Catatan: Anda sebaiknya menonton videonya terlebih dahulu sebelum membaca tulisan ini. Namun, perlu diperhatikan, terdapat adegan kekerasan menggunakan senjata api. Kami mengimbau untuk tidak menyaksikannya bersama anak-anak di bawah umur.
Ada banyak cara bisa dilakukan penggiat industri kreatif untuk menyampaikan pesan tertentu. Hal itu coba dilakukan Donald Glover yang punya nama panggung Childish Gambino. Pria multitalenta ini sedang jadi obrolan hangat terkait video lagunya berjudul “This Is America”. Glover ingin menyampaikan maksud rahasia di video klip itu terkait isu yang sedang merebak di Negeri Paman Sam.
Video ini mengambil tempat sebuah gudang besar yang diisi berbagai properti. Tak hanya itu, Hiro Murai selaku sutradara melibatkan sekitar 30-an figuran. Video ini dibuka dengan adegan penembakan Glover terhadap gitaris tua yang wajahnya ditutup kain putih. Sepanjang video, Anda disajikan adegan Glover yang menari dengan sekelompok pelajar Afrika-Amerika, sementara di belakang mereka terjadi berbagai kekacauan. Video ini kemudian ditutup dengan Glover yang berlari menghindari kejaran sekelompok orang dengan baju berbeda-beda. Komposisi adegan itu pun berhasil mendapat tanggapan positif dari Erykah Badu, Janelle Monae, Trent Reznor, serta figur publik lain melalui akun Twitter masing-masing.
Lewat adegan-adegan yang ditampilkan itu, Glover ingin kita menginterpretasikan sendiri pesan yang ingin ia sampaikan. Walau begitu, beberapa media besar telah merangkum asumsi terbesar terkait makna setiap hal yang disajikan Donald Glover di video lagu “This Is America”.
Mengkritisi Kejahatan Menggunakan Senjata Api dan Peredarannya
Adegan yang menunjukkan senjata yang digunakan untuk membunuh dibungkus dengan kain merah lalu diperlakukan dengan baik.
Dalam video ini, ada dua adegan penembakan yang dimunculkan di detik 0:52 dan 1:53. Uniknya, setelah menembak, senjata api yang digunakan kemudian dibungkus dengan rapi dalam sebuah kain merah. CNN mengatakan, adegan itu menunjukkan bagaimana senjata api masih diperlakukan dengan baik serta dibiarkan berkeliaran tanpa peraturan ketat hingga akhirnya merenggut nyawa banyak korban.
Untuk adegan di menit 1:53, Washington Post mengatakan bahwa adegan itu Glover tujukan untuk mengingatkan kita pada kasus penembakan di Emanuel African Methodist Episcopal Church, Charleston, Amerika Serikat, 2015 silam. Seorang aktivis kulit putih, Dylann Roof, secara membabi uta menembak 10 orang jemaat, sembilan meninggal di tempat sementara satu luka berat. Penembakan itu ia lakukan dengan harapan agar memicu perang ras. Tempat itu dipilih karena gereja jadi tempat bersejarah perjuangan penegakan HAM warga keturunan Afrika-Amerika.
Hingga kini, senjata api dijual secara bebas di Amerika Serikat. Bahkan, tidak perlu syarat tertentu bagi calon pembeli untuk mendapatkan senjata yang mereka inginkan kecuali sejumlah uang untuk menebusnya. LeBron James dan aktivis lain telah menyuarakan kondisi yang menurut mereka gawat namun belum ada tanggapan lebih lanjut dari pemerintah.
Memperagakan Sosok Jim Crow
Donald Glover tiru gerakan Thomas Darmouth Rice saat memeragakan Jim Crow di adegan pembuka video.
Pada adegan pembuka, Glover menggunakan senyum aneh dengan gerakan berlebihan. Justin Simien, sutradara film “Dear White People” yang tayang eksklusif di Netflix, menyimpulkan bahwa Glover sedang memperagakan tokoh fiksi Jim Crow. Tokoh ini diambil dari karakter budak Afrika-Amerika pada 1800-an yang dimainkan Thomas Dartmouth Rice dalam sebuah panggung sandiwara.
Dalam dokumen sejarah Jim Crow yang ditulis Ferris State University, Rice adalah seorang seniman berkulit putih. Dalam memerankan Jim Crow, ia mengecat seluruh tubuhnya sehingga tampak seperti orang Afrika-Amerika. Rice memeragakan sesosok budak berkulit hitam yang sulit berjalan dengan gerakan tubuh kacau. Selama memerakan Jim Crow, Rice berhasil memerankan sesosok budak Afrika-Amerika yang malas, bodoh, kurang layak dianggap manusia, serta tidak layak terintegerasi dengan manusia lain.
Penampilannya ini kemudian memancing tindakan rasialisme. Bahkan, di akhir 1800-an hingga 1960-an, Amerika Serikat menerapkan peraturan bernama Jim Crow Law. Peraturan ini berisi anjuran praktek segregasi (pemisahan) fasilitas publik untuk orang dengan ciri-ciri tertentu (orang berkulit hitam). Isu itu kemudian menjadi dasar isu rasialisme yang meluas dengan memperlakukan masyarakat Afrika-Amerika berbeda dengan masyarakat berkulit putih.
Tarian Gwara-gwara dari Afrika Selatan
Donald Glover berdansa hampir di seluruh video. Pada menit 1:35, setelah terpisah dengan pedansa remaja di belakangnya, ia kemudian mendekat lagi. Kali ini, mereka berdansa dengan gerakan seragam. Media gaya hidup Insider menyebutkan bahwa tarian ini menggambarkan tarian Gwara-gwara, sebuah tarian asli Afrika Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa isu rasialisme, atau yang disebut apartheid, juga terjadi di negara paling selatan di Afrika itu.
Dansa Penyamar Kericuhan
Isaac Bailey dari CNN berpendapat bahwa dansa yang dilakukan itu sebagai penggambaran bagaimana media mencoba memberi pengalihan di balik penderitaan yang dirasakan warga Afrika-Amerika. Ia menambahkan bahwa hal ini jadi hal yang mulai dimaklumi di Amerika Serikat, terbukti dengan adegan itu yang dilakukan hampir di seluruh video.
“Semua yang berjuang di belakang seakan terperangkap pada keadaan yang ada. Sementara kondisi mereka itu disamarkan dengan hiburan yang jadi fokus di depan kamera. Melihat ke belakang justru akan mengurangi estetika hiburan,” tulis Bailey di artikelnya terkait video ini. Opini ini juga disampaikan warganet yang coba menganalisa topik ini. Uniknya, koreografer “This Is America”, Sherrie Silver, mencuitkan kembali (retweet) cuitan itu walau tanpa menyertakan penjelasan apa pun.
Sindiran Untuk Polisi Amerika Serikat
Lirik “This a Celly / That’s a Tool” jadi penanda bagaimana Glover melihat kasus Stephon Clark. Clark adalah remaja Sacramento, Amerika Serikat, yang ditembak polisi karena membawa benda yang diduga senjata (tool). Faktanya, ia hanya membawa sebuah iPhone di sakunya ketika ditembak. Glover menyanyikan sepenggal lirik ini dalam sebuah adegan yang menampilkan figuran sesosok remaja kulit hitam sedang memegang ponsel di menit 2:27.
Kejadian ini jadi pemancing isu rasialisme setelah kasus pembunuhan Trayvon Martin pada 2012. Martin adalah remaja Afrika-Amerika yang dibunuh tetangganya sendiri dengan alasan Martin terlihat mencurigakan. Sang pembunuh, George Zimmermann, mengaku bahwa gerak-gerik Martin di depan rumahnya tampak mencurigakan. Ia mengenakan sweter hoodie dengan tudung dikenakan di kepala serta tangan dimasukkan saku. Zimmermann yang seorang kulit putih melihat Martin seakan ingin melakukan kejahatan ke rumahnya. Padahal, Martin hanya sedang melintas tanpa membawa senjata tajam maupun api. Saat di pengadilan, Zimmermann mengaku melakukannya untuk melindungi diri yang kemudian ia tidak dikenakan hukuman apa pun.
Genre yang Menggambarkan Fenomena Sosial
Jumlah personil paduan suara menggambarkan jumlah korban penembakan di Emanuel African Methodist Episcopal Church, Charleston, 2015 lalu.
Frank Guan, analis dari Vulture, mengambil sisi dari jenis rap yang dipilih Glover. Di lagu ini, Glover menggunakan jenis rap bernama trap. Dalam kultur hip-hop, trap rap adalah subgenre dalam seni bernyanyi rap yang tumbuh di Atlanta, Amerika Serikat. “Atlanta” adalah serial yang melambungkan nama Glover sebagai seorang aktor serta komedian.
“Glover ingin memberi penghormatan untuk dominasi budaya subgenre trap. Musik ini juga punya refleksi menggelikan bagaimana fenomena sosial di daerah Atlanta. Ia juga ingin memperlihatkan pemahaman sosial bahwa laki-laki itu seorang penghasil uang serta laki-laki berkulit hitam identik dengan tindak kriminal,” tulis Guan dalam artikelnya.
Argumentasi laki-laki adalah penghasil uang Glover tulis dalam “Grandma told me get yo money, Black Man” yang dinyanyikan dalam format suara paduan suara tenor. Sedangkan argumentasi pria kulit hitam adalah pelaku kriminal tersirat dari figuran yang sedang mengacau di belakang Glover yang sedang berdansa.
Donald Glover Memilih Diam
Dalam acara Jimmy Kimmel Live pada 10 Mei 2018, Glover yang juga membintangi film “Solo, A Star Wars Story” diundang untuk membicarakan berbagai hal tentangnya beberapa waktu belakangan. Dalam percakapan itu, Kimmel mencoba bertanya makna video lagu terbarunya itu. Glover selalu menghindar dan tak memberi informasi yang dibutuhkan.
Walau Kimmel coba bertanya beberapa kali, Glover tetap kukuh dengan pendiriannya dengan alasan ia terlalu sensitif untuk membahasnya. “Sejujurnya, saya tidak ingin terlibat dalam penginterpretasian video itu. Saya merasa terlalu sensitif. Biarlah mereka mengartikan sesukanya,” ujarnya. Ya, Glover justru meminta para penonton video lagunya untuk mengartikan maknanya sesuai dengan apa yang penonton pikirkan.
Foto: Youtube