Arvydas Sabonis merupakan legenda Portland Trail Blazers. Ia juga merupakan ayah dari Domantas Sabonis. Tapi karier Arvydas di NBA tidak lama. Arvydas berharap putra memiliki karier yang lebih awet di NBA.
Perjalanan Arvydas di NBA memang berliku. Ia mengikuti NBA Draft 1985 dan terpilih sebagai No. 77 oleh Atlanta Hawks. Tetapi dibatalkan karena ia berusia di bawah 21 tahun dan mengalami cedera Achilles parah.
Untungnya, Arvydas menjadi No. 24 NBA Draft 1986. Tapi baru bermain di NBA pada 1995 karena pada saat itu terjadi perang dingin antara AS dan Uni Soviet. Lithuania masih menjadi bagian dari Uni Soviet dan dia tidak diizinkan bermain ke AS.
Arvydas baru bisa bergabung dengan Blazers pada 1995. Saat itu ia berusia 31 tahun. Hanya tujuh tahun di NBA dalam dua periode yang berbeda dengan Balzers. Pertama pada 1995-2001. Kemudian pada 2002-2003. Arvydas pensiun pada 2004 sebagai pemain Zalgiris, tim pertamanya.
Jika Arvydas memiliki waktu yang lebih lama di NBA dan terjadi di masa-masa puncaknya, mungkin catatannya akan berbeda. Meski begitu, Arvydas dinobatkan sebagai anggota Hall of Fame pada 2010.
“Saya tidak apa-apa tentang hal itu. Apa yang telah terjadi biarlah berlalu. Saya sangat senang bisa ke NBA. Tidak apa-apa melakukannya saat saya sudah lebih dari 31 tahun. Tapi jika saya bisa datang pada 18 atau 20 tahun? Siapa yang tahu?” ujar Arvydas dilansir melalui Bexter Holmes dari ESPN.
Untuk itu, Arvydas berhadap putranya, Domanas, bisa memiliki perjalanan karier lebih baik darinya. Domantas menjadi No. 11 NBA Draft 2016 oleh Magic dan ditukar ke Thunder. Kemudian bermain untuk Pacers (2017-2022) hingga kini dengan Sacramento Kings.
Domantas bermain penuh 82 gim pada 2023-2024. Pada musim ke-10 tersebut, ia membukukan 77 dobel-dobel dan memecahkan rekor waralaba. Selain itu, Domantas mencetak 26 tripel-dobel, terbanyak pada musim tersebut.
“Domantas punya jalan sendiri. Bermain dengan caranya sendiri. Dia kidal dan kami punya kisah yang berbeda. Dia belum menyelesaikan kisahnya. Belum berakhir,” tutur Arvydas.
“Saya senang darah Sabonis mengalir dalam dirinya. Kisah saya di NBA berakhir dengan singkat. Sekarang, ada Sabonis lain yang memiliki kisah yang lebih panjang,” imbuhnya. (rag)
Foto: Getty Images