Satria Muda Pertamina Jakarta sukses merengkuh gelar ke-10 mereka di IBL 2017-2018. Dengan gelar itu, Satria Muda pun menjadi klub paling banyak juara. Namun, bagi Audy Bagastyo Arizanugra, garda utama, ini merupakan gelar juara pertamanya di dunia bola basket profesional.
Egha—sapaan akrabnya—pertama kali tampil bersama Satria Muda di turnamen pramusim IBL 2015. Kala itu statusnya masih ruki (rookie), dan seiring berjalannya waktu, ia belajar banyak hal dari kompetisi termasuk menjadi seorang juara. Dengan gelarnya itu, ia mengaku semakin bersemangat menjalani aktivitas dan meningkatkan kualitas diri.
Kendati demikian, gelar juara Satria Muda bukanlah satu-satunya yang paling ia ingat. Sebagai seorang The Jak Mania—sebutan penggemar klub sepak bola Persija Jakarta—ia familiar dengan perasaan bangga. Karena pada Piala Presiden 2018, Persija sempat keluar sebagai juara.
Mainbasket menghubungi Egha melalui aplikasi obrolan di media sosial pada Jumat, 18 Mei 2018. Kemudian kami melakukan wawancara via surat elektronik sehari setelahnya untuk membicarakan dua klub kebanggaannya: Satria Muda dan Persija Jakarta.
Halo, Egha, apa kabar?
Alhamdulillah, kabar baik sekali.
Seperti apa rasanya bangun tidur sebagai juara IBL 2017-2018?
Hmm, setiap bangun itu rasanya jadi semangat banget menjalani aktivitas. Hahaha.
Kompetisi sepertinya masih akan berlanjut. Bagaimana Egha menyiapkan diri untuk menghadapi musim depan?
Sekarang ini, sih, masih mengikuti program latihan yang dikasih Coach saja. Kalau untuk tambahan belum terlalu intens nge-gym dan sedikit individual skill. Paling nanti intensitas tambahan dinaikan kalau sudah dekat pre-season. Sekarang lagi fokus buat nikah, nih, biar lancar sampai hari H. Amin.
Satria Muda masih tetap berlatih di bulan Ramadan?
Yap, kami—Satria Muda—di bulan ramadan setiap tahunnya tetap latihan. Biasanya 1-2 minggu di awal bulan Ramadan. Biar stay in shape dan sekalian ngabuburit juga.
Dari hasil musim kemarin, ada evaluasi apa saja dari pelatih tentang Egha?
Banyak sih, tapi contohnya yang paling penting seperti more mature dalam bermain, konsisten setiap pertandingan, dan defense sekarang sudah harus naik levelnya, karena ukurannya bukan pemain lokal lagi, tapi ya pemain asing.
Kira-kira bagaimana Egha memperbaiki yang kurang dan mempertahankan bahkan meningkatkan yang sudah bagus?
Untuk memperbaiki kekurangan, yang pasti aku harus selalu lebih dari sebelum-sebelumnya; dari segi statistik, psychal, mental, dan skill tentunya. Itu yang selalu jadi prinsip aku untuk melihat ke depan. Yang bagus pun jelas harus aku pertahankan dan juga ditingkatkan.
Egha juga harus menghadapi pemain asing di IBL. Secara kualitas mereka boleh jadi di atas pemain lokal, tapi bagaimana Egha menyikapi hal itu? Bagaimana Egha bisa bersaing dengan mereka, setidaknya secara mental?
Untuk hal itu mesti diakali tentunya. Mungkin secara matchup one on one aku masih di bawah pemain asing, tapi basket kan five on five. So, aku percaya sama pelatih dan teammates untuk mengatasi hal itu. Aku, sih, selalu jalani role aku saja. Ketika ada kesulitan, secara tim pasti membantu aku bagaimanapun. Kalau secara mental, sih, aku tidak pernah takut apa pun di basket, even pemain asingnya itu sejago apa. Malah aku selalu mau menaikkan mental teammates-ku setiap pertandingan. Selalu mau bawa energi positif, sih, di tim. Mau lagi main atau di bench. Sebelum pertandingan dan sesudah pertandingan. Gitu, sih, intinya.
Secara postur, Egha relatif kecil dibandingkan lainnya. Bagaimana Egha tetap bisa percaya diri?
Hahaha, ngeledek nih. Di tim, aku termasuk yang paling kecil. Masih ada yang lebih kecil dari aku; cc: Coke (Christian Gunawan). Biasanya dibercandai, sih, kalau di mes sama anak-anak dan Coach, tapi aku selalu anggap lucu saja, sih, karena di lingkungan di luar basket, ya masih standar Indonesia lah, ya. Hahaha.
Di pertandingan, sih, menurut aku gede kecil selalu positive thinking. Tidak ada yang sempurna kok, pasti ada kekurangannya. Bagaimana kita saja memanfaatkan kekurangan lawan pas lagi main. Sama kita boleh lebih kecil, tapi kalo main, sih, hatinya yang harus benar-benar besar.
Selain Satria Muda, musim lalu Persija Jakarta juga juara Piala Presiden. Sebagai penggemar, seberapa berarti kemenangan Persija itu?
Bicara soal Persija jadi ingat masa-masa SMP dulu. Antusias banget nonton Persija sampai punya cita-cita masuk Persija terus bawa juara liga. Hahaha.
Aku sudah menunggu banget dari dulu untuk Persija juara. Terakhir juara, sebelum yang kemaren juara itu, kalau tidak salah tahun 2001. Nah, kecewa banget pas kalah sama Arema di final Copa Indonesia 2005. Zamannya Batoum Roger, Ortizan Solossa, kipernya Mukti Ali Raja. Pengorbanannya itu loh, pulang sekolah langsung cabut sama The Jak Ciganjur Jaksel. Dulu naik di atas metromini; ikut kakak-kakak nyanyi-nyanyi dalam perjalanan ke GBK. Hujan-hujanan, terus tidak izin orang tua. Sudah gitu Persijanya kalah dramatis pula. Jadi, ya pas juara kemarin bangga banget sama Persija. Finally gitu, kan.
Sejak kapan Egha menjadi penggemar Persija?
Pas 2001. Masih SD. Gara-gara Persija juara mengalahkan PSM (Makassar). Zamannya Bepe (Bambang Pamungkas), Gendut Doni, sama Mbeng Jean kipernya.
Mengapa harus Persija? Mengapa tidak tim-tim lain?
Ya aku tinggal dan gede di Jakarta, dan jatuh cinta pada pandangan pertama lah istilahnya. Baru mengerti bola, cari tahu tim bola apa di Jakarta, ya Persija. Hahaha.
Saya penggemar Persib Bandung sejak lahir. Kita tahu Persija dan Persib punya rivalitas tinggi di Liga. Apa pendapat Egha soal rivalitas kita?
Sebenarnya rivalitas itu penting. Maka dari itu, selalu saja ada hal menarik dari rivalitas itu sendiri. Contohnya saja El Classico di Spanyol, derby Della Madonnina di Italia, dan yang pasti Aspac (kini Stapac Jakarta) and SM di Indonesia. Setiap tanding pasti tensinya tinggi. Dan, itu selalu menarik perhatian bagi yang menonton, yang main atau siapa pun. Lebih ke gengsi juga, sih. Jadi, beda auranya. Seru.
Di lapangan, pemain tetap bersaing. Di luar lapangan, penggemar juga bersaing, bahkan tidak jarang terjadi bentrokan yang tidak diinginkan. Apa pendapat Egha soal ini?
Nah, banyak juga tuh saking rivalnya garis keras, The Jak dan Viking berujung keributan yang bahkan sampai memakan korban. Nah, yang itunya saja, sih, yang aku sayangkan. Lebih baik adu chants saja, kan seru. Atau koreografi, mozaik suporter, kan enak dilihatnya. Kita juga jadi bangga dan tenang kalau pakai karya atau kreativitas seperti itu. Semoga damai terus, sih, The Jak dan Viking, ataupun penggemar-penggemar tim mana pun dan cabor apa pun.
Oh ya, Persija juga ikut AFC. Seperti apa penampilan mereka di sana?
Selama AFC di fase grup, sih, bagus banget mainnya. Tapi, kurang klimaks. Kan kalah kemarin sama Home United.
Selain AFC, Persija juga harus melakoni Liga 1. Jadwal padat dan terkadang bentrok. Apa pendapatmu soal ini?
Sebenarnya sama, sih, seperti di liga luar. Liga Inggris ada FA Cup juga yang kadang berbarengan sampai harus diundur jadwalnya. Ya, pintar-pintar pelatih dan pemain untuk jaga stamina biar tidak drop banget.
Ya, mau gak mau kalau menurutku, itu sudah jadi tanggung jawab semua pihak klub untuk berpartisipasi di dua kompetisi. Jadi, ya, tinggal bagaimana cara mereka mengatasinya.
Seperti apa prediksi Egha soal Liga 1 musim ini? Tim-tim kuat seperti Madura United masih bertengger di klasemen atas, sementara tim kebanggaan kita masih semenjana.
Iya, nih, agak khawatir Persija di posisi 12 sekarang. Semoga pertengahan musim bisa naik di lima besar. Jadi, kemungkinannya makin besar buat juara. Dan, untuk yang di papan atas semoga saja poinnya tidak jauh-jauh amat.
Omong-omong, siapa pemain Persija favorit Egha dan mengapa mengidolainya?
Andritanny. Dia kakak kelas di SMP. Dulu aku backup dia jadi kiper untuk tim futsal SMP. Eh, tahunya sekarang jadi kiper Persija.
Ada tidak starting eleven Persija favorit Egha sepanjang masa? Coba sebutkan dari kiper sampai striker.
Jelas ada dong. Andritanny (kiper), Ismed Sofyan (bek sayap ), Abanda Herman (bek tengah), Fabiano (bek tengah), Ortizan Solossa (bek sayap), Elie Aiboy (gelandang), Greg Nwokolo (gelandang), Rohitchand (gelandang), Emannuel De Porras (penyerang), Bambang Pamungkas (penyerang), Marco Simic (penyerang).
Oke, cukup sekian pertanyaan kami. Semoga Egha bisa terus meraih mimpi-mimpinya, tapi Persija jangan juara lagi. Biar Persib saja, hahahaha.
Iya, amin. Persib juara dua, Persija juara satu.
Foto: Hari Purwanto