“United completely missed the data revolution which Brighton and Brentford didn't, which Liverpool didn't either. Liverpool had Ian Graham analysing data between 2012 and 2023. They brought in Jurgen Klopp and they had Michael Edwards as sporting director and Graham, who is the genius in football on data analytics” -Sir Jim Ratcliffe-
Kalau Anda pecinta Manchester United (MU) yang sedang lucu-lucunya, perkataan pemilik 25 persen saham MU tersebut bisa menjadi sedikit pembuka mata bagaimana MU dikelola dalam satu dasawarsa terakhir.
Sir Jim Ratcliffe tahu bahwa dunia bergerak begitu dinamis dan cepat. Analisa data yang terorkestrasi dengan teknologi berbalut Artificial Intelligence menjadi hal yang (seharusnya) wajib bagi tim yang mengaku profesional. Dalam melakukan olah data sebagai dasar tulisan ini, penulis menggunakan analisabasket.com yang memberikan gambaran 91 pertandingan di setengah musim IBL dalam waktu kurang dari 60 menit.
Empat Faktor Utama Penentu Kemenangan (Four Factor Analysis)
Four Factor adalah empat faktor utama penentu kemenangan dalam pertandingan basket yang dituangkan dalam buku Dean Oliver di tahun 2004, Basketball on Paper. Sekitar 21 tahun yang lalu. Gambaran mengenai apa itu four factor analysis dalam basket sudah pernah dibahas dalam artikel mainbasket.com dengan judul “Empat Faktor Penting Pembawa Kemenangan Untuk Sebuah Tim Basket” dan “Balistik: Menyegarkan Ingatan Tentang Empat Faktor Pembawa Kemenangan”.
EFG%
Faktor yang pertama adalah Effective Field Goal Percentage (EFG%). Dean Oliver menyatakan bahwa EFG% adalah faktor berpengaruh terbesar sebuah tim memperoleh kemenangan. Berbeda dengan Field Goal Percentage (FG%), EFG% memberikan bobot yang berbeda antara efektivitas menembak 2 angka dan 3 angka. Dewa United memimpin dengan EFG% sebesar 51,6 persen disusul Pelita Jaya dan Satria Muda. Yang menarik tentu Satria Muda, karena jika dilihat dari Field Goals 2 poinnya, SM hanya berada di peringkat 6. Tapi karena 3 poin yang memiliki akurasi 35,4 persen, ini membantu meningkatkan EFG% menjadi peringkat 3 dari seluruh tim IBL.
Sementara dari sisi menghambat EFG% lawan, Satria Muda berhasil memuncaki daftar dengan memaksa lawannya hanya mendapat EFG% 41,9 persen ketika melawan Satria Muda. Sementara itu, Rajawali bertengger di urutan terbawah dalam hal menghambat EFG% lawan.
Dengan rata-rata EFG% seluruh tim IBL 46,3 persen, hanya ada 5 tim yang EFG% nya di atas rata-rata liga sekaligus menekan lawannya untuk mendapatkan EFG% di bawah rata-rata. Menariknya, Dewa United tidak berada di kuadran tersebut karena lawan Dewa United rata-rata mendapatkan EFG% 47,4 persen.
TOV%
Kebanyakan kita membahas jumlah turnover per gim dari sebuah tim IBL. Namun Dean Oliver memberikan cara lebih kompleks untuk menentukan faktor terpenting kedua, yaitu Turnover Percentage (TOV%). Dengan persentase yang membandingkan turnover dengan penguasaan (possession), hal ini akan menambah akurasi yang seimbang untuk komparasi.
Paruh musim IBL 2025 ini membawa Dewa United menjadi klub dengan jumlah turnover paling sedikit (11,9 per gim) dengan TOV% 12,8 persen, artinya setiap 8 possession yang didapatkan oleh Dewa United, hanya 1 yang berakhir dengan turnover. Ini tentu berbeda dengan Bima Perkasa yang menjadi tim dengan turnover terbanyak di liga (17,4 kali per gim) dan TOV% 18,8 persen yang artinya setiap 5 possession yang didapatkan Bima Perkasa, kemungkinan 1 akan berakhir dengan turnover.
KBS menjadi tim terbaik di liga yang berhasil memaksa tim lawan mendapatkan TOV% yang tinggi sebesar 18,1 perrsen. Sayangnya konversi turnover menjadi poin oleh KBS bukanlah yang terbaik di liga (17,1 per gim, terbaik ke-4 di liga). Hang Tuah adalah tim terbaik yang berhasil memanfaatkan turnover lawan menjadi poin (18,4 per gim)
ORB%
Sang Pemuncak Klasemen, Rans Simba adalah pemilik rata-rata offensive rebound terbanyak di liga. Namun jika berbicara Offensive Rebound Percentage (ORB%), kita tidak hanya melihat offensive rebound tim kita tetapi juga membandingkannya dengan kemungkinan defensive rebound lawan.
Rans tetap menjadi yang terbaik dengan ORB% sebesar 35,5 persen. Yang artinya, setiap Rans gagal melakukan tembakan sebanyak 100 kali, maka Rans berhasil mendapatkan kembali bolanya lebih dari 35 kali. Rans juga menjadi tim terbaik di liga dalam memanfaatkan ORB untuk mendapatkan poin. Sebanyak 20,7 persen seluruh poin Rans didapatkan dari peluang kedua atau second chance point. Namun yang perlu menjadi catatan adalah, Rans juga menjadi salah satu tim terburuk dalam mengantisipasi ORB% lawan. Rata-rata lawan berhasil mencuri Offensive Rebound dari Rans sebesar 32,9 persen. Bima Perkasa menjadi tim terburuk dalam menjaga ORB% lawan, dengan 35,4 persen.
Tim yang menarik tentu saja KBS. Selain menjadi peringkat 3 terbaik liga dalam pengumpul offensive rebound (15,5 ORB per gim), dan juga peringkat 2 terbaik liga dalam memanfaatkan ORB. Dari seluruh poin yang didapat KBS, sebanyak 19,9 persen didapatkan dari second chance point. KBS juga menjadi tim terbaik yang berhasil menghalau offensive rebound lawan (rata-rata lawan hanya berhasil mendapatkan 27,4% ORB-nya). Tidak hanya itu, KBS juga menjadi tim terbaik di liga dalam hal menghalau lawan mencetak second chance point. Rata-rata lawan hanya mendapat 14,7 persen dari seluruh poinnya melalui second chance point.
FT Rate
Sebelum kita membahas mengenai rata-rata tembakan gratis atau Free Throw Rate (FT Rate) paruh musim IBL 2025, ada hal menarik yang perlu kita lihat dari 91 laga yang sudah dijalani. Sebanyak 86,9 persen tim yang menang adalah tim yang unggul EFG%, sebanyak 64,8 persen tim yang menang adalah tim yang unggul TOV%, sebanyak 61,5 persen tim yang menang adalah tim yang unggul ORB%, dan hanya 44 dari 91 game (48,4 persen) tim yang menang adalah tim yang unggul FT rate-nya. Ini menarik karena pada gelaran IBL tahun 2018-2019, 55 persen tim yang menang adalah tim yang unggul FT rate-nya.
Dari data IBL paruh musim ini, lebih dari 50 persen gim ketika tim unggul secara FT rate, justru tim tersebut kalah. Tim yang memiliki FT Rate tertinggi di paruh musim IBL 2025, yang artinya memunyai kemampuan untuk mendapatkan tembakan gratis dan mengonversinya menjadi poin adalah Bali United yang memiliki FT Rate 23,2 persen. Tim yang paling rendah adalah Kesatria Bengawan Solo yang hanya memiliki FT Rate 13,9 persen. Tapi jika hanya melihat persentase tembakan gratis yang masuk, maka Dewa United menjadi yang terbaik dengan 68,7 persen dan yang terburuk tetap KBS dengan 56,6 persen.
Uniknya Satya Wacana dan “Gila”nya Satria Muda
Jika menilik data EFG%, Satya Wacana adalah tim dengan EFG% terburuk, persentase 2 angka terburuk, dan persentase 3 angka terburuk. Namun dalam menekan EFG% lawan, Satya Wacana berada di posisi 5 besar terbaik. Satya Wacana juga menjadi tim dengan persentase tertinggi di liga dalam mencetak poin di paint area dibandingkan dengan seluruh poin dan juga memanfaatkan turnover lawan dibandingkan dengan seluruh poinnya.
Satya Wacana berhasil mencetak 52,5 persen angkanya dari paint area. Artinya apabila mencetak 100 angka, 52 poin atau lebih dicetak di paint area. Satya Wacana juga berhasil memanfaatkan turnover lawan 22,9 persen dibandingkan total poinnya. Artinya dalam setiap gim, Satya Wacana mencetak 22 poinnya atau lebih, setelah lawan melakukan turnover.
Bukan hanya itu saja, Satya Wacana juga menjadi salah satu yang terbaik dalam hal menahan lawan memanfaatkan turnover Satya Wacana. Hanya 17,5 persen poin lawan yang dicetak karena turnover Satya Wacana. Tidak berhenti di situ, klub lawan Satya Wacana juga tidak dibiarkan mencetak banyak angka dari Fast Break. Rata-rata tim lawan Satya Wacana mencetak 14,5 persen total angkanya dari fast break. Ini adalah angka terbaik di liga, dengan Rans Simba merupakan tim dengan persentase paling banyak kemasukan poin melalui fast break tiap gim (mencapai 24,1 persen).
Sementara itu Satria Muda selalu menjadi salah satu tim teratas dalam perolehan poin melalui turnover, memanfaatkan paint area, dan mendulang poin dari fast break. Yang menarik, Satria Muda merupakan tim dengan pemain cadangan yang paling banyak mencetak poin di liga. Rata-rata tim cadangan Satria Muda mencetak 38,8 poin per gim. Jauh melampaui Rans Simba yang tim cadangannya hanya mencetak 18,1 poin per gim.
Satria Muda juga merupakan tim dengan persentase paling kecil dalam melakukan tembakan 3 angka dibandingkan dengan seluruh tembakan. Satria Muda hanya melakukan 32,5 persen serangannya melalui 3 angka, jauh dibandingkan Pelita Jaya yang mencapai 44,5 persen. Gilanya adalah persentase tembakan 3 angka masuknya merupakan yang terbaik di liga dengan 35,4 persen. Ini setara dengan 3P% Portland Trail Blazers musim ini. Satria Muda juga tim terbaik liga yang berhasil menekan asis lawan dengan 16,3 asis per gim dan juga tim paling agresif di liga dengan personal foul 20 foul per gim (tidak ada tim lain yang mencapai 20 foul per gim).
The Efficiency Landscape Setengah Musim IBL 2025
Jika kita mengikuti beberapa analisa Kirk Goldsberry, seorang profesor dari University of Texas sekaligus Lead Analyst tim basket Amerika Serikat, kita akan menemukan bahwa Kirk menggambarkan mengenai offensive rating, defensive rating, dan selisih keduanya (net rating). Gambaran keseluruhannya acapkali disebut dengan The Efficiency Landscape.
Offensive rating menggambarkan kemampuan tim mencetak angka per 100 possessions. Jika offensive rating sebuah tim mencapai 101 artinya tim tersebut berhasil mencetak 1,01 poin setiap possession yang didapatkan. Sedangkan defensive rating menggambarkan sebaliknya, jika defensive rating sebuah tim 107, artinya lawan berhasil mencetak 1,07 poin per possessions. Selisih offensive rating dan defensive rating ini disebut dengan net rating.
Saat ini, Oklahoma City Thunder dan Cleveland Cavaliers merupakan tim yang memiliki net rating tertinggi di NBA dan keduanya memuncaki klasemen di wilayah barat maupun wilayah timur. Menariknya, di setengah musim IBL 2025, Rans Simba, tim yang menjadi pemuncak klasemen IBL 2025 hanya bertengger di peringkat 5 untuk net rating terbaik, bahkan peringkat 6 untuk defensive rating.
Tim dengan offensive rating terbaik adalah Dewa United dengan 111,4 diikuti Pelita Jaya 107,3 dan Satria Muda 107. Artinya setiap possession yang didapat Dewa United, berhasil dikonversi menjadi 1,11 poin. Sedangkan Bima Perkasa menjadi tim dengan offensive rating terburuk dengan 84,6 disusul dengan Satya Wacana 85,4.
Sedangkan untuk defensive rating terbaik diraih oleh Hangtuah dengan 89,1 diikuti Satria Muda dengan 91,6 dan Kesatria Bengawan Solo 91,7. Hal ini menggambarkan bahwa setiap tim lawan Hangtuah, hanya bisa memasukkan 0,89 poin per possession. Defensive rating terburuk didapatkan oleh Pacific Caesar dengan 107,5 disusul Rajawali 106,5 dan Borneo Hornbills dengan 105. Di sisi net rating, Satria Muda menjadi yang terbaik dengan +15,5, disusul Pelita Jaya dengan +13,4 dan Dewa United dengan +11,3. Sedangkan net rating terburuk didapatkan oleh Bima Perkasa dengan -19,6 disusul dengan Rajawali -19,3 dan Satya Wacana -10,6.
"Offense wins games, defense wins championships." Kalimat yang pertama kali diucapkan oleh Bear Bryant, seorang pelatih sepak bola, sering dijadikan prinsip beberapa pelatih basket di Indonesia. Dalam sebuah jurnal University of South Carolina yang ditulis Thomas Burkett berjudul "Does Defense Actually Win Championships? Using Statistics to Examine One of the Greatest Stereotypes in Sports" tahun 2021, didapatkan sebuah kesimpulan bahwa frasa “Defense win championships” tidak sepenuhnya benar dalam era bola basket modern di NBA karena menganggap bahwa juara hanya akan diraih jika memiliki defense yang baik. Defense memang membawa pada situasi tim untuk meraih juara lebih terbuka, tapi hal itu sama pentingnya dengan sisi offense.
Menilik beberapa angka-angka di atas, mengubah arah angin dalam waktu singkat tidaklah mudah. Satria Muda, Pelita Jaya, dan Dewa United tetap akan berjaya, yang lain akan menjadi penantang kuat tapi tidak akan menggoyahkan dominasi 3 tim tersebut. Tim papan bawah harus segera menemukan kelemahannya dan menggerusnya sedini mungkin.
Rans Simba sebagai pemuncak klasemen sementara, tetap akan menjadi tim yang menarik karena hanya berada di deretan teratas dalam ORB%, sedangkan angka-angka empat faktor kemenangan maupun yang lain kebanyakan menjadi tim medioker. Pertanyaannya, apakah ini karena inkonsistensi atau memang Rans sering melakukan strategi yang ekstrim? Mari kita nikmati bersama.
Foto: Ariya Kurniawan