Durant juga mengakhiri game ini dengan torehan enam blok dan tiga steal.

Warriors juga melakukan strategi untuk memerangkap (trap) Kyrie Irving di pick-and-roll untuk memaksa Irving passing. Warriors menantang Tristan Thompson untuk melakukan keputusan yang benar dari hasil trap pick-and-roll Irving. Hasilnya lumayan efektif karena Irving malah memaksakan untuk menembak yang hasilnya 8 dari 23 tembakan yang masuk dengan persentase 34 persen.

Game ini berlangsung sengit sampai kuarter tiga. Di mana selisih poin masih satu digit. Begitu Warriors pindah ke small ball dengan Durant di center, Warriors langsung injak pedal gas dan Cavaliers tidak punya perisai untuk menghentikan laju ledakan Durant dan Curry.

Kenapa Warriors menang di game 2?

Kenapa Cavs kalah di game 2?

Series beralih ke Cleveland dan Warriors berada di kursi kemudi dengan memimpin 2–0. Sebelum game 3 dimulai, banyak yang mempertanyakan apakah Coach Tyronn Lue akan mengubah strategi untuk memperlambat kecepatan (pace) pertandingan untuk memperlambat offense Golden State. Lue membantah sugesti tersebut dan tetap dengan strategi awalnya untuk urusan pace.

Di luar itu, Cavaliers melakukan sedikit penyesuaian (adjustments) di offense. Kalau biasanya Coach Lue suka memberi Love sentuhan di post di awal-awal game. Di game ini, Lue mengalihkan perhatiannya ke role player Cavaliers yang paling merkurial, yaitu J.R. Smith. Lue memberikan instruksi untuk melibatkan Smith di offense untuk memulai game 3. Tujuan dari melibatkan Smith di awal adalah untuk memaksa Curry berlari-lari mengejar Smith dengan harapan itu akan memperlambat Curry di sisi offense.

Tujuan lain adalah untuk membuat Smith panas karena di dua game terakhir Smith sama sekali tidak membantu dalam offense. Smith sukses membangun tempo di awal game dengan memasukkan dua tripoin dan memiliki total 16 poin dan memasukkan lima tripoin di game ini.

Strategi ini berhasil membuat offense Warriors sedikit melambat walaupun tidak sepenuhnya. Cavs juga didukung dengan performa Kyrie Irving yang sudah paham bagaimana cara menyerang Klay Thompson. Irving lebih nyaman menyerang Thompson dengan agresif satu lawan satu dan menyerang lebih awal tanpa terlalu banyak size-up dribble. Cavs juga masih sering menempatkan Irving di situasi pick-and-roll yang melibatkan center Warriors yang berkaki lambat seperti Zaza dan JaVale McGee untuk menghindar dari trapping yang Warriors lakukan di game sebelumnya.

Possession (penguasaan bola) selanjutnya adalah mimpi buruk bagi Cavaliers. Tertinggal satu poin dengan kesempatan untuk melakukan two-for-one, Cavs gagal mengambil quick shot dan malah santai (settle) dengan stepback three oleh Irving yang diganggu oleh Klay Thompson. Irving memang tidak terkenal punya clock management yang bagus dan shot selection-nya di crunch time tak terlalu efisien. Sekali lagi, kalau bermain one-on-one semalaman, pasti akan berefek ke shot selection populer di akhir game.

Warriors berhasil mencuri game ini di kandang Cavaliers dan memimpin dengan nyaman di posisi 3–0.

Kenapa Warriors menang di Game 3?

Kenapa Cavaliers kalah di Game 3?

Tekanan semakin meninggi di kubu Cavaliers karena tertinggal 3–0 di series ini. Sepanjang sejarah belum ada tim NBA yang bisa kembali dari ketertinggalan tiga game dalam best of seven series. Perbincangan yang beredar sebelum game adalah apakah Warriors bisa menyapu (sweep) Cavs dan menorehkan rekor sempurna di playoffs. Untungnya Cavaliers masih punya pemain terbaik di dunia yang enggan kena sweep di final.

Cavs memulai game ini dengan agresif dan intensitas yang tinggi. Sama dengan game sebelumnya, Cavs memberikan sentuhan kepada J.R. Smith untuk membuatnya panas di awal-awal game. Smith sukses memasukkan dua tripoin di kuarter pertama dan membuat fans Cavaliers bersemangat.

Irving melanjutkan performa shotmaking di game sebelumnya dengan terus memberikan pressure ke defense Warriors dengan kombinasi drive ke ring dan off-the-dribble shooting. Kevin Love juga tak mau ketinggalan untuk ikut andil di hujan tripoin dengan memasukkan tiga tripoin di kuarter pertama. Agresivitas ini membuahkan EMPAT PULUH SEMBILAN POIN untuk Cavaliers di KUARTER PERTAMA. LeBron James juga iseng-iseng slam dunk setelah self alley-oop macam NBA Street.

Skema defense Warriors sebenarnya masih sama dari game sebelumnya di mana mereka masih men-trap Irving di pick-and-roll dan memaksa Cavaliers untuk selalu bermain satu lawan satu. Namun di game ini Cavaliers lebih sabar dalam mencari open shots. Tembakan-tembakan terbuka (open) yang diambil Irving dan Love yang di game sebelumnya meleset mulai masuk satu per satu.

Cavs tetap menjalankan strategi defense yang sama dari game sebelumnya yaitu men-trap pick-and-roll ­yang diinisiasi Curry atau Durant. Warriors tampak masih belum bisa melakukan counter atas strategi ini dan harus memaksa pemain lain untuk mencoba menginisiasi offense. Usaha di sisi defense Cavaliers juga jauh lebih meningkat dibanding dua game pertama di series ini. Cavs bermain jauh lebih keras (physical) di setiap screens yang diset oleh Warriors sehingga offense Warriors sedikit macet. Cavs sukses meredam Durant yang memasukkan 40 persen tembakannya di game ini. Akurasi Curry hanya 30 persen, Thompson 36 persen dan Green 37 persen.

Satu tambahan adjustments dari sisi offense Cavaliers adalah menempatkan Richard Jefferson sebagai roll man di situasi pick-and-roll. Di lineup di mana Kevin Love menjadi center dan LeBron dikelilingi empat shooters, Jefferson berkali-kali memecah belah defense Warriors dengan menjadi roll man yang jauh lebih efektif dibanding Tristan Thompson. Jefferson bisa melakukan passing ke perimeter yang sulit dilakukan oleh Tristan.

Game ini juga menjadi game paling absurd dalam sejarah Final NBA. Kinerja wasit di game ini sangat-sangat buruk dan mengganggu jalannya pertandingan. Wasit meniup peluit dengan sangat ketat di game ini untuk menjaga intensitas pertandingan supaya tidak kehilangan kendali. Hasilnya masing-masing tim dapat 30 lebih free throws. Wasit juga menjadi sorotan ketika Draymond Green diduga mendapat technical foul kedua yang seharusnya meng-eject Green dari pertandingan. Wasit ternyata salah mengomunikasikan technical foul pertama yang ditujukan pada Steve Kerr, pelatih Warriors. Banyaknya foul dan video review juga menghasilkan banyak penghentian waktu yang mengganggu alur pertandingan.

Hasilnya, Cavs berhasil menyikat Warriors dan mengirim series ini kembali ke Oakland di posisi… 3–1 Lead.

Kenapa Cavaliers menang di game 4?

Kenapa Warriors kalah di game 4?

Series berbalik ke Oakland di Oracle Arena dengan bayang-bayang 3–1 lead yang menghantui Warriors. Cavaliers masih belum mau menyerah dan mencoba untuk mengulangi keajaiban Final musim lalu.

LeBron James mencoba mengulangi agresivitas di game 3 dengan mencoba drive di setiap transition dan menguji keharuman jumpshot nya di awal game. Hasilnya 12 poin di kuarter pertama untuk James. Irving pun agresif menyerang defense Warriors untuk mengulangi dominasi di game sebelumnya.

Warriors masih bertumpu pada Curry dan Durant untuk menginisiasi offense. Warriors melakukan adjustment di game ini dengan mengambil menit trio center Warriors, Zaza, McGee dan West, yang jadi bulan-bulanan Irving di pick-and-roll, dan memberinya ke Andre Iguodala. Peran Iguodala di sini selain di sisi defense, juga menjadi kunci di offense untuk mematahkan trapping pick-and-roll yang diterapkan Cavs pada Curry dan KD.

Curry juga jauh lebih baik dalam passing ke pemain yang lowong saat dia di-trap untuk menghukum defense Cavaliers.

Satu penyesuaian tambahan yang dilakukan oleh Warriors adalah dengan menggabungkan Curry dan Durant di situasi pick-and-roll dengan Curry sebagai ballhandler dan Durant sebagai roll man. Kombinasi ini sangat jarang dipakai di musim reguler dan di series sebelumnya. Steve Kerr memutuskan untuk melepas strategi Curry-KD pick-and-roll ini di game paling penting di musim Warriors ini.

Curry-KD pick-and-roll ini terbukti mematikan karena Cavaliers tidak bisa switch kecuali mereka mau Durant main satu lawan satu lawan guard kecil yang biasa jaga Curry. Kalau mau drop back, Cavs bakal kebobolan pull-up three oleh Curry. Cavs juga kalau mau trap bakal membebaskan KD sendirian, yang tentu bukan merupakan ide cemerlang. Pick-and-roll dengan dua MVP ini berhasil mengacak-ngacak defense Cavs di kuarter kedua akhir sampai kuarter empat.

Iguodala menjadi faktor penentu kemenangan Warriors di game ini. Kalau di game 4 sebelumnya Iguodala main hanya 21 menit, di game ini dia bermain sebanyak 38 menit untuk memaksimalkan lineup of death milik Warriors. Iguodala memasukkan 64 persen tembakannya dan memasukkan dua tripoin dengan torehan +18 di statistik efisiensi.

Cavaliers masih kompetitif di kuarter tiga dan awal kuarter empat. Namun kebiasaan buruk di defense Cavs muncul lagi di pertengahan sampai akhir kuarter empat. Ditambah juga Cavaliers masih belum punya jawaban atas pick-and-roll mematikan oleh Curry dan KD. Miskomunikasi serta missed rotations menggigit Cavs di kuarter empat. Cavs terus menerus kebobolan dan gagal mendapatkan defensive stop. Lihat bagaimana J.R. Smith dan LeBron kebingungan harus switch atau tidak:

Cavaliers akhirnya harus menyerah kepada superioritas Warriors di dua sisi lapangan (offense dan defense). Di detik-detik penutup pertandingan, Kevin Durant melantun (dribble) bola ke arah ring Cavaliers dan mulai merasakan emosi atas kemenangan cincin pertamanya di NBA. LeBron menjadi pemain pertama yang memberi selamat kepada Durant dalam sebuah aksi sportsmanship yang patut diacungi jempol.

Buzzer tanda berakhirnya pertandingan pun berbunyi dan Warriors resmi menjadi Juara NBA musim 2016–2017.

Kenapa Warriors menang di game 5?

Kenapa Cavaliers kalah di game 5?

Simpel. Karena mereka tahun ini punya Kevin Durant. Perlu diketahui kalau posisi Durant tahun lalu itu diisi oleh Harrison Barnes. Barnes jadi target utama defense Cavs untuk ditinggal help defense di Final musim lalu karena Barnes tidak bisa menunjukkan kemampuan menembak yang konsisten. Hasilnya Cavs sukses memfokuskan diri untuk menghentikan pick-and-roll antara Curry dan Green dan tidak meninggalkan Thompson di garis tripoin.

Di Final tahun ini, Cavs tidak bisa melakukan strategi yang sama karena Kevin Durant adalah scorer yang jauh lebih konsisten dari Barnes. Kemampuan 1-on-1 scoring milik Durant juga jadi aset tak tergantikan di Warriors. Defender terbaik Cavaliers, LeBron James, masih tidak punya jawaban bagaimana cara menghentikan Durant, terutama saat (dan karena) Durant dikelilingi dua shooter terbaik sepanjang masa.

Coba lihat statistik Durant di Final kali ini. Durant punya rataan per game 35 poin, 8 rebound, 5 assists, 1 steal dan 1 blok dengan efisiensi akurasi tembakan 55% FG, 47% tripoin dan 92% free throw. Gila, bukan?

Warriors juga merupakan tim yang jauh lebih konsisten dibanding Cavaliers di sisi defense. Orang-orang sering melupakan kalau defense Warriors sama elitnya dengan offense-nya.

Ingat, tahun lalu tidak ada Durant saja Warriors kurang satu kemenangan lagi untuk jadi back-to-back ­champions. Final tahun lalu Warriors lumayan apes karena Draymond dilarang main (suspend) untuk game 5 dan kondisi Curry tidak 100 persen setelah terpeleset di genangan keringat. Sekarang Curry 100 persen, Draymond hadir di semua game dan datanglah Kevin Durant. Tidak mengherankan bila Warriors mendapatkan "gentlemen’s sweep".

Karena mereka tidak punya konsistensi di sisi defense. Susah untuk menjadi konsisten di defense kalau dua starter Cavs, Irving dan Love, bukanlah seorang defender andal. Apalagi cadangan Cavaliers yang diisi Korver, Deron Williams, Channing Frye dan Richard Jefferson sama sekali tidak membuat lawan takut untuk menyerang. Bandingkan dengan Warriors yang punya lockdown defender di diri Draymond, Thompson, Durant dan Iguodala.

Bintang-bintang Cavaliers juga kalah dibanding bintang Warriors. Memang tidak ada tim yang bisa menyamai star power Warriors. Tapi untuk mengalahkan Warriors, bintang-bintang Cavaliers seperti James, Irving dan Love, harus punya konsistensi DI SETIAP GAME. Tidak boleh pernah ada performa Kevin Love yang cuma mencetak enam poin atau Irving yang akurasinya hanya 40 persen ke bawah di setiap game. Untuk mengalahkan Warriors, tim harus SEMPURNA di SETIAP GAME, DI SETIAP POSSESSIONS dan di offense dan defense. Coba liHat game 4, Cavaliers harus memasukkan rekor 24 tripoin dan wasit harus bertingkah aneh sepanjang game untuk memenangkan satu game.

Pada akhirnya, memang talenta yang berbicara. Warriors punya lebih banyak talent dibanding Cavaliers. LeBron James memang pemain terbaik di liga, tapi tak cukup untuk membendung monster berkepala empat di Warriors.

Pertama-tama, selamat untuk Kevin Durant atas kemenangan cincin pertama di NBA. Dengan memenangkan satu cincin, Durant berhasil keluar dari klub “Superstar yang belum punya cincin” yang cukup brutal.

Kemenangan ini tentu akan meningkatkan legacy Durant di perbincangan salah satu pemain terbaik sepanjang masa. Sekarang, Durant sudah secara resmi menjadi pemain terbaik kedua di liga di belakang LeBron James. Durant masih butuh beberapa cincin lagi kalau mau disandingkan dengan Kobe Bryant atau legenda-legenda lainnya.

Tentu, kita semua bisa bilang “Alah, Durant mah pecundang pindah ke Warriors buat nyari cincin doang.” Saya pun berpikir seperti itu begitu dia pindah ke Warriors. Saya dan para pecinta NBA yang lain tentu akan jauh lebih mengapresiasi cincin Durant jika dia berhasil memenangkannya di OKC.

Kita perlu kasih pujian lebih ke Durant atas keteguhan pada pendiriannya yang ingin pindah tim. Dia tak peduli pada kritik pedas dari semua orang ketika dia pindah. Dia tak peduli saat disoraki cupcake oleh satu stadion. Dia tetap main basket di level tinggi dan pada akhirnya memimpin Warriors jadi juara.

Pada akhirnya Durant hanya melakukan hal yang paling baik menurut dirinya. Dia ingin main di tim dengan skema ball movement dan sudah lelah main isolation di OKC. Durant sudah lelah kerja keras berdua dengan Russell Westbrook tapi kalah gara-gara tak ada bantuan dari rekan setim yang lain. Durant lelah kalah melawan LeBron. Durant lelah tak punya cincin. Dan Durant lelah mendengarkan opini-opini yang menyebar. Durant cuma ingin menang.

Legacy LeBron masih aman. LeBron sudah jauh meningkatkan derajatnya musim lalu saat dia menghempaskan Warriors yang menang 73 game setelah ketinggalan 3–1 di Final dan membawa titel pertama di kota Cleveland dalam 50 tahun terakhir.

LeBron James perbandingannya bukan dengan pemain-pemain aktif di liga sekarang. James sedang mengejar mitos bernama Michael Jordan.

Fans Michael Jordan akan dengan mudah menunjuk ke jumlah perolehan cincin. Jordan punya enam, James punya tiga. Jordan ke Final enam kali dan tidak pernah kalah, sedangkan James sudah kalah lima kali di Final. Tapi James total pergi ke Final delapan kali dan tujuh kali berturut-turut, sedangkan Jordan cuma ke Final enam kali dan sempat pergi main baseball di tengah-tengah prime-nya. Jordan punya Air Jordan, sedangkan LeBron tak punya brand sendiri di bawah Nike. Jordan pernah main melawan alien di Space Jam, LeBron tak pernah.

Intinya perjalanan LeBron masih panjang kalau mau disejajarkan dengan Jordan. Minimal harus memenangkan beberapa cincin lagi untuk masuk ke perbincangan James vs. Jordan. Tapi kalau kita tidak melihat pencapaian karir, dan cuma melihat permainan basket di lapangan, saya akan pilih James setiap hari.

Yes. They absolutely are.

Yes. They absolutely are.

Tidak sama sekali.

Sebagai fan yang suka dengan keseimbangan kompetisi, saya akan mengatakan, Ya.

Tentu tidak. Warriors memainkan basket paling cantik sedunia. Mereka suka tripoin, ball movement-nya super cantik, mereka sangat unselfish, dan mereka main defense yang rapat. Tidak ada permainan basket sebagus ini sepanjang sejarah NBA. Dan buktinya, meski Warriors menyikat semua lawan-lawannya menuju Finals, ratings NBA Finals pun masih tinggi-tinggi saja.

Kalau mendatangkan MVP untuk menambah talenta tim yang baru menang 73 game disebut “merusak NBA” mungkin kita harus mengubah perspektif masing-masing. Bukan salah Warriors saat draft tahun 2009 Minnesota Timberwolves memilih DUA point guard sebelum Warriors tapi salah satunya bukan Stephen Curry. Bukan salah Warriors Draymond Green tidak ada yang memilih di draft sampai ronde kedua. Bukan salah Warriors salary cap NBA mengalami peningkatan drastis karena kontrak hak siar NBA baru yang kebetulan bersamaan dengan Kevin Durant jadi free agent.

Kiprah Golden State Warriors selalu tiga langkah di depan tim-tim lain, itulah mengapa Warriors masuk Final tiga tahun berturut-turut, dan mungkin (akan) lima tahun berturut-turut.

Warriors hanya ingin menang dan tidak ada yang salah dengan itu.

Kejayaan Warriors akan terus berlanjut.

Satu pelajaran penting yang bisa kita ambil adalah Golden State Warriors tidak bakal ke mana-mana paling tidak sampai lima tahun lagi. Inti mereka, Curry, Durant, Thompson dan Green masih umur 20-an dan berada di prime mereka masing-masing. Mereka baru saja melibas Juara bertahan tahun lalu di lima game.

Offseason ini, Durant, Curry dan Iguodala bakal jadi free agent. Curry dan Durant sudah pasti bakal tetap dengan Warriors. Menarik apa yang akan dilakukan oleh para free agent Warriors. Apakah mereka bakal minta duit setinggi-tingginya atau mereka mau mengambil bayaran yang lebih kecil (pay cut) demi menjaga keberlangsungan tim.

Jadi, silakan cari cara bagaimana menglawan trash talk dari fans-fans Warriors yang bakal membludak.

Cavaliers ada di posisi yang sulit setelah kalah di Final. Mereka adalah tim dengan bayaran pemain (payroll) tertinggi di liga. Mereka berada di atas salary cap, jadi bakal sulit untuk mengikat (sign) pemain bergaji tinggi kecuali mereka men-trade salah satu bintang mereka.

Kalau target LeBron dan Cavaliers adalah untuk tetap menjadi penantang serius Warriors, mereka harus berpikir keras untuk merekonstruksi roster mereka supaya lebih hebat (versatile) terutama di sisi defense. Cavaliers punya terlalu banyak pemain satu arah yang mudah terekspos di best-of-seven series.

Banyak perbincangan bahwa Cavs harus mengejar Paul George dari Indiana Pacers untuk bersaing dengan Warriors. Sebuah impian menarik di atas kertas, tapi realitanya akan sulit untuk menggoda Indiana melepas Paul George. George sendiri sudah mengaku bahwa dia ingin bermain di Los Angeles dan tertarik untuk meneken kontrak jangka panjang di sana. Cavs bisa mengirim proposal trade yang berpusat pada Kevin Love untuk mendatangkan George, tapi sulit untuk percaya bahwa Indiana bakal menerima proposal tersebut mengingat Los Angeles Lakers bisa mengirim tawaran yang jauh lebih menggiurkan yaitu pick kedua di draft tahun ini. Perlu diingat bahwa George adalah free agent di akhir musim depan, jadi apabila Cavs ingin menggaet George, besar risikonya dia tidak mau ­re-sign di Cleveland untuk main di Los Angeles.

Menarik untuk dilihat bagaimana Cleveland akan mengisi ulang roster mereka mengingat mereka sudah berkomitmen untuk membayar Tristan Thompson sekitar 17 juta dollar per tahun untuk tiga tahun ke depan dan J.R. Smith sebesar 13 juta dollar per tahun untuk tiga musim ke depan. Kalaupun Cavs mencoba men-trade Smith dan Thompson, cap space mereka masih tidak cukup untuk menyelipkan satu max contract di payroll mereka. Your move, LeBron the GM.

Yah, akhirnya kita sampai di ujung musim NBA tahun ini. Sebuah perjalanan yang panjang dan menarik dan diisi dengan kualitas basket yang masih elit. Meski di playoffs masih terjadi terlalu banyak blowout dan hanya didominasi dua tim, musim reguler selalu menghibur dan tidak pernah membuat kecewa.

Selanjutnya kita bisa menikmati draft di tanggal 22 Juni waktu Amerika. Saya sendiri

Populer

Tujuh Tim Mengunci Tempat di FIBA Asia Cup 2025
Steve Kerr Disalahkan Atas Dua Kekalahan Beruntun Warriors
Charles Barkley Kritik Kebijakan Lakers Soal Bronny James
Pelatih Terkaya NBA Ternyata Bukan Pelatih Termahal Musim Ini
Sisa 2 Gim di Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025, Bagaimana Peluang Indonesia?
Ja Morant Kembali Dengan Dobel-dobel untuk Kemenangan Grizzlies
Knicks Lumpuhkan Nuggets dengan 60 Persen Tembakan
Porzingis Debut & Kembali ke Starting 5, Celtics Buat Clippers Tak Berkutik
Kawhi Leonard Otomatis Tidak Masuk Nominasi Gelar Individu NBA Musim Ini
Ron Artest Doakan LeBron James Bermain Sampai 25 Musim