NBA kali ini menjadi pusat perhatian karena masalah etika global. Dua senator Amerika Serikat menuduh NBA "mengutamakan keuntungan daripada prinsip," yang dirinci dalam surat yang dikirimkan kepada Komisaris NBA Adam Silver pada hari Selasa (27/8) waktu Amerika Serikat. Para senator mengkritik hubungan dekat NBA dengan Presiden Rwanda Paul Kagame, seorang pemimpin dengan reputasi sebagai diktator. 

Surat yang dikirim oleh Marsha Blackburn (R-Tenn.) dan Jeff Merkley (D-Ore.) kepada komisaris NBA muncul setelah laporan ESPN merinci hubungan liga dengan diktator Rwanda Paul Kagame. Menurut uraian ESPN, NBA telah mempererat hubungan dengan Kagame, meskipun ia terkenal dengan rekam jejaknya yang menekan perbedaan pendapat dan membungkam para pengkritik, dan tidak segan memakai kekerasan. 

Paul Kagame. Foto: Reuters

Surat tersebut tidak main-main, karena menyoroti bagaimana hubungan NBA dengan Kagame memainkan peran penting dalam meluncurkan BAL atau Liga Bola Basket Afrika. Ini salah satu upaya NBA untuk mengembangkan liga di luar Amerika Utara. Namun, sementara liga tersebut sibuk memperluas mereknya, para senator mengklaim bahwa liga tersebut mengabaikan catatan hak asasi manusia. 

Ttidak berhenti di situ. Blackburn dan Merkley menginginkan jawaban dari NBA. Mereka menuntut Adam Silver untuk menguraikan seberapa dalam hubungan NBA dengan Kagame. Kemudian kedua senator juga menanyakan apakah BAL yang dibuat bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kehidupan warga Rwanda yang hidup di bawah rezim Kagame. Silver punya waktu satu minggu untuk menanggapi surat tersebut. 

"Percakapan yang kami lakukan dengan Paul Kagame semuanya tentang peningkatan kehidupan masyarakat Rwanda," kata wakil komisaris NBA Mark Tatum kepada ESPN. "Bagaimana kita dapat menciptakan, bagaimana kita dapat menginspirasi dan menghubungkan orang-orang melalui permainan bola basket untuk membuat kehidupan masyarakat Rwanda menjadi lebih baik."

Para senator juga mempertanyakan hubungan NBA dengan Tiongkok, yang telah lama menjadi kontroversi. Dilaporkan bahwa semua pemilik liga diduga telah menginvestasikan lebih dari AS$10 miliar di Tiongkok, sementara mantan pemain NBA Enes Kanter Freedom telah secara terbuka mengecam tindakan tersebut. Menurut Kanter, Adam Silver diduga menjalin hubungan dekat dengan Partai Komunis Tiongkok, sambil menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan perlakuan terhadap Muslim Uighur di negara tersebut.

Tampaknya kasus ini bakal lebih panjang dari yang diperkirakan. Serta media akan menanti apa yang akan dikatakan oleh Adam Silver, jika Komisasir NBA tersebut memenuhi panggilan dua senator AS. (*) 

Foto: L'Equipe

Komentar