Masih segar di ingatan kala CLS Knights Indonesia tampil cukup mengesankan dalam laga pertama mereka di Asean Basketball League musim 2017-2018. Kala itu, CLS menjamu Formosa Dreamers di hadapan Knights Society, sebutan penggemar CLS, yang memadati GOR Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur. Pada pertandingan tersebut, CLS berhasil menang dengan skor akhir 94-73.
Meski menang dengan selisih yang cukup jauh, CLS kala itu menang dengan tidak mudah. Fakta lebih buruknya adalah mereka harus merelakan dua pemain asing mereka, Brian Williams dan Duke Crews yang terkena cedera. Nama terakhir yang disebut bahkan harus absen hingga artikel ini dibuat.
Dalam prosesnya, CLS memang mendapatkan izin untuk mengganti Duke dengan pemain asing lainnya. Tim yang dinakhodai Koko Heru Setyo Nugroho ini lantas mendatangkan Evan Brock yang akhrinya hanya bertahan dalam tiga laga. CLS lantas mengganti Evan dengan Decorey Jones yang lantas juga tidak bertahan lama. Keduanya dianggap tidak cocok dengan gaya bermain tim dan gagal memenuhi ekspektasi penggemar maupun manajemen.
Christoper Tanuwidjaja selaku managing partner CLS akhirnya mencoba peruntungannya dengan mendatangkan Shane Edwards. Pemain berusia 30 tahun yang pernah bermain di Cleveland Cavaliers ini diharapkan menjadi pengganti Duke yang memang dicari tim ini.
Saat menggelar latihan pagi sebelum melawan San Miguel Alab Pilipinas 11 Februari 2018 lalu, Mainbasket mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan pemain yang tampak cukup atletis ini. Masih lengkap dengan seragam latihan CLS, Shane menjawab beberapa pertanyaan berikut.
Halo Shane, bagaimana kabar Anda?
Luar biasa, kawan. Cukup baik.
Langsung ke pertanyaan pertama, bisa ceritakan sedikit tentang Anda?
Saya pemain basket profesional berasal dari Phoenix, Arizona, Amerika Serikat.
Sebelum bergabung dengan CLS, Anda bermain di mana?
Saya menghabiskan karir saya dengan banyak tim dan berkeliling dunia. Terakhir saya bermain di NBA D-League (sekarang G-League) untuk Delaware 87ers.
Bisa cerita bagaimana akhirnya Anda bergabung dengan CLS?
Tentu, agen saya bilang kepada saya tentang kesempatan bermain di Surabaya. Phil Handy (asisten pelatih Cavaliers) juga menjadi salah satu sosok yang menyarankan saya untuk bergabung dengan tim ini. Saya setuju dan sekarang saya berada di sini.
Bagaimana adaptasi Anda dengan tim ini hingga sekarang?
Baik, cukup baik. Saya suka dengan tim yang kami milki sekarang. Koneksi kami juga semakin baik seiring berjalannya waktu. Meski kami belum berkumpul dalam waktu yang cukup lama, tapi kekompakan sudah terjalin.
Kalau tentang perjalan CLS di ABL?
Kami memang sedang dalam fase yang buruk saat saya mulai bergabung dengan tim. Tapi melihat kemampuan para pemain, harusnya kami bisa lebih baik. Sejauh ini saya cukup senang melihat kondisi tim ini sekarang dan semangat untuk apa yang akan kami raih ke depannya.
Anda sempat bermain di Philippine Basketball Association (PBA) dan sekarang bermain di ABL, menurut Anda apa perbedaanya?
Ya, saya merasakan sedikit perbedaan antara dua liga ini. PBA hanya boleh memakai satu pemain asing. Dengan seperti itu, kerja kami (pemain asing) sangatlah berat. Sementara di ABL kalian boleh memiliki dua pemain asing (World Imports) yang membuat beban sedikit berkurang. Secara keseluruhan saya suka liga ini.
Anda senang tinggal di Surabaya?
Sebenarnya saya belum menghabiskan waktu terlalu banyak di Surabaya. Kalau Anda ingat, saya bergabung dengan tim ini saat kami memainkan laga tandang. Tapi dalam waktu yang masih sangat singkat ini, saya senang tinggal di sini.
Siapa pemain favorit Anda di CLS? Rekan terdekat Anda mungkin?
Favorit? Ini benar-benar pertanyaan yang sangat sulit bagi saya. Masing-masing memilki keunikan dan sifat yang berbeda, saya tidak mampu memilih hanya satu. Sejauh ini, keseluruhan pemain yang ada di CLS benar-benar menyenangkan dan menyambut saya dengan baik.
Apa target Anda selama berada di CLS?
Sejujurnya kami harus lebih banyak berpikir tentang memenangkan tiap laga yang kami jalani. Playoff masih mungkin dikejar asal kami fokus dan berhasil meraih kemenangan di sisa laga yang ada.
Foto: Yoga Prakasita