Bronny James Hanya Sekadar "Proyek" Bagi Lakers

| Penulis : 

Sebuah kritik tajam tentang Bronny James ditulis oleh Alejandro Avila dari OutKick. Menurutnya, Lake Show telah berubah menjadi pertunjukan badut, setelah kehadiran Bronny. Putra sulung LeBron James tersebut belum membuktikan apa-apa selain dia adalah bagian dari "proyek" Los Angeles Lakers. Menyebut Bronny sebagai prospek dengan potensi untuk menjadi pemain profesional adalah penilaian yang murah hati. 

Pada hari Minggu (6/10) waktu Amerika Serikat, LeBron dan Bronny berbagi lapangan untuk pertama kalinya dalam pertandingan pramusim melawan Phoenix Suns, di mana Lakers kalah dengan skor 118-114, dan Bronny keluar lapangan tanpa mencetak satu poin pun (hanya empat turnover dan dua rebound dalam 13 menit). Menurut Avila, Bronny James berjalan melewati pintu dengan keyakinan bahwa ia akan tampil, padahal kenyataannya, ia ditakdirkan untuk dicemooh dan meninggalkan panggung NBA.

Harapan menjadi suram ketika menyangkut pilihan putaran kedua Los Angeles Lakers. Bronny dianggal terlalu "hijau" untuk NBA, namun di sinilah dia bermain untuk tim besar karena narasi yang ingin ia dan ayahnya, LeBron James, ciptakan. Mereka ingin menjadi duo ayah dan anak pertama yang bermain basket profesional secara berdampingan. Ini tentu saja momen yang manis.

Baxter Holmes dari ESPN menceritakan hari-hari Bronny berlatih untuk pencari bakat NBA hingga akhirnya diperkenalkan ke tim di hadapan media NBA di fasilitas pelatihan Lakers di El Segundo, California. Sejak latihan perdana hingga masuk kamp pelatihan Lakers, semua penggamat menyuarakan tentang kekhawatiran yang sama, yaitu keterampilan Bronny yang kurang matang. Ini semakin mempertegas kesan bahwa Bronny direkrut di putaran kedua murni karena hubungannya sebagai putra LeBron.

"Harapan terhadap Bronny oleh basis penggemar dan oleh LeBron serta Rich Paul tidak sepadan dengan kenyataan permainannya," kata seorang eksekutif Wilayah Timur dalam laporan Holmes. "Jika mereka benar-benar tahu seberapa jauh jarak Bronny, mereka tidak akan melakukan ini."

Bronny merupakan anomali dalam artian bahwa tidak ada orang lain yang telah memainkan 25 pertandingan (total) bola basket perguruan tinggi dan rata-rata mencetak kurang dari lima poin per pertandingan, yang mampu mendapatkan karpet merah untuk para pemain profesional. 

"Di dunia yang normal, dia akan menjadi pemain perguruan tinggi empat tahun yang sangat bagus," seorang pencari bakat NBA bereaksi setelah mengamati kemajuan Bronny di lapangan sejak direkrut pada bulan Juni.

Foto: Sportskeeda

Mengingat koneksinya, masuk akal bagi sebuah tim untuk mengambil risiko pada pemain berusia 20 tahun itu. Jika ada tim lain, kecuali Lakers yang merekrut Bronny, maka akan ada keinginan kuat untuk mengembangkan pemain itu menjadi pemain NBA yang berguna. 

Akan tetapi, bergabung dengan Lakers, yang pelatihnya tidak lain adalah JJ Redick, memanfaatkan Bronny dan menempatkannya di lapangan bersama ayahnya tampaknya tidak lebih dari sekadar kesempatan berfoto yang dipentaskan untuk mengabadikan momen bersejarah tersebut.

Dan, setelah masa bermain LeBron habis, bermain di musim ke-22 dan mendekati usia 40, mudah untuk membayangkan bahwa Lakers akan menendang Bronny ke pinggir seperti bintang muda yang peran sekali seumur hidupnya. 

Kedengarannya dingin untuk memecat Bronny sebelum ia bermain. Namun tidak ada yang lebih menyakitkan daripada hari ketika niat sebenarnya LA di balik perekrutan pemain basket berbakat ini akhirnya terungkap. Para eksekutif liga tahu itu. Tim-tim NBA juga tahu itu. Dan, penggemar NBA akan mudah untuk menebak langkah Lakers selanjutnya. (*)

Foto: CNN

Populer

LeBron James Mendengarkan Saran Lakers Demi Kepentingan Tim
Lima Kesepakatan Sepatu Termahal Sepanjang Masa di NBA
Nets Dihancurkan Cavaliers, Pelatih Sesali Kepergian Dennis Schroder
Alasan Stephen Curry Tak Pilih Nike
Duel Penembak Jitu! 48 Tripoin dalam Pertandingan Mavericks vs Warriors
Giannis Ingin Mengikuti Jejak LeBron James
Paul George Masuk 10 Besar Pencetak Tripoin Terbanyak NBA
Komitmen Yuta Watanabe untuk Timnas Jepang
NBA Cup Membagi Liga Menjadi Tiga Segmen
Rencana Isaiah Hartenstein Jika Thunder Memenangkan NBA Cup 2024