Nyaris epanjang hari, dari bulan Oktober hingga April, kita semua, para pecinta NBA mendapat suguhan pertandingan menarik. Walau kata âsuguhan menarik setiap hariâ agak sulit diterapkan di Indonesia karena keterbatasan sarana dan waktu untuk menikmati pertandingan langsung NBA, yang jelas, selama satu musim reguler ada 1.230 pertandingan NBA. Dari total 30 tim kontestan, masing-masing melakoni 82 pertandingan.
Seminggu setelah musim reguler berlalu, suguhan dengan intensitas ketegangan pertandingan yang lebih tinggi menyusul. Playoff NBA adalah laga hidup-mati untuk memperebutkan gelar juara. Setiap tahun, ada 16 tim dari 30 yang lolos ke babak ini. Mereka adalah 8 tim terbaik dari Wilayah Barat dan 8 tim dari Wilayah Timur.
Di antara tim-tim yang lolos ke babak playoff musim ini, ada satu nama yang absen. Nama yang seharusnya sangat bisa berada di sana dan bersaing. Nama besar yang tidak jauh lalu merupakan jawara NBA. Miami Heat.
Miami Heat adalah tim yang terluka di musim ini. Sejak dibentuk pada tahun 1988, mereka sudah merebut gelar juara tiga kali. Terakhir adalah tahun 2012 dan 2013. Satu lagi di tahun 2006.
Pada tahun 2006, Heat berhasil juara bersama Dwyane Wade, Shaquille OâNeal, Jason Williams, Alonzo Mourning dan juga Gary Payton. Tercatat hanya Wade yang menjadi pemain asli dari draft Heat. Sisanya adalah pemain-pemain bintang yang sudah mulai memasuki usia veteran ataupun berkutat dengan cedera.
Tapi setelah juara itu, kesulitan menerpa Heat. Cedera dan menurunnya performa pemain-pemain kunci membuat Heat yang memang masih mampu melenggang ke playoff harus mengakui keperkasaan Chicago Bulls dengan kedudukan telak 4-0.
Musim 2007-2008 jauh lebih buruk. Dengan ditukarnya OâNeal ke Phoenix Suns di tengah musim, ditambah cedera yang menyerang Wade hampir selama satu musim, Heat hanya memenangi 15 laga dalam semusim. Itu menjadi rekor terburuk dalam sejarah Miami Heat.
Di musim selanjutnya Pat Riley mengundurkan diri sebagai kepala pelatih. Ia bergeser menjadi presiden di klub yang sama. Pengunduran diri Pat Riley ini membawa asisten pelatih mereka Erick Spoelstra naik pangkat menjadi kepala pelatih.
Menariknya, Erick mengawali karir di Heat hanya sebagai manajer video yang tugasnya mengumpulkan dan memastikan semua pertandingan terekam dan tersimpan dengan baik.
Karir Erick sebagai kepala pelatih ternyata melebihi ekspetasi. Pada musim 2008-2009, Heat melaju ke playoff dengan total kemenangan 45 laga. Meningkat jauh dari musim sebelumnya yang hanya 15 laga. Selain keberadaan Erick, kebugaran Wade juga yang menjadi peringkat pertama dalam pengumpulan poin semusim itu pun juga faktor pembeda.
Musim selanjutnya Heat kembali lolos ke playoff. Sayangnya, mereka tidak bisa melangkah lebih dari putaran pertama.
Di musim 2010-2011 Heat membuat gebrakan. Mereka memboyong bakat-bakat hebat pada diri LeBron James dan Chris Bosh ke âSelatanâ, alias Miami. Langkah ini langsung membawa Heat 4 kali berturut-turut ke final NBA. Dua di antaranya berujung sebagai juara. Ini adalah prestasi tersendiri bagi presiden Pat Riley dan pelatih Erick Spoelstra. Kombinasi James, Wade dan Bosh di bawah Spoelstra benar-benar padu dan tak terpisahkan.
Setelah kekalahan atas Spurs di final tahun 2014, James memutuskan kembali ke Cavaliers. Keputusan ini membuat Heat goyah lagi.
Di musim pertama kepergian James, Heat hanya mampu menempati posisi 10 Wilayah Timur, dan tentunya gagal lolos ke playoff.
Musim selanjutnya berjalan lebih baik setelah mereka berhasil mengumpulkan beberapa pemain yang terbuang ataupun yang potensinya belum terlalu terlihat. Luol Deng, Amarâe Stoudemire dan Goran Dragic adalah beberap pemain yang masuk kategori terbuang. Semantara pemain yang potensinya baru akan mencuat adalah Hassan Whiteside.
Masih tetap mempertahankan Wade dan Bosh, Heat berhasil menempati peringkat ketiga Wilayah Timur dan lolos hingga putaran kedua. Heat kemudian menyerah kepada Raptors dalam tujuh laga.
Setelah musim itu berakhir semua mata kemudian tertuju ke arah Dwyane Wade yang memasuki masa bebas kontrak (free agent). Ketidakcocokan besaran gaji yang akan diterima Wade membuatnya memutuskan untuk bailk ke kampung halaman aslinya yakni kota Chicago. Wade bergabung dengan Bulls.
Kehilangan sosok guard penting dan bintang seperti itu membuat Heat terpaksa berbenah. Pencarian guard di masa jeda antarmusim berujung pada masuknya Dion Waiters, Wayne Ellington, Tyler Johnson dan Josh Richardson. Nama-nama tersebut bergabung dengan Dragic, Whiteside, Winslow dan Bosh yang sudah menjadi fondasi tim dari musim sebelumnya. Namun sayangnya Bosh âdipaksaâ keluar oleh tubuhnya sendiri dan juga tim dokter Heat. Penyakit yang menyerang paru-paru Bosh memaksanya harus duduk di bangku cadangan hampir sepanjang musim. Bosh bahkan harus menjauhi kegiatan fisik berlebihan.
Kehilangan Bosh membuat Heat tampil cukup buruk di awal musim ini. Mereka sempat memperoleh rekor 11-30 di tengah musim. Tetapi ternyata cedera pemain bintang malah membuat skuat Heat jauh lebih solid seiring berjalannya waktu.
Dragic, Waiters, Ellington, J.Johson dan Whiteside menjadi starter yang cukup solid bagi Heat setelah tengah musim. Pada akhir musim dengan skuat seperti ini Heat akhirnya memperoleh 41 kemenangan atau setara dengan 50 persen kemenangan. Total 8 dari 15 roster terdaftar mereka mencetak double digit poin per pertandingan. Sayangnya, Heat gagal lolos ke playoff dengan hanya menempati posisi sembilan Wilayah Timur. Padahal, Bulls yang ada satu peringkat di atas mereka memiliki rekor menang kalah yang sama. Yap, angka pertemuan antartim digunakan sebagai acuan untuk menentukan siapa yang berhak lolos ke babak playoff. Dalam tiga kali pertemuan musim reguler, Heat harus menyerah dua kali kepada Bulls.
Sesaat setelah pertandingan terakhir musim reguler, Erick Spoelstra datang ke area konferensi pers tanpa kuasa menahan kesedihan dan kenyataan bahwa mereka gagal lolos ke playoffs. "Rasanya tidak karuan saat ini. Rasanya kami bisa berbicara banyak di playoff. Rasanya seolah kami masih bisa bermain," ungkap Spoelstra.
Beberapa pemain Heat pun mengungkapkan betapa hebat dan kompaknya tim ini setelah tengah musim terlewati.
Kemungkinan tim ini bermain bersama di musim depan memang masih sangat terbuka. Tapi peluang untuk beberpa pemain seperti Waiters, Richardson dan Ellington untuk pergi juga cukup kuat.
Heat terluka dan terlupakan musim ini. Namun bila melihat tren tengah musim reguler lalu, di bawah asuhan Erick Spoelstra, mereka masih bisa berbuat banyak di musim depan.
Foto: Getty Images