Menelaah Demokrasi vs Monarki Jilid Empat di Final NBA

| Penulis : 

NBA Finals 2018 kembali mempertemukan Golden State Warriors dan Cleveland Cavaliers untuk keempat kalinya secara beruntun. Padahal, belum pernah ada dua tim yang beradu dalam empat jilid final beruntun sepanjang sejarah NBA. Dalam tiga pertemuan awal, Warriors boleh jemawa dengan dua kali keluar sebagai pemenang. Warriors memenangi final pertama dalam enam laga, kalah di pertemuan kedua di laga ketujuh, dan kembali menang di duel ketiga dengan lima laga. Final jilid keempat masih akan menggunakan sistem tujuh laga (best of seven) dengan Warriors memiliki keuntungan laga kandang, seperti tiga jilid sebelumnya.  

Pada final musim lalu, ESPN bekerja sama dengan Kobe Bryant membuat program yang membongkar gaya bermain kedua tim. Kobe memberikan julukan baru bagi kedua tim menurut gaya bermain mereka. Warriors menjadi The Golden Democracy sementara Cavaliers menjadi The Two Crowned Monarchy. Julukan tersebut meminjam istilah dalam sistem pemerintahan, demokrasi dan monarki.

Julukan yang diberikan Kobe musim lalu masih relevan semusim kemudian. Warriors masih bertahan menggunakan sistem demokrasi dan Cavaliers juga setia dengan monarki. Perubahan besar terjadi di Cavaliers terkait siapa pemimpin monarki mereka. Musim lalu ada dua raja yang bertahta, LeBron James dan Kyrie Irving. musim ini hanya satu raja berdiri kokoh melakukan segalanya bagi negara Cavaliers, Raja James.

Kepergian Irving otomatis menjadikan James raja tunggal dengan kekuasaan tertinggi dalam setiap laga Cavaliers. Terbukti jelas dalam laga ketujuh final Wilayah Timur melawan Boston Celtics, pemain berusia 33 tahun tersebut bermain 48 menit yang berarti tak diganti sama sekali sepanjang laga. Menit bermain tersebut dikonversi menjadi 35 poin, 15 rebound, 9 asis dan 2 blok dengan akurasi mencapai 50 persen. Laga tersebut diyakini beberapa pengamat sebagai laga yang paling menunjukkan dominasi James di tubuh Cavaliers.

Untuk negara Warriors, demokrasi masih setia menjadi fondasi utama mereka. Sepanjang 17 laga di babak playoff, Warriors memiliki rataan 25,6 asis per laga. Catatan tersebut merupakan tertinggi di antara empat tim yang lolos ke final Wilayah. Sementara Cavaliers hanya berada di angka 18,8 asis per laga yang 8,8 di antaranya datang dari Raja James.

Dewasa ini, sistem demokrasi ala Warriors dianggap sebagai sistem basket modern di seluruh dunia. Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa sistem ini disukai banyak pihak. Salah satunya adalah “enak dilihat”. Ya, sistem demokrasi Warriors membuat para pemain terus bergerak dan melakukan tembok (screen) untuk membebaskan rekannya. Gerakan-gerakan ini diselingi umpan lepas tangan (hand off) dan back door yang mematikan. Sementara sistem monarki ala Cavaliers dianggap menyebalkan karena sekali lagi, semua terserah Sang Raja.

Pertemuan dua kubu ini juga selalu memancing perhatian terkait siapa jaga siapa. Laga pertama yang digelar Kamis malam, 31 Mei 2018, waktu setempat, sudah dipastikan tanpa kehadiran Andre Iguodala di kubu Warriors dan Kevin Love di Cavaliers. Iguodala masih belum sembuh dari cedera lututnya sementara Love juga diragukan akibat benturan di kepalanya. Tanpa kehadiran Iguodala, Kevon Looney memiliki peluang besar untuk kembali tampil di barisan utama (starter). Hal serupa juga dialami oleh Jeff Green yang mengisi kekosongan Love pada gim ketujuh. 

James jelas akan menjadi kendala utama bagi Warriors. Apalagi, ia datang dengan kondisi membara selama babak playoff. Dalam 18 laga, bapak tiga anak ini rata-rata bermain selama 41,3 menit dengan membukukan 34 poin, 9,2 rebound, 8,8 asis, 1,4 steal, dan 1,1 blok per laga. Rata-rata James memasukkan 12,6 tembakan per laga saat tak ada pemain Cavalier lainnya yang memiliki rerata lebih dari 4,9 tembakan per laga.

Tanpa kehadiran Iguodala, Steve Kerr kemungkinan besar akan menugaskan Draymond Green sebagai penjaga utama Sang Raja. Dalam beberapa penguasaan bola, Kevin Durant juga akan berganti tugas dengan Draymond. Dua pemain ini adalah pilihan terbaik Kerr selama Iguodala absen. Selain berganti tugas dengan Draymond untuk menjaga James, Durant memiliki tugas pokok untuk menjaga Jeff Green. Pertemuan keduanya cukup menarik mengingat mereka pernah bermain bersama di Seattle Supersonics dan Oklahoma City Thunder.

Stephen Curry yang memiliki pertahanan terburuk ditugaskan untuk menjaga George Hill sementara Klay Thompson akan bertemu J.R. Smith. Kondisi jaga Curry dan Thompson bisa berubah seiring dengan performa Hill dan Smith. Bila Hill sedang “wangi” Thompson akan pindah tugas menjaganya. Perang pemain besara (bigman) akan melibatkan Looney dan Tristan Thompson. Kedua pemain akan terus beradu di bawah area kunci, bukan untuk mencetak angka, keduanya lebih banyak berperang berebut bola rebound.

James yang menanggung beban mencetak angka ataupun memfasilitasi rekan setim untuk mencetak angka jelas tidak akan diberikan beban berat untuk bertahan. Hal tersebut sama seperti yang terjadi dalam deretan laga melawan Celtics. James lebih banyak beroperasi di dekat area kunci dengan lawan yang harus ia jaga adalah forwarda terlambat atau senter lawan. Dalam kasus melawan Warriors, James tak akan dibebani tugas menjaga Durant seperti tahun lalu. Tahun ini tugas itu akan diserahkan kepada Jeff dan komposisi matchup kedua belah pihak akan sama, baik menyerang ataupun bertahan.

Banyak yang menilai Cavaliers musim ini jauh lebih buruk dari musim-musim sebelumnya, faktanya tak seburuk itu. Cavaliers musim ini justru tim yang paling mengakomodir permainan Sang Raja. James terkenal dengan gaya bermain isolation yang nyaris tidak dapat dihentikan oleh semua pemain di NBA. Fakta tersebut membuat sebuah tim akan menempatkan lebih dari satu pemain untuk menjaganya atau paling tidak bersiaga untuk membantu penjaga utama James.

Dengan minimal ada dua orang yang berkonsentrasi kepadanya, Cavaliers memiliki satu pemain yang otomatis terlepas dari pengawasan. Nyaris sepanjang waktu, pemain yang lepas dari penjagaan tersebut adalah Tristan. Saat ia benar-benar terlepas di area kunci, maka ia akan mengeksekusinya secara langsung. Akan tetapi, bila melihat area kunci tidak terbuka, Tristan akan melakukan tembok untuk membebaskan tiga pemain lain yang memiliki kemampuan tripoin ke area “panas” mereka.  Tristan rata-rata memberikan asis berupa screen sebanyak 3,1 per laga sementara Larry Nane Jr. menambahkan 1,7.

Ada 10 pemain Cavaliers yang memiliki rataan akurasi tripoin di atas 30 persen dengan minimal satu kali percobaan per laga. Sementara Warriors yang dikenal dengan penembak jitunya, ternyata hanya memiliki enam pemain yang akurasinya di atas 30 persen. Hal tersebut membuat opsi yang dimiliki Cavaliers lebih banyak dan bila pertahanan Warriors terpusat hanya kepada James, pemain-pemain lain bisa memanfaatkan ruang bebas.

Menarik menunggu bagaimana duel jilid keempat klub bersistem demokrasi lawan monarki ini. James sudah sekali menunjukkan monarki juga mampu meraih gelar sementara demokrasi sudah mencuri dua kemenangan.

Foto: NBA, USA Today

Populer

FG Nol Persen Lawan Grizzlies, Stephen Curry: Ini Memalukan
Rekor Kareem Abdul-Jabbar Dipecahkan LeBron James Lagi
Lakers Tundukkan Kings Dalam Dua Laga Beruntun Pekan Ini
Warriors Bangkit! Tujuh Tripoin Curry Membungkam Timberwolves
Jayson Tatum Menyala Saat Celtics Menghabisi Bulls
Victor Wembanyama Mencetak Satu Blok Tiap Tiga Menit
Alasan Donovan Mitchell Ada di Urutan ke-6 Dalam Daftar Calon MVP dari ESPN
Tanpa Pahlawan Bertopeng, Sixers Dihancurkan Cavaliers
LeBron James Menyingkirkan Kareem Abdul-Jabbar (Lagi)
Bucks Melanjutkan Tren Kekalahan Juara NBA Cup