Xaverius Prawiro melantun (dribble) bola sambil berdiri saja di area bertahan India. Posisinya masih dekat dengan garis tengah lapangan. Waktu hitung mundur pertandingan ada di angka 22 detik dan sisa 20 detik pada batas waktu tembak (shot clock). Indonesia sudah unggul 78-68 atas India.

Pada penguasaan bola (ball possession) terakhir tersebut, Xaverius memutuskan untuk tidak menyerang. Sampai waktu laga benar-benar habis, skor tidak berubah. Para pemain India dan Indonesia kemudian saling bersalaman. Indonesia meraih medali emas 18th Asian Games Invitation Tournament yang berlangsung di Hall Basket Senayan Jakarta, hari ini, 12 Februari.

Di kuarter pertama, Xaverius pun menjadi lakon utama permainan agresif Indonesia. Shooting guard yang juga bermain di Pelita Jaya Basketball Club Jakarta ini mencetak 15 poin dengan akurasi 85,7 persen. Indonesia unggul tipis 21-20 di akhir kuarter pertama.

Serangan Indonesia relatif stabil di kuarter kedua. Konsistensi ini membuat pertahanan India goyah. Sepanjang kuarter kedua India membuat 7 turn over yang berbuah 7 poin bagi Indonesia. Indonesia mulai menjauh dengan keunggulan 39-30. Andakara Prastawa mencetak 10 poin di kuarter ini.

Aravind Annaduran, menjadi ujung tombak tertajam India. Pemain yang berposisi sebagai forward ini bahkan lebih berbahaya daripada center Satnam Singh Bhamara.

Kehebatan Aravind dalam menyulitkan pertahanan dan serangan Indonesia membuatnya bermain penuh selama 40 menit. Aravind akhirnya mencetak dobel-dobel 25 poin dan 19 rebound hingga akhir laga. Rekannya, Satnam Singh 11 poin, dan Joginder Singh 15 poin.

“Permainan kami tidak sesuai rencana,” kata Grl Prasad, asisten pelatih India seusai laga. “Saya mengucapkan selamat kepada Indonesia yang bermain sangat baik. Khususnya pemain nomor 7 (Prastawa) yang beberapa kali berhasil melepaskan tembakan tiga angka dari jarak yang cukup jauh.”

Sepanjang laga, Prastawa melepaskan 8 tembakan tiga angka, 4 di antaranya masuk. Pras mencetak total 18 poin, 7 rebound dan 7 asis.

“Hari ini kami bermain baik. Berbeda dengan dua pertandingan sebelumnya,” komentar Fictor G. Roring atau Coach Ito, kepala pelatih Indonesia.

Setelah memuji performa para pemainnya, Coach Ito mengatakan bahwa sesudah laga melawan India ini, ia akan kembali fokus mempersiapkan program membangun tim inti Indonesia yang akan berlaga di Asian Games ke-18 bulan Agustus mendatang.

“Para pemain akan kembali bermain ke tim masing-masing. Saya tidak punya kemewahan seperti tim putri yang bisa segera membentuk Pelatnas. Saya harus menunggu liga selesai dulu,” terang Coach Ito.

“Dua atau tiga hari setelah IBL selesai, saya akan langsung kumpulkan para pemain. Program akan segera dijalankan. Selain latihan intensif, kami kemungkinan akan berlatih ke luar negeri sebanyak dua kali. Pada bulan Juni nanti kalau tidak salah juga akan ada turnamen SEABA. Jadi mungkin latihan ke luar negerinya satu kali saja. Satunya lagi ya ikut turnamen SEABA itu.”

Asian Games 2018 akan mulai berlangsung secara resmi pada tanggal 18 Agustus 2018. Bisa dipastikan, negara-negara yang nanti akan tampil di cabang olahraga bolabasket adalah negara-negara terkuat di Asia. Sebut saja misalnya Cina, Iran, Jepang, Korea Selatan dan yang terdekat tentu saja Filipina.

“Kita harus mengakui bahwa level kita ada di bawah beberapa negara peserta nantinya,” kata Cristiano Ronaldo Sitepu yang ikut hadir pada acara konferensi pers setelah pertandingan. “Tapi kami pasti akan bekerja keras untuk kasih yang terbaik.”

Seperti halnya Indonesia, di turnamen invitasi Asian Games ini, India dan Thailand sebenarnya tidak datang dengan kekuatan penuh. Thailand sebagian besar berisi pemain-pemain muda berusia di bawah 22 tahun, dan India masih menyisakan tiga pemain andalan mereka yang tidak ikut serta.

“Masih ada dua pemain lagi yang nanti akan bergabung di Asian Games 2018. Amjyot Singh yang sedang bermain di NBA G-League (Oklahoma City Blue) dan Amritpal Singh yang main di NBL Australia untuk tim Sidney Kings,” jelas Grl Prasad yang barangkali lupa menyebut nama Vishesh Bhriguvanshi, pemain India lain yang juga bermain di NBL Australia (Adelaide 36ers).

Melihat beratnya persaingan yang akan dihadapi pada Asian Games nanti, Coach Ito menyinggung kemungkinan untuk kembali menaturalisasi pemain baru. “Saya dan tim pelatih sudah memantau beberapa pemain. Tapi untuk urusan administrasi dan manajemen, itu bukan urusan saya,” jelas Coach Ito.

Saat ini, Indonesia sudah memiliki empat pemain naturalisasi. Pemain pertama adalah Ebrahim Enguio Lopez (asal Filipina) yang memperkuat CLS Knights Indonesia di ASEAN Basketball League, Jamarr Andre Johnson yang ikut bermain di turnamen invitasi ini, Anthony Hargrove yang sempat dinaturalisasi Aspac Jakarta, serta Anthony Wayne Cates, point guard yang namanya sempat terdaftar di roster Pelita Jaya namun tak pernah bermain di NBL Indonesia ataupun IBL. Tiga nama terakhir sebelumnya berkewarganegaraan Amerika Serikat.

Kisah pembentukan tim nasional basket Indonesia akan panjang. Rencana untuk Asian Games 2018 adalah bagian dari usaha membentuk tim yang mampu bersaing menembus Piala Dunia 2023. Hingga ke tahun itu pun, kita masih akan melewati dua SEA Games (2019 dan 2021) yang tak kalah gengsinya.

Untuk hari ini, cukuplah dulu kita menikmati dan mensyukuri medali emas turnamen invitasi ini. Seperti kata Valentino Wuwungan sesaat sebelum naik ke bus menuju kompleks penginapan para atlet, bahwa apapaun yang akan terjadi nanti, “ini adalah awal yang baik.”

Selamat Indonesia!(*)

Foto: Mei Linda

Komentar