Tim nasional (timnas) basket Indonesia akan kembali beraksi di pekan ini. Dalam tajuk FIBA Asia Cup 2025 Qualifiers, Indonesia akan bermain dua kali. Pertama, tim yang kini dipimpin oleh Johannis Winar ini akan bertandang ke Korea Selatan, Kamis (21/11). Selanjutnya, Indonesia akan menjamu Thailand di Indonesia Arena, Minggu (24/11).
Dua laga ini akan jadi laga ketiga dan keempat Indonesia di ajang FIBA Asia Cup 2025 Qualifiers. Sebelumnya, Indonesia sudah menelan dua kekalahan atas Thailand dan Australia. Indonesia jadi satu-satunya tim yang belum menang di Grup A.
Indonesia melakukan pendekatan sedikit berbeda di jendela kualifikasi kedua ini. Jika di jendela pertama Februari lalu mereka fokus pada pembinaan pemain muda, kali ini mayoritas pemain adalah pemain di atas 25 tahun. Badan Tim Nasional juga melakukan seleksi yang melibatkan beberapa nama yang terhitung baru.
Abraham Grahita yang absen selepas FIBA Asia Cup 2022 di Jakarta lalu kembali dipanggil, bahkan lolos sebagai 12 nama yang turut ke Korea. Lalu ada juga nama Rizky Daffa, Aven Pratama, hingga Abraham Wenas yang masuk dalam skuad pemusatan latihan meski akhirnya tak satupun dari mereka masuk ke skuad akhir.
Adapun pemain seperti Yudha Saputera dan Pandu Wiguna yang absen karena cedera di jendela pertama, kali ini kembali masuk skuad. Yesaya Saudale dan Muhamad Arighi jadi dua nama yang absen di jendela kali ini karena alasan pribadi.
Gambar di atas adalah skuad akhir Indonesia yang berangkat ke Korea. Selain Abraham, ada Anthony Beane Jr. yang mengisi posisi pemain naturalisasi menggantikan Lester Prosper. Ini akan jadi gelaran resmi FIBA pertama Beane bersama Indonesia.
Perubahan ini menurut kami adalah sesuatu yang krusial dan layak dinantikan. Jika Anda mengikuti IBL dan aksi-aksi Indonesia di dua musim terakhir, maka Anda selayaknya sudah tahu kapasitas seorang Beane.
Keputusan untuk memilih Beane di jendela kualifikasi ini saya rasa adalah keputusan yang tepat. Pasalnya, selama ini kita tidak pernah memilih jalur ini, memilih pemain naturalisasi di posisi garda. Posisi yang sangat krusial dan kerap dieksploitasi lawan-lawan Indonesia untuk menghasilkan turnover.
Dalam dua laga yang sudah dilalui, Indonesia memiliki rataan 17,5 turnover per gim. Catatan yang menempatkan Indonesia di peringkat enam terburuk dari total 24 tim yang ikut di Kualifikasi ini. Pun demikian, angka itu masih sedikit lebih baik dari Thailand yang masuk ke lima terburuk daftar (18,5).
Beane kemungkinan besar akan didampingi Abraham dan Yudha sebagai starter. Dua nama lain menurut kami akan diisi oleh Brandon Jawato dan Vincent Kosasih. Ini adalah komposisi terbaik dan paling mumpuni dalam dua sisi permaianan dari daftar nama yang dibawa.
Untuk menyerang, keberadaan tiga nama pertama membuat skuad ini memiliki tiga nama yang bisa membuat tembakan mereka sendiri. Cara bermain terbaik Indonesia jika lawan menggunakan penjagaan satu lawan satu adalah dengan memburu mismatch, mencari pemain bertahan terburuk lawan dan melakukan satu lawan satu yang diinisiasi oleh Abraham, Yudha, atau Beane.
Jawato juga bisa saja melakukan skema ini. Namun, dengan kemungkinan tugas bertahan yang lebih besar untuknya, saya akan memilih Jawato fokus sebagai spot up shooter di sudut lapangan (corner) atau di area sayap (wing) yang jadi andalannya.
Komposisi yang nyaris serupa bisa dilihat juga di komposisi barisan cadangan. Widyanta Teja, Avan Seputra, Kaleb Gemilang, Reza Guntara, dan Pandu Wiguna saya rasa jadi pilihan utama. Khusus Pandu, Julian Chalias juga bisa mengisi posisi ini. Bahkan, bisa dibilang di posisi bigman, Vincent, Pandu, dan Julian cukup seimbang untuk diotak-atik.
Rio Disi akan menjadi pemain ke-12. Jika dimainkan, ini akan jadi debut Rio di timnas. Menariknya, nama Rio sendiri tidak ada di daftar pemanggilan pemusatan latihan yang dikeluarkan. Ia lantas muncul di pemusatan latihan dan mendapatkan satu tempat di roster akhir. Saya harap, meski kemungkinan menitnya tidak banyak, Rio bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.
Pada dasarnya, secara serangan, komposisi timnas di jendela kali ini membuat saya cukup bersemangat menantikan laga. Ini bisa jadi kali pertama, Indonesia turun dengan skuad small yang sesungguhnya (sejak menggunakan pemain naturalisasi). Sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Kini bicara lawan dan pertahanan. Korea juga melakukan pendekatan yang berbeda di jeda kali ini. Tidak ada nama Ra Guna dalam skuad yang mereka bawa. Lebih lagi, tidak ada nama pemain naturalisasi dalam skuad Korea.
Namun, Korea membawa kembali salah satu pemain terbaik mereka, Lee HyunJung. Alumnus Davidson College ini kini berstatus sebagai pemain Illawara Hawks di NBL Australia. Ia juga sempat menjajaln B.League bersama Osaka Evessa. Dalam semua perjalanannya tersebut, Lee selalu dikenal sebagai penembak tripoin yang tajam. Ia menembak 40 persen selama di Davidson dan 44 persen bersama Hawks.
Ini adalah hal utama yang harus diwaspadai Indonesia melawan Korea. Kita semua sudah tahu, Korea adalah tim dengan tripoin yang tajam, bukan Lee saja. Semua pemain mengancam. Kalau ditarik mundur pada FIBA Asia Cup 2021 Qualifiers yang mana kita menghadapi Korea juga, dalam dua gim, kita total kemasukkan 33/69 tripoin atau 48 persen.
Harus tidak ada tripoin terbuka untuk Korea atau mereka akan mematikan kita dengan mudah. Semua upaya tripoin harus dikejar dan coba ditutup dengan sekuat tenaga. Pun dengan upaya offensive rebound yang bisa jadi merusak pertahanan dan membuat tripoin lawan terbuka, harus diantisipasi dengan baik. Jika pun akhirnya penjagaan satu lawan satu dirasa tak lagi mumpuni, pertahanan zona yang lebih variatif selayaknya dicoba di gim ini.
Thailand juga melakukan pendekatan yang berbeda dari segi pemain naturalisasi. Jika di jendela pertama mereka menggunakan Moses Morgan, kali ini mereka memanggil Martin Breunig. Ini akan jadi aksi kedua Breunig dengan Thailand setelah tampil di SEA Games 2023 Kamboja lalu.
Breunig sempat berhadapan dengan Indonesia dan mengantarkan Thailand menang di perebutan medali perunggu. Ia menjadi top skor tim dengan 21 poin dan 8 rebound. Pada gelaran itu, Breunig juga berduet dengan Chanatip Jakrawan, serupa dengan jendela kali ini.
Selain dua nama ini, Thailand juga masih membawa Freddie Lish, Nattakarn Muangboon, dan Nakorn Jaisanuk yang sudah menjadi langganan Thailand dalam lima tahun terakhir. Pun begitu, Coach Edu Torres juga menyelipkan pemain muda seperti Pongsakorn Jiamsawad yang sebelumnnya bintang Thailand U-18 di Asia Cup 2018.
Secara keseluruhan, kekuatan Thailand adalah tetap di area paint. Mereka jelas akan coba menyerang lewat Breunig dan Jakrawan. Pun demikian, kedua pemain ini juga punya jarak tembak yang bagus yang membuat mereka tak akan mudah dijaga secara satu lawan satu.
Pemain-pemain lain juga tak bisa langsung dihilangkan dari hitungan. Hampir semua pemain Thailand lainnya selain Breunig, Jakrawan, dan Emmanuel Ejesu adalah pemain yang percaya diri untuk menembak tripoin. Oleh karena itu, rotasi pertahanan akan menjadi kunci Indonesia untuk membalas kekalahan.
Secara keseluruhan, saya ulang lagi, ini adalah skuad dan komposisi paling menarik dalam lima tahun terakhir dengan kehadiran Beane. Harapannya, Beane bisa membuka dimensi baru permainan Indonesia bersama trio yang ia buat dengan Abraham dan Yudha. Semangat Indonesia! Jangan kalah setengah botol! Jangan biarkan Korea memasukkan 10+ tripoin dengan akurasi 35+ persen! Jangan kalah dari Thailand!
Foto: Ariya Kurniawan, FIBA, Instagram/@official_timnasbasket