Nike dan Michael Jordan adalah kerja sama merek-atlet yang dianggap paling sukses di dunia. Sepatu hasil kolaborasi mereka, Air Jordan, mampu memberi pengaruh di ranah basket dan kultur busana ala streetwear. Kini pundi-pundi hasil kerja sama terus mengalir walau Jordan telah benar-benar pensiun sejak 2003.

Tahun 1988 adalah tahun gamang bagi Nike. Komitmen besar Jordan bukan pada merek, tapi pada timnya. Ia akan menggunakan sepatu apapun asalkan mengakomodasi kebutuhannya untuk memberikan kemenangan bagi Bulls. Jordan dikabarkan kurang puas dengan dua sepatu basket yang disediakan Nike untuknya, Air Jordan 1 dan 2. Bahkan ia harus menanggung cidera enkel karena menggunakan Air Jordan 2. Nike dihadapkan pada kemungkinan kehilangan bintang muda potensial.

Keputusan tersebut hampir saja bulat hingga Jordan memberi satu kesempatan lagi bagi Nike. Dalam keadaan genting itu, Nike menggantungkan harapan pada sosok Tinker Hatfield. “Saya hanya sekali bertemu dengannya (Michael Jordan) sebelum akhirnya menggambar desain awal Air Jordan 3,” ungkap Hatfield pada Nike News. “Ia tipikal atlet yang tak membutuhkan Nike bila Nike tidak memberikan apa yang dia inginkan untuk jadi pemain andalan Bulls,” imbuhnya.

Tinker Hatfield bersama Air Jordan 3 yang ia desain.

 

Pertemuan pertama Hatfield dan Jordan berisi obrolan tentang sepatu apa yang diinginkan pemilik nomor 23 itu. Sementara pertemuan kedua adalah presentasi prototipe produk sekaligus momentum apakah Jordan memutuskan hengkang atau tinggal.

“Michael menginginkan sepatu selincah low-top namun sestabil dan seaman hi-top untuk kaki. Itu adalah pandangan tentang performa sepatu, hal yang tidak didapatkan atlet-atlet di zaman itu,” ujar Hatfield dikutip dari Slam Kicks edisi khusus kolektor Air Jordan pada 2014. Dari penjelasan Jordan itulah Hatfield kemudian membuat pengembangan Air Jordan 2.

“Di pertemuan kedua, saya membawa prototipe Air Jordan 3. Ia memegangnya selama lima menit lebih dan melihatnya dengan seksama. Lalu ia tersenyum dan menanyakan banyak hal terkait sepatu itu. Di situlah semua dimulai,” terang Hatfield. Dari pertemuan ini, maka rilislah Air Jordan 3 dengan segala hal yang disukai Jordan hingga ia menyebutnya sebagai sepatu paling difavoritkan di antara semua edisi Air Jordan yang ada.

Beberapa contoh sketsa Air Jordan 3 yang dikerjakan oleh Hatfield.

 

Di akhir tahun 1980-an, Air Jordan 3 merupakan sepatu paling mutakhir di ranah NBA. Sepatu ini lebih ringan dari sepatu berbahan kulit lainnya, responsif, aman untuk enkel, dan membuat Jordan serasa berjalan di udara lewat teknologi Air Bubble yang ditampakkan dari samping. Detail lain yang meluluhkan Jordan adalah panel di bagian ujung depan sepatu yang terbuat dari kulit yang halus.

Walau sepatunya kini telah disukai banyak kalangan, Jordan butuh waktu beberapa saat untuk memutuskan sepatu mana yang paling ia favoritkan. Gestur tersebut ia tunjukkan ketika ia diwawancarai Slam pada 2008 lalu. “Ini akan jadi pilihan yang bersifat sentimental bila saya harus memilih Air Jordan mana yang paling saya sukai. Saya suka (Air Jordan) 11, (Air Jordan) 3 tentu saja, (Air Jordan) 13 pun begitu. Hmm di antara ketiga terfavorit saya, saya pilih Air Jordan 3,” kata Jordan.

Dengan luluhnya pemain bernomor seragam 23 itu, maka Nike mengamankan aset paling berharga untuk menguasai pasar sepatu basket di NBA yang berdampak pada penjualannya di dunia. Akan sulit terbayangkan bila akhirnya Jordan benar-benar meninggalkan Nike dan beralih ke merek lain.

Swoosh yang Akhirnya Dihilangkan

Air Jordan 3 sejatinya berornamen swoosh (logo Nike berbentuk centang) di bagian samping. Hal itu dibuktikan dengan sketsa Tinker Hatfield yang ditunjukkan ke publik. Desainer lulusan arsitektur bangunan tersebut mengungkapkannya ketika sketsa itu akhirnya dilepas ke awak media oleh Nike. “Memang benar. Seharusnya ada swoosh di sepatu itu (Air Jordan 3). Tapi akhirnya dihilangkan,” kata Hatfield dilansir dari Sneakers Magazine.

Dalam proses mendesain sepatu, eksplorasi menempatkan swoosh di sepatu jadi bagian paling disukainya. Walau begitu, bukan berarti semua petinggi Nike menyetujui konsep miliknya. Hal ini jadi gambaran tentang perubahan penempatan logo di sepatu tersebut. “Menurut saya, menempatkan swoosh di situ akan terlihat keren. Tapi saya sadar, hal itu akan mengecewakan teman-teman saya di Nike yang lain, hahaha,” ceritanya kepada Sole Collector.

Selain dari segi estetika, menghapus logo Nike itu juga demi Jordan sendiri. Hatfield juga menceritakan bahwa ia ingin memberi kesempatan Jordan untuk lebih dilihat dengan menempatkan logonya (Jumpman 23) di bagian lidah depan. Dari situ, maka jadilah desain Air Jordan 3 yang biasa kita temui selama 30 tahun belakangan. 

Air Jordan 3 “Tinker Hatfield”

Walau sempat ditolak di awal, sketsa Air Jordan 3 dengan logo Nike di bagian samping akhirnya dirilis ke publik. Sepatu ini diberi nama sesuai dengan nama desainernya. Edisi terbaru dalam keluarga Air Jordan 3 ini benar-benar cetakan nyata dari desain awal Hatfield untuk Jordan.

Basis sepatu ini adalah modifikasi Air Jordan 2 dengan penambahan beberapa fitur dan warna, seperti formasi lubang tali yang berbeda, penempatan plastik poliuteran di tumit, ornamen motif gajah (elephant print) di tumit bawah, serta kantong udara (Air Bubble) yang tampak dari samping terinspirasi dari Nike Air Max 1. Nike menambahkan tanda tangan Hatfield di lidah bagian dalam sebagai pelengkap.

Sepatu ini akan dirilis pada 24 Maret 2018 dengan harga retail yang disarankan sebesar €225 (Rp3.825.000 belum termasuk pajak).

Sumber Foto: Kiron Heriot Darragh untuk Air Jordan, Nike

Komentar