Konsumen Nike, khususnya penggemar lini sepatu Kobe Bryant mengeluhkan ketersediaan sepatu tersebut, apalagi sepatu rilisan terbaru. Mereka tidak bisa mendapatkan sepatu tersebut karena sudah habis terjual dalam waktu singkat. Ternyata Nike menemukan fakta bahwa pembelian tidak berjalan semestinya. Mereka menemukan jutaan "bot" yang ikut dalam perburuan sepatu di website.

Salah satu hal yang membuat sepatu Kobe begitu sulit didapatkan adalah ketika Nike merilisnya di aplikasi "SNKRS" dalam undian, miliaran "bot" secara otomatis ikut serta dalam upaya untuk memenangkan sepatu tersebut. Sederhananya, bot adalah program yang memiliki informasi ukuran, lokasi pengiriman, dan pembayaran seseorang yang tersedia secara langsung sehingga ketika undian dimulai, entri orang tersebut dikirimkan dalam hitungan milidetik.

Mirror US Sports berbincang dengan Chris Chase, pendiri WearTesters.com, situs utama ulasan sepatu lari sejak 2009. Chase berbicara mengenai masalah robot yang mengambil sepatu lari dari pembeli, kurangnya jumlah yang tersedia, dan bagaimana ia berharap Nike akan mengatasi kontroversi seputar lini produk khas Kobe. 

Dilaporkan pada tahun 2023, bahwa setiap bulan sebanyak 12 miliar bot melakukan pemesanan. Sementara itu, Nike melakukan segala cara untuk mengekang masuknya bot dalam web mereka. Nike menggunakan berbagai alat untuk mengidentifikasi dan menghapus bot dari platformnya, menggunakan analitik canggih dan pembelajaran mesin untuk tujuan verifikasi yang tepat.

"Kami sangat serius dalam melindungi bot, dan ada tim teknisi Nike yang berdedikasi untuk membongkar bot yang dirancang untuk peluncuran gim," tulis Nike dalam sebuah pernyataan resmi. "Kami juga mengevaluasi peluncuran secara kritis baik secara langsung maupun secara retroaktif, untuk mengembangkan pendekatan kami dan tetap selangkah lebih maju dari para pengembang."

Menurut Chase, faktor terbesar yang menyebabkan sepatu Kobe ini tidak tersedia untuk masyarakat umum adalah fakta bahwa Bryant meninggal dunia. Pendiri WearTesters itu juga mencatat bagaimana meninggalnya legenda NBA itu menarik perhatian lebih banyak orang pada Nike, yang merupakan pedang bermata dua. Karena di saat yang bersamaan, ada jutaan orang yang memanfaatkan situasi tersebut dengan menjual produk dengan memberi label "langka". 

Chase percaya bahwa Nike berupaya membatasi bot, dan pada akhirnya hal itu bermuara pada kebiasaan belanja konsumen. Ia menambahkan bahwa perusahaan alas kaki seperti Nike sering kali memprediksi bagaimana tren akan terlihat dua tahun dari tanggal tertentu karena itulah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi dan membuat sepatu. 

"Itulah bagian yang menurut saya belum diketahui siapa pun, karena kami belum benar-benar menguji kebenarannya. Apakah benar-benar memenuhi permintaan konsumen sebenarnya, atau permintaan palsu dari para pengecer yang memanfaatkan situasi," kata Chase.

Bukan hanya itu saja, Chase mencatat bagaimana karyawan ritel punya peluang untuk "mencuri" sepatu, menjualnya untuk mendapatkan keuntungan guna menambah penghasilan mereka. Namun yang paling mengecewakan, banyak penggemar yang mulai "menyerang" Vanessa Bryant, janda Kobe, karena kurangnya stok sepatu Nike Kobe. Padahal Vanessa sendiri tidak tahu menahu tentang hal ini. 

Semoga ke depan, Nike bisa mengatasi masalah ini, dan penggemar Kobe Bryant bisa mendapatkan sepatu yang mereka inginkan, langsung dari website Nike. (*)

Foto: Fan Arch

Komentar