Menjadi seorang pendatang baru atau rookie di NBA merupakan tantangan yang tak mudah bagi pemain-pemain basket di Amerika Serikat. Atmosfer pertandingan liga basket terbesar di dunia ini terkadang membuat permainan mereka menurun dari yang mereka tampilkan saat bermain untuk universitas. Banyak yang awalnya berstatus rookie unggulan mengalami penurunan peforma dan tidak mendapat kepercayaan dari pelatih masing-masing ketika mulai melantai di NBA. Nama-nama seperti Greg Oden (Pilihan 1 Draft NBA 2006), Hasheem Thabeet (Pilihan 2 Draft NBA 2009) dan Anthony Bennett (Pilihan 1 Draft NBA 2013) adalah sedikit contoh yang sudah merasakan bagaimana sulitnya bermain di bawah atmosfer pertandingan NBA. Karir mereka berakhir lebih cepat daripada yang diharapkan.
Pada Draft NBA 2014, Philadelphia 76ers mengambil Joel Embiid, center bertinggi tujuh kaki (sekitar 2,13 meter) dari Universitas Kansas. Alih-alih ingin berbenah diri dengan kehadiran amunisi baru, harapan 76ers pupus seketika setelah mengetahui bahwa rookie yang baru saja mereka rekrut mengalami cedera parah dan harus absen selama satu musim (2014-2015). Joel Embiid, rookie yang di-draft urutan ketiga ini harus berjuang keras melawan cedera patah tulang kaki yang menimpanya.
Berharap untuk bisa dimainkan di musim baru 2015-2016, tampaknya 76ers kembali gigit jari karena proses pemulihan yang dialami Joel Embiid mengalami kemunduran dan tim dokter menyatakan bahwa ia tidak bisa bermain untuk satu musim lagi. Rasa kecewa dan ketakutan akan gagalnya pilihan draft mereka bermunculan. Media-media pun menganggap 76ers salah memilih pemain. Untungnya, 76ers mau bersabar dengan tidak memecat Joel Embiid.
Penantian panjang 76ers berakhir ketika musim 2016-2017 dimulai, Joel Embiid dipastikan bisa bermain memperkuat tim. Debut Joel Embiid terjadi pada pertandingan melawan Boston Celtics saat pertandingan pramusim. Dalam pertandingan itu Joel Embiid menorehkan 6 poin, 4 rebound, dan 2 blok hanya dalam 13 menit.
Aksi impresif Joel Embiid tersebut membuatnya menjadi pemain pertama (starting center) untuk 76ers di kemudian hari. Permainan Joel Embiid pun dari hari ke hari semakin menuai pujian. Kemampuannya baik dalam menyerang (offense) maupun bertahan (defense) sangat luar biasa. Alhasil, gelar Rookie of the Month untuk Divisi Timur pada bulan Oktober sampai Desember mampu ia sapu bersih. Tak puas dengan gelar tersebut, performa Joel Embiid semakin menjadi-jadi. Ia mencetak poin tertinggi selama karirnya yaitu 33 poin pada tanggal 18 Desember 2016 lalu saat mengalahkan Brooklyn Nets, 108-107.
Performa impresif tersebut membuatnya menyabet gelar Player of the Week untuk Divisi Timur pada 16-22 Januari 2017. Ia pun terpilih menjadi World Team untuk bertanding saat Rising Star Challenge di ajang NBA All Star 2017 bulan Februari nanti.
Sampai bulan Januari, performa Joel Embiid memang luar biasa. Embiid mengumpulkan rata-rata 19,8 poin, 7,8 rebound, dan 2,5 blok dalam setiap pertandingannya. Pengamat-pengamat NBA pun menyatakan bahwa ia calon terkuat untuk meraih gelar Rookie of the Year tahun 2016-2017.
Memang di usianya yang masih 22 tahun, angka-angka tersebut adalah raihan yang fantastis. Embiid bisa dikatakan center yang serba bisa. Ia bisa melakukan duel di paint area dengan baik, menghalangi tembakan lawan, bahkan untuk menembak 2 poin maupun 3 poin. Kemampuannya dalam memimpin tim juga membuat 76ers memenangkan 8 dari 10 pertandingannya di bulan Januari.
Dalam sebuah wawancara, ia menjuluki dirinya sendiri âThe Processâ karena ia ingin meyakinkan fans 76ers untuk bersabar dan mau mendukung proses regenerasi tim 76ers. Kini 76ers semakin penuh oleh pemain muda seperti Nerlens Noel (22 tahun), Jahlil Okafor (21 tahun), dan Ben Simmons (20 tahun).
Melihat penampilan Joel Embiid hingga bulan Januari 2017, memang potensi darinya sangatlah besar. Embiid seperti monster yang bangkit dari cedera yang menimpanya dua tahun terakhir. Selain kandidat kuat untuk Rookie of the Year 2017 mungkin suatu saat ia akan menjadi kandidat kuat MVP masa depan? Mungkin saja.
Foto: phillymag.com