NBA menggelar seluruh 15 laga hari terakhir mereka, Minggu (14/4), waktu setempat. Format yang digunakan adalah tim-tim Wilayah Timur bermain lebih dulu baru di bagian kedua tim-tim Wilayah Barat unjuk gigi dan berebut posisi terbaik mereka di Playoff NBA atau Play-In Tournament. 

Meski persaingan tak seketat di Wilayah Barat, Wilayah Timur memiliki daya tariknya tersendiri. Seperti diketahui, Boston Celtics secara jemawa dan perkasa berada di puncak klasemen akhir. Mereka sudah mengunci posisi ini sekitar dua pekan lalu. Perebutan sengit terjadi di sembilan peringkat di bawahnya. 

Menerima kabar Milwaukee Bucks yang masih tidak diperkuat Giannis Antetokounmpo kalah atas Orlando Magic dan Cleveland Cavaliers yang takluk mengejutkan dari Charlotte Hornets, New York Knicks tampil habis-habisan untuk mengamankan posisi runner-up Wilayah Timur. Melalui babak tambahan waktu, Knicks menang atas Bulls 120-119 dan mengamankan kemenangan ke-50 mereka musim ini. Knicks dan Celtics jadi dua tim yang berhasil menyentuh 50 kemenangan di Wilayah Timur. 

Peringkat tiga jatuh kepada Bucks yang menutup musim dengan rekor (49-33). Bucks hanya menang dua kali dalam delapan laga mereka di April. Sejak Doc Rivers ditunjuk menggantikan Adrian Griffin sebagai kepala pelatih, Bucks justru mengalami kemunduran. Rekor Bucks di bawah Doc hanya 17 kali menang dan 18 kali kalah. Artinya, lebih dari separuh kekalahan Bucks datang saat Doc memimpin. 

Ini akan jadi alarm bahaya untuk Bucks yang akan jumpa Indiana Pacers di ronde pertama Playoff. Pacers menang besar 157-115 atas Atlanta Hawks hari ini. Pacers terus menasbihkan diri mereka sebagai salah stau tim dengan serangan paling mematikan di NBA musim ini. Dengan Bucks yang keteteran dan masih mengambangnya nasib Giannis, duel kedua tim ini akan menarik ditunggu. Rekor pertemuan keduanya musim ini adalah (4-1) untuk Pacers. 

Cavaliers yang sempat panas di tengah musim dan merangsek ke peringkat dua bermasalah dengan konsistensi dan cedera. Silih berganti absennya barisan starter mereka membuat Cavaliers harus finis di peringkat empat dan akan jumpa Orlando Magic di ronde pertama. 

Magic pun kurang lebih sama. Konsistensi adalah masalah utama. Pun demikian, skuad utama Magic sejatinya masih punya kekurangan di sisi veteran. Tak seperti Cavaliers yang mendatangkan dan bergantung kepada Donovan Mitchell, Magic tak punya sosok ini. Mereka bergantung penuh kepada Paolo Banchero yang baru memainkan musim keduanya di NBA. 

Ini adalah musim kedua beruntun Cavaliers finis sebagai peringkat empat. Sebuah catatan istimewa dari J.B. Bickerstaff yang menangani tim sejak 2020. Ini jadi kali pertama Cavaliers lolos ke Playoff di dua musim beruntun sejak 2017 dan 2018. Magic pun tak jauh berbeda. Jamahl Mosley baru masuk musim ketiganya di Magic dan berhasil finis di peringkat lima. Dalam tiga musim sebelumnya, Magic finis di urutan 13, 15, dan 14. 

Rekor pertemuan kedua tim di musim reguler tak berpihak kepada Magic. Dalam 10 laga terakhir, Magic hanya menag tiga kali. Menariknya, dua dari tiga kemenangan itu terjadi musim ini. Konsistensi akan jadi kunci bagi kedua tim untuk lolos ke ronde kedua atau Semifinal Wilayah. 

Play-In Tournament juga punya cerita sendiri. Ada dua tim yang punya sejarah bagus di Playoff dan terdampar di sini yakni Atlanta Hawks dan Miami Heat. Hawks sebagai peringkat 10 butuh dua kali menang untuk mendapatkan peringkat 8 klasemen akhir. Heat butuh langsunh menang untuk mengamankan peringkat tujuh. Pun demikian, jika kalah dari Philadelphia 76ers di laga pertama Play-In Tournament, Heat masih punya satu nyawa lagi. 

Sejak diperkenalkan pada 2020 di Gelembung Orlando, Florida, Play-In Tournament berhasil menyajikan hiburan tersendiri. Laga yang lebih hidup-mati ketimbang Playoff membuat semua tim rasanya akan rela berdarah-darah di lapangan demi memperpanjang musim mereka dan menunda liburan musim panas. 

Kembali ke atas, Heat dan Hawks punya mentalitas berbeda saat memasuki situasi seperti ini. Saat mereka lolos ke final musim lalu, Heat berstatus sebagai peringkat delapan klasemen akhir setelah menang atas Bulls di Play-In Tournament. Sebelumnya, Heat lebih dulu kalah atas Hawks. Namun, begitu masuk Playoff, Heat benar-benar tim yang berbeda. Hanya Celtics di Final Wilayah Timur yang mampu memaksa Heat berlaga sampai Gim 7. 

Sebaliknya, kita belum melihat Sixers yang tangguh di saat genting. Ini adalah musim pertama Nick Nurse meramu tim dan mungkin ia bisa menularkan DNA juaranya kepada skuad yang veteran tapi kurang berpengalaman ini. Begitu juga dengan kehadiran Kyle Lowry yang mereka datangkan di tengah musim tampaknya bertugas untuk mendongkrak mentalitas tersebut. Heat dan Sixers berbagi kemenangan di empat pertemuan musim ini. 

Hawks juga serupa. Masih berpusat pada Trae Young, Hawks adalah tim yang makin panas jika bermain di kandang lawan. Bulls jelas tak bisa tenang. Dalam tiga pertemuan musim ini, Bulls memanb unggul 2 banding 1. Akan tetapi, satu kemenangan itu didapatkan oleh Hawks di kandang Bulls yang sekali lagi menunjukkan mentalitas tangguh Hawks di situasi genting. 

Laga Play-In akan dimulai Rabu, (17/4), waktu setempat. Siapa jagoan kalian? 

Foto: NBA/Getty Images 

Populer

Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Tembakan Lebih Efisien, Nuggets Benamkan Lakers
Wemby Kembali, Spurs Menggilas Warriors
Takluk 41 Poin! Thailand Menambah Derita Indonesia
James Harden Tampil Impresif Meski Dicemooh Pendukung Sixers Sepanjang Laga
Trae Young Pilih Jordan Brand
50 Poin LaMelo Ball Tidak Berarti Dihadapan Bucks
James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
Heat Berlindung Di Balik Performa Impresif Jimmy Butler Saat Kalahkan Mavericks
Kelemahan Kings Makin Jelas Saat Takluk dari Clippers