Tim GSBC 1 Jakarta memastikan diri menjadi wakil Indonesia di ajang basket 3x3 Red Bull Reign World Final 2018 yang akan digelar pada bulan September, di Washington D.C., Amerika Serikat. Kepastian ini didapat setelah pada pertandingan final Red Bull Reign Indonesia 2018, tim GSBC 1 mengalahkan tim Jet Life, wakil dan sekaligus juara dari Red Bull Reign Bandung, dengan kedudukan telak, 15-4.
Putaran final Red Bull Reign Indonesia diikuti oleh 12 tim: 4 dari Jakarta, 4 dari Bandung, dan 4 tim wild card yang masing-masing terdiri atas 1 tim mewakili Surabaya, Bali, Bogor dan juara kedua (runner up) tahun 2017. Semua laga berlangsung pada hari Minggu, 13 Mei di lapangan basket Pati Unus Jakarta. Sehari sebelumnya, atau pada tanggal 12 Mei, juga digelar Red Bull Reign edisi Jakarta yang diikuti oleh 24 tim yang bertujuan memilih 4 wakil dari Ibu Kota untuk tampil di putaran final.
Turnamen basket 3x3 Red Bull Reign terbilang istimewa. Kompetisinya menggabungkan aturan-aturan pertandingan FIBA 3x3 dengan aturan kompetisi khas Red Bull Reign.
Aturan-aturan standar FIBA 3x3 yang berlaku antara lain lamanya waktu pertandingan, jumlah maksimal skor kemenangan (21), serta aturan babak tambahan waktu di mana tim yang lebih dulu mencetak dua poin akan keluar sebagai pemenang.
Sementara aturan Red Bull Reign yang spesifik adalah tim-tim yang lolos ke putaran selanjutnya tidak ditentukan oleh jumlah kemenangan. Melainkan dari akumulasi total poin yang dicetak selama bertanding. Jadi, tim yang sering menang namun dengan skor rendah sangat mungkin tersisih oleh tim yang kerap kalah, namun dengan poin akhir yang tinggi.
Perjalanan GSBC 1 hingga menjadi juara Red Bull Reign Indonesia sangat berliku bahkan bisa dikatakan diliputi keajaiban. Tim yang diperkuat oleh Jonathan Saragih, Pringgo Regowo, Muhammad Tri Wicaksono dan Muhammad Arighi ini awalnya tidak termasuk di dalam empat tim asal Jakarta yang lolos ke putaran final. Mereka tersisih di babak penyisihan Jakarta.
Tidak lolosnya GSBC 1 sebagai salah satu wakil Jakarta tak lepas dari aturan permainan yang spesifik Red Bull Reign tadi. Namun, malam sebelum putaran final berlangsung, wakil wild card dari Bogor dipastikan tak bisa tampil.
Empat tim terbaik di luar empat yang sudah pasti lolos kembali diundang panitia untuk berkompetisi memperebutkan satu tempat yang kosong. GSBC 1 menang dan berkesempatan tampil di putaran final.
“Saya setuju kalau aturan tersebut (akumulasi poin) dihapus. Karena kami semua yang tampil di Red Bull Reign ini adalah pemain-pemain 3x3 juga. Tapi saya sadar itu kebijakan dari Red Bull pusat yang juga berlaku di negara-negara lain,” jelas Jonathan Saragih beberapa saat sebelum tampil di laga final.
Jet Life tampil di final berkat permainan cepat yang mengandalkan tembakan-tembakan jarak jauh yang akurat. Pemain-pemain yang memperkuat Jet Life adalah para pemain Garuda Bandung yang tampil di IBL musim 2017-2018 lalu. Mereka terdiri atas Hans Abraham, Luthfianes Gunawan, Pandu Wiguna dan Anggi Alfiandi. Nama terakhir hadir sebagai pengganti Gary Jacobs yang berhasil membawa Jet Life juara Red Bull Reign di Bandung.
Red Bull memang memperkenankan satu tim menggunakan satu pemain asing di dalam tim dan hanya Jet Life yang memanfaatkannya. Namun, Gary pun akhirnya absen di putaran final karena harus kembali ke Amerika Serikat.
Di final, pergerakan Hans Abraham menjadi sangat terbatas oleh penjagaan ketat Arighi. Hal sebaliknya tidak terjadi. Arighi leluasa mengatur permainan dan memanfaatkan kehadiran dua pemain besar Jonathan dan Pringgo Regowo. Tri Wicaksono sendiri memiliki senjata penetrasi yang sangat mematikan.
“Jet Life memang banyak memberi bola ke Hans. Maka otomatis kami harus menghentikan itu, bola tidak boleh ke Hans. Lebih baik bola ke pemain lain selain Hans,” ungkap Arighi yang di sepanjang laga final terus menempel ketat Hans Abraham.
Tri Wicaksono juga memberi pandangan bahwa strategi kemenangan GSBC 1 bukan hanya kemenangan di laga final saja. Melainkan juga kecermatan mengamati setiap lawan, baik di grup sendiri maupun di grup-grup lainnya.
“Kami harus pandai baca situasi. Baik situasi tim kami sendiri, maupun situasi tim lawan,” tambah Tri Wicaksono. “Kami harus benar-benar menghitung. Kami, misalkan sudah menang, tapi kalau skor kami rendah, ya bisa kami yang tereliminasi. Persis seperti kejadian di babak penyisihan Jakarta kemarin (12 Mei). Kami menang banyak (menang 5 dari 6 laga), tapi yang lolos tim yang poinnya lebih banyak. Selain itu, kami juga harus menahan tim-tim yang melawan kami agar tidak mencetak poin banyak.”
Selama dua hari, GSBC 1 bermain sebanyak 21 kali atau selama 210 menit. Kalau dirata-rata, maka dalam sehari tim GSBC 1 bermain setara dengan 2,5 kali permainan basket lima lawan lima. Itu pun dimainkan di bawah terik matahari Jakarta yang sangat menguras tenaga. “Badan saya sudah sakit semua. Mulai dari kaki, lutut, paha dan sekarang pantat dan badan,” terang Pringgo Regowo. “Benar-benar harus jaga kondisi badan. Kami banyak minum dan mengatur makan.”
Panitia penyelenggara Red Bull Reign sangat mengetahui kondisi ini. Sepanjang penyelenggaraan, panitia menyediakan makanan dan minuman yang sangat cukup bagi para peserta. Para peserta juga bisa menikmati buah-buahan untuk mempercepat kembalinya energi, selain tentunya beberapa jenis minuman termasuk Red Bull untuk menjaga stamina.
Selain itu, panitia Red Bull Reign juga menyediakan jasa fisioterapis untuk menangani para pemain, baik yang kelelahan hingga yang mengalami cedera. Jasa fisioterapis ini sedikit banyak mampu membuat para pemain lebih relaks dan siap dalam menghadapi rangkaian laga yang panjang.
Berangkatnya GSBC 1 sebagai wakil Indonesia di Washington D.C. bulan September nanti membawa satu catatan menarik. Ini akan menjadi tahun kedua berturut-turut bagi Jonathan Saragih mewakili Indonesia. Sebelumnya, di tahun 2017, Jonathan berangkat bersama tim A-Plus yang juga diperkuat oleh Xaverius Prawiro, Andi Poedjakesuma dan Rony Gunawan.
“Kami akan berusaha memberikan yang terbaik di Washington nanti,” kata Tri Wicaksono. “Sudah ada Jonathan yang akan membagikan pengalamannya dan kami juga berasal dari satu klub basket yang sama. Jadi kami akan berlatih intensif sampai bulan September nanti.”
“Di sana, kami sudah bukan GSBC 1 lagi,” tambah Jonathan. “Kami memang dari GSBC, tapi kami akan membawa nama Indonesia.”(*)
Foto: Ariya Kurniawan