Garuda Bandung memang tidak bisa melanjutkan kompetisi Indonesian Basketball League (IBL) musim ini. Mereka harus rela mengaku kalah dari BSB Hangtuah di hadapan penggemar sendiri di C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, Senin 5 Maret 2018. Namun, ada banyak pelajaran yang bisa mereka dapat dari musim ini. Salah satunya datang dari pemain asing mereka, Roderick Flemings.
Flemings, 31 tahun, memiliki segudang pengalaman yang membuat Garuda bertahan sampai ke playoff. Ia sudah pernah mencicipi kompetisi yang lebih tinggi persaingannya dari Indonesia. Setidaknya ia pernah bermain di Amerika Serikat sampai ke Eropa.
Mainbasket berbincang-bincang dengan forwarda asing Garuda tersebut via Facebook. Kami berbicara banyak hal tentang apa yang membuatnya ke Indonesia sampai penjelasan tentang kiprahnya musim ini. Kami juga bicara tentang karirnya kini berfokus pada bagaimana ia bisa menghidupi keluarganya.
Bisakah Anda ceritakan tentang diri Anda lebih dulu?
Saya dari Dallas, Texas. Saya menikah dan punya dua orang anak, dan saya mencintai keluarga saya. Saya sudah bermain bola basket sejak usia 8 tahun. Ketika SMA saya masuk ke jajaran All-American dan 10 pemain terbaik di Amerika Serikat.
Saya memilih sekolah di Oklahoma State, yang mana merupakan rekrutmen pertama tahun itu, alih-alih langsung ke NBA. Bermain di sana lalu pindah ke Hawaii, memecahkan banyak rekor di sana, lalu ikut Draft.
Saya tidak berhasil terpilih, jadi saya pergi ke liga top Spanyol, bermain untuk Tennerife Cannaires. Setelah itu saya bermain di Jerman, lalu ke D-League, dan liga-liga lainnya. Saya tidak yakin bagaimana saya bisa ke IBL.
Anda dipilih Garuda. Itu yang membuat Anda ke mari. Omong-omong, Anda tahu Indonesia sebelum ke mari?
Saya tidak tahu apa-apa tentang Indonesia.
Jadi, apa yang membuat Anda ke mari?
Agen saya mengatakan bahwa ini mungkin pilihan yang baik.
Apa pendapat Anda tentang Indonesia? Cocok tidak dengan Anda?
Indonesia bagus, tapi IBL perlu bekerja lagi. Indonesia tempat yang bagus.
Apa yang Anda sukai?
Maksudnya?
Anda mengatakan bahwa Indonesia tempat yang bagus. Apa yang bagus dari tempat ini?
Saya suka rekan-rekan setim saya. Orang-orang di sini baik kepada saya dan keluarga saya.
Sebenarnya saya tidak banyak melakukan apa-apa karena jadwal IBL dan kemacetan di Indonesia. Namun, tempat-tempat yang saya lihat cukup bagus.
Bagaimana Andre Yuwadi dan rekan-rekan setim Anda membantu hidup Anda di sini?
Kebanyakan saya melakukan semuanya sendirian. Saya biasa menggunakan Go-Jek dan Uber. Saya tidak bertemu mereka sampai latihan atau pertandingan tiba.
Mereka membantu Anda untuk beradaptasi dengan kultur, makanan, dan sebagainya?
Iya, rekan-rekan setim saya menjelaskan kultur dan sejarah Indonesia kepada saya. Saya mencoba berbagai makanan dengan mereka, tapi kami lebih banyak memesan makanan barat.
Saya tidak tinggal dengan rekan-rekan saya.
Ya, saya dengar Anda tinggal di apartemen. Baiklah, mari bicara soal basket. Apa pendapat Anda tentang kiprah Anda sejauh ini?
Ini musim yang baik. (Seharusnya) Bisa berakhir lebih baik. Jika saya bermain (pada pertandingan terakhir melawan BSB Hanguah), kami akan menang. Saya yakin.
Rasanya begitu, tapi sayangnya Anda tidak bisa bermain di pertandingan terakhir. Musim ini berakhir lebih cepat untuk Anda. Apa yang telah Anda bagikan kepada tim ini? Anda bermain di Spanyol, Jerman, dan Anda punya pengalaman.
Saya mengajarkan kepada para pemain berbagai hal tentang basket dan bagaimana bermain seperti seorang profesional. Karena seperti Anda tahu, Indonesia tidak termasuk negara top dalam basket dunia. Jadi, saya bagikan semua pengalaman dan pelajaran yang saya dapat dengan mereka. Saya rasa mereka jadi lebih baik. Luke (Martinus) di pertandingan terakhir menjadi contohnya.
Oh, begitu. Pertanyaan terakhir, jika Anda punya kesempatan bermain lagi di sini, akankah Anda kembali?
Saya tidak tahu. Jika mereka meningkatkan gajinya, mungkin saja. Pada titik ini, karir saya adalah tentang mendukung keluarga saya. Jadi, mungkin saja.
Masuk akal. Itu saja dari saya. Terima kasih atas bincang-bincangnya. Lekas sembuh.
Terima kasih. Saya cinta Garuda.
Foto: Hari Purwanto