Saya Bukan Dewa, Saya Hanyalah Seorang Wasit

| Penulis : 

“The job of an official is to blend into the scenery. Manage the game, throw the flags and, unless you make a particularly egregious mistake, you're forgotten,” David Hale, reporter ESPN.

Sepekan terakhir (Pekan 7 IBL 2025) amatlah menarik. Khususnya tentang perwasitan. Kisah “15-5=11” Cori Cobha Cobhita, atau yang sering dipanggil Oi, melakukan kesalahan tiup (incorrect call) fundamental di aturan 5-second violation pada pertandingan Satria Muda (SM) melawan Tangerang Hawks. Yang semakin menarik, Oi adalah wasit termuda di IBL (23 tahun) dan merupakan 1 dari 3 wasit Wanita di IBL dari total 45 wasit yang terpilih. Ini menarik, karena “legenda hidup” wasit Indonesia, Harja Jaladri saja, baru mendapatkan lisensi resmi pertamanya saat berusia 22 tahun di tahun 1998. 

Sampai dengan 6 kali memimpin pertandingan, Oi memiliki catatan tim tuan rumah menang 50% dengan rata-rata selisih poin seluruh game 10,3 poin. Rata-rata total 164 poin tercipta per pertandingan. Jumlah foul per pertandingan 33,8 foul, dengan 52% diberikan kepada tuan rumah. Tambahan data menarik lain, Oi sudah 2 kali memimpin laga SM sebelumnya (seharusnya sudah biasa dalam lingkungan pertandingan dengan Youbel Sondakh, Pelatih SM).

Jika ditotal dengan melawan Tangerang Hawks, Oi sudah memimpin laga SM 3 kali dan ketiganya dimenangkan oleh SM. 
Dibandingkan dengan salah satu wasit termuda di NBA, JB DeRosa, didapatkan bahwa pria kelahiran 1991 (usia saat ini 34 tahun) ini memunyai catatan saat menjadi wasit utama selama musim 2019-2020, tim tuan rumah menang lebih dari 52% dengan selisih 1,7 poin. Lebih dari 219 poin tercipta per pertandingan dan jumlah foul kurang dari 40 per pertandingan dengan pembagian yang cukup merata antara tim kandang (home) dan tim tandang (away). 

 

Wasit di IBL 2025

Jika kita menilik data wasit di IBL, sebanyak 45 (empat puluh lima) wasit ditunjuk untuk memimpin IBL. Sampai dengan 13 Maret 2025 terdapat 76 pertandingan dengan 43 wasit telah bertugas. Hanya Ariz Darmawan dan Abdurrahman Rajib (keduanya dari Jawa Barat) yang belum memimpin pertandingan karena cedera dan (ironisnya) lisensi yang sudah tidak aktif. Rata-rata usia 33 tahun dengan tinggi rata-rata 171 cm dan berat 72 kg. 

Dari 76 pertandingan, Yosep Norida Kuncara menjadi wasit yang memimpin pertandingan paling banyak (12 pertandingan), diikuti oleh Rendra Lesmana dengan 11 pertandingan. Ada 15 wasit yang baru memimpin 1-3 pertandingan. Selisih skor rata-rata 76 pertandingan IBL adalah 12 poin. Selisih paling jauh terjadi ketika Bima Perkasa Jogja menjamu Hangtuah dengan selisih 41 poin untuk kemenangan Hang Tuah, dan ada 4 pertandingan dengan selisih skor 1 poin.

Dari 76 pertandingan, terdapat 17 pertandingan (22,4%) dengan laga ketat. Artinya setiap 5 pertandingan IBL, 1 di antaranya merupakan laga ketat. Penulis mendefinisikan laga ketat menyesuaikan laporan Last 2 Minutes (L2M) yang dikeluarkan NBA. Laga ketat terjadi ketika selisih kedua tim yang bertanding maksimal 3 poin dalam kurun 2 menit terakhir 

Sebanyak 56% wasit IBL 2025 sejauh ini sudah pernah merasakan kondisi memimpin laga ketat. Rendra Lesmana dan Chrismas Eben E. Manurung menjadi wasit yang paling banyak memimpin laga ketat (4 pertandingan). Namun jika dilihat dari presentase laga ketat dibandingkan jumlah pertandingan yang dipimpin, Muhammad Prima Rizki dan Via Diah Rohmana (salah satu wasit FIBA) memiliki presentase 75% laga yang dipimpin adalah laga ketat (3 dari 4 laga).

Rata-rata setiap tim di IBL sudah minimal 10 kali bertanding dan setiap tim pernah dipimpin 20 wasit yang bebeda. Untuk Satria Muda, 22 wasit sudah pernah memimpin laga Satria Muda dengan wasit Rendra Lesmana paling banyak memimpin laga Satria Muda (4 pertandingan). Sedangkan untuk 9 pertandingan Pelita Jaya, sudah 23 wasit yang berbeda dengan (lagi-lagi) Rendra Lesmana menjadi wasit paling banyak memimpin laga Pelita Jaya (3 pertandingan).

Yang menarik adalah Prawira Bandung. Dari 11 laga yang dijalani, sudah 26 wasit berbeda yang memimpin laga dengan Yosep Norida Kuncara menjadi wasit yang paling banyak memimpin laga Prawira (3 pertandingan). Budi Marfan, wasit senior yang juga wasit FIBA, hanya memimpin 5 laga sampai dengan 76 pertandingan di IBL. Sebanyak 3 di antaranya (60%) Budi Marfan memimpin pertandingan Dewa United. 

 

Last Two Minutes (L2M)

Terdapat 17 pertandingan yang memiliki selisih paling banyak 3 poin ketika laga tersisa 2 menit (22.4% dari keseluruhan laga IBL). Seluruh tim IBL sudah pernah merasakan laga ketat. Dengan Kesatria Bengawan Solo memiliki laga ketat paling banyak (5 kali) dan berhasil menang 4 kali (80%) dari laga ketat tersebut. Dewa United, Satya Wacana, dan Pelita Jaya adalah tim yang paling sedikit mengalami laga ketat (masing-masing hanya 1 kali) dan ketiganya kalah di laga ketat tersebut. Borneo Hornbills dan Satria Muda memiliki presentase 100% kemenangan apabila menghadapi laga keta (3 dari 3 laga).

Dari 17 laga tersebut, 19 wasit (44% dari wasit IBL) belum pernah mengalami laga ketat. Dari 17 pertandingan ketat, selama L2M, rata-rata terjadi 2 kali Free Throw call, 2-3 kali time out, 8 kali Field Goal Attempt yang menghasilkan rata-rata 10,3 poin (6,4% poin dicetak dalam kurun waktu L2M). Dalam 17 pertandingan tersebut hanya terdapat 3 kali Technical Foul ataupun Throw-in Foul dan 1 kali Unsportsmanlike Foul. Secara umum terdapat rata-rata 3 kali tiupan foul dalam L2M laga ketat. 

Jika menilik data yang ada, tidak berlebihan jika kita berharap untuk ada L2M report wasit IBL seperti yang dilakukan oleh NBA. Usulan ini sudah pernah penulis sampaikan 5 (lima) tahun yang lalu dalam tulisan “Wasitku Sayang, Wasitku Malang” di Mainbasket.com. Dan sepertinya akan seperti kisah drama “Waiting for Godot”. Selalu dibahas, tapi Sang Godot tidak datang sampai akhir drama. 

Mengambinghitamkan wasit dalam kekalahan memang tidak selalu bijak. Jock Stein, pesepak bola asal Skotlandia pernah menyampaikan, “If you're good enough, the referee doesn't matter.” Istilah orang gaul, kalo lu jago mah jago aja, kagak usah nyalahin wasit. Namun untuk kesalahan fundamental, permakluman apakah diperlukan? 

Sekali lagi, nasib wasit bisa jadi seperti nasib intelijen, "Berhasil Tak Dipuji, Gagal Dicaci, Hilang Tak Dicari, Mati tak Ada yang Mengakui". Beberapa wasit menganggap dirinya otoritas tertinggi di lapangan dan kadang menjadi otoriter. Namun dengan permintaan maaf terbuka Oi membuat sisi manusia seorang wasit kembali muncul. Dan semoga kemunculan kesalahan yang berujung maaf tidak terjadi lagi. Yang menjadi persoalan adalah optimisme itu dibangun di atas fakta bahwa masih ada 10 lebih wasit selain Oi yang berusia di bawah 30 tahun. Tapi tenang saja, wasit tetap akan menjadi seperti judul buku legenda wasit sepak bola, Roy Enwistle “I'm Not God. I'm Just a Referee.“

Foto: Ariya Kurniawan

Populer

Jimmy Butler Akan Memberikan Apapun untuk Kemenangan Warriors
Luka Doncic Saja Tidak Cukup Membawa Lakers Menang
Luka Doncic Bikin Markieff Morris Geleng-geleng Kepala
Sentuh 4.000 Tripoin, Wardell Stephen Curry Menuju Keabadian!
Steve Kerr Percaya Stephen Curry Bisa Membuat Ribuan Tripoin Lagi
Bucks Rusak Malam Terbaik Luka Doncic
Pemain Terberat Kedua di NBA Oliver Miller Tutup Usia
Suns vs Rockets Diwarnai Adu Jotos Steven Adams-Mason Plumlee
Saya Bukan Dewa, Saya Hanyalah Seorang Wasit
Stephen Curry Cetak Rekor 4.000 Tripoin Saat Warriors Kalahkan Kings