Bermula dari unggahan akun Instagram @jumpman23, yang menampilkan foto surat kusut, tiba-tiba semua orang teringat tentang kisah Air Jordan 1 yang ikonik, atau yang dikenal sebagai "Banned". Benarkah NBA melarang Michael Jordan memakai sepatu tersebut? Karena faktanya, Air Jordan 1 "Banned" tidak pernah dipakai MJ dalam pertandingan resmi. 

Akun Instagram Jordan Brand baru-baru ini menggoda penggemar sepatu dengan membagikan foto surat kusut, yang mengisyaratkan kembalinya Air Jordan 1 "Banned" yang ikonik. Surat itu tampak aneh, namun juga familiar bagi penggemar sneaker. Karena foto surat kusut tersebut cocok dengan surat yang dikirim dari NBA ke Nike pada tahun 1985, yang diduga memberi tahu perusahaan itu bahwa MJ tidak dapat memakai sepatu barunya. 

Surat yang terkenal itu bertanggal 25 Februari 1985. Saat itu, NBA memiliki aturan seragam yang ketat, dan para pemain diharuskan mengenakan sepatu yang sebagian besar berwarna putih. Dan, secara luas diyakini bahwa Nike membayar denda sebesar AS$5.000 setiap kali Jordan mengenakan sepatu merah-hitamnya. Cerita ini juga digambarkan secara jelas dalam film "Air", bagaimana Nike bersedia membayar denda setiap Jordan memakai sepatunya dalam pertandingan. 

Apa alasan utama NBA melarang sepatu hitam-merah Michael Jordan pada tahun 1985? Karena terlalu mahal? (waktu itu), atau melanggar aturan warna seragam NBA? atau, sepatu tersebut dianggap tidak aman untuk dimainkan?

Namun, itu bukan cerita sebenarnya. Mari kita telusuri salah satu momen penting dari warisan Air Jordan.

Pritish Ganguly adalah penulis NBA di EssentiallySports mencoba mereka kembali kisah nyata di balik larangan tersebut.

Ketika Michael Jordan memasuki NBA pada tahun 1984, ia sudah menjadi sensasi. Ia melewatkan tahun terakhirnya di UNC dan direkrut oleh Chicago Bulls. Pada tahun yang sama, ia menandatangani kontrak dengan Nike dalam kontrak lima tahun yang inovatif senilai AS$500.000 per tahun. Kemitraan ini melahirkan lini Air Jordan, dan MJ serta Nike mulai membangun sebuah kerajaan di dunia sneaker. 

Foto: buzzsprout.com

Maju cepat ke bulan Oktober 1984. Jordan yang berusia 21 tahun memasuki lapangan untuk pertandingan pramusim melawan Knicks, mengenakan apa yang kemudian disebutnya sebagai "Devil's Color", sepatu berwarna hitam dan merah. Sepatu ini menarik perhatian David Stern, komisaris NBA saat itu. Dan, bukan sekadar pandangan sekilas. Stern tidak senang dengan pilihan (warna) alas kaki Jordan yang dianggap memberontak.

Akhirnya, Nike menerima surat yang kini legendaris dari NBA. Asosiasi tersebut mengutip "peraturan dan prosedur" yang melarang sepatu baru dari Nike. Meskipun surat tersebut tidak mengatakannya secara langsung, sepatu tersebut melanggar "51% Rules" NBA, yang mengharuskan sebagian besar sepatu pemain berwarna putih. Sehingga sepatu hitam-merah milik Jordan, sama sekali tidak sesuai dengan peraturan.

Selama beberapa dekade, Nike terlibat dalam kontroversi seputar Air Jordan 1. Mereka menempelkan label sensor hitam di atas sepatu tersebut dalam iklan TV, mencapnya sebagai "Banned" untuk menciptakan intrik. Strategi itu berhasil. Nike dengan ahli memposisikan Michael Jordan sebagai seorang pemberontak, seorang atlet yang mendobrak batasan dan membuat aturannya sendiri. Namun, inilah masalahnya. Karena cerita yang dibangun Nike tidak sepenuhnya benar. Itu semua tentang membangun mitos.

Faktanya, ketika Michael Jordan harus menghadapi denda dari NBA, ia bahkan tidak mengenakan Air Jordan 1 "Banned" sama sekali. Ia mengenakan Nike Air Ship, yang memiliki skema warna hitam dan merah yang sama. Jordan tidak pernah mengenakan versi "Banned" dari sepatu khasnya dalam pertandingan NBA mana pun. Sebagai gantinya, ia tetap menggunakan warna "Chicago" dan "Black Toe" yang disetujui liga. Satu-satunya saat sepatu "Banned" muncul di lapangan adalah selama Slam Dunk Contest NBA 1985.

Namun, justru surat dari NBA tersebut dimanfaatkan oleh Nike. Mereka tidak menyia-nyiakan "ide" pemasaran emas ini. Mereka memutarbalikkan narasi lebih jauh, menyiratkan bahwa Air Jordan 1 terlalu bagus untuk NBA. Itu bukan sekadar sepatu yang melanggar aturan seragam, tetapi sesuatu yang lebih besar, mengubah sepatu yang "Banned" menjadi barang yang wajib dimiliki oleh para penggila sneaker.

"Ini adalah persepsi tentang pemberontak dan Air Jordan 1 yang anti kemapanan tumbuh dalam popularitas dengan cepat," tulis profesor pemasaran olahraga Thilo Kunkel.

"Para penggemar ingin tahu apakah ia akan mengenakan sepatu terlarang itu dalam sebuah pertandingan. Kamera-kamera menyorot sepatu ketsnya, dan seluruh negeri membicarakan tentang Air Jordan. Tanpa ancaman denda, tidak ada kontroversi. Itu adalah uang terbaik yang diinvestasikan oleh Nike."

Foto: Sneaker News

Sejak peluncuran pertamanya pada bulan April 1985, Air Jordan 1 "Banned" hanya dirilis enam kali. Peluncuran terakhir dilakukan pada tahun 2016. Namun pada tahun 2011, Nike menambahkan tanda "X" di bagian tumit, yang semakin menegaskan julukan "Banned". Peluncuran ulang juga dilakukan pada tahun 1994 dan 2013. 

Kabar terbaru, Air Jordan 1 "Banned" akan kembali pada tahun 2025 untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-40. Kali ini, penggemar sneaker harus membayar lebih mahal, dengan harga retail sebesar AS$250.

Sekadar informasi, Michael Jordan tidak pernah menaruh perhatiannya pada Nike. Di perguruan tinggi, ia mengenakan Converse, dan menurut ESPN , ia sangat ingin menandatangani kontrak dengan Adidas saat ia menjadi pemain profesional. Bukan hanya Jordan yang meragukan Nike, Phil Knight, pimpinan Nike, juga tidak yakin. Menurut artikel yang pernah dirilis oleh Los Angeles Times, Knight ragu untuk mendukung Jordan, yang direkrut di urutan ketiga dalam Draft yang juga mencakup bintang-bintang masa depan seperti Charles Barkley.

Menariknya, kesepakatan Jordan yang sangat sukses dengan Nike mungkin tidak akan pernah terjadi tanpa campur tangan ibunya, Delores. Seperti yang dijelaskan Roland Lazenby, penulis "Michael Jordan: The Life", agen Jordan harus menelepon Delores ketika MJ yang lelah ingin melewatkan pertemuannya dengan Nike. Dorongan dari Delores-lah yang membuatnya hadir, dan sisanya adalah sejarah sneaker.(*)

Foto: Hypebeast

Komentar