Ada sebuah pembahasan menarik sebelum musim reguler NBA 2023-2024 berakhir. Tentang adanya kemungkinan "orang asing" atau pemain dari luar Amerika Serikat, yang akan menjadi MVP liga. Sejak 2019, penghargaan diberikan kepada Giannis Antetokounmpo (Yunani/Nigeria), Nikola Jokic (Serbia), Joel Embiid (Kamerun), lalu penghargaan tahun ini kemungkinan besar akan diberikan kepada Jokic, atau Doncic (Slovenia), atau Shai Gilgeous-Alexander (Kanada). Sehingga ada anggapan bahwa untuk tahun keenam berturut-turut, MVP musim reguler akan jatuh ke tangan orang asing.
Pemain bola basket terbaik di dunia bukan lagi orang Amerika, melainkan orang Eropa yang benar-benar tahu cara bermainnya. Fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi di bola basket saja. Pemain terbaik Major League Baseball berasal dari Jepang. Inilah kenyataan yang harus ditelan mentah-mentah oleh para penggemar liga-liga olahraga Amerika.
Kembali ke NBA, fenomena seperti ini ternyata sudah pernah diramalkan oleh Don Nelson, mantan pelatih Dallas Mavericks. Don dan putranya, Donnie, mengatakan bahwa EuroBasket, nantinya bisa "mencuri" sinar NBA. Banyak yang mengira mereka berdua "gila" karena berpendapat seperti ini. Namun melihat kenyataan akhir-akhir ini, semua percaya bahwa ada masalah dalam sistem pembinaan pemain di Amerika Serikat. Sehingga mereka tidak bisa lagi melahirkan pemain bola basket terbaik di liga sendiri.
Menurut Mac Angle dari Fort World Star, evolusi pemain-pemain Eropa ini bisa terjadi setelah Komite Olimpiade Internasional mengizinkan para pemain profesional tampil di Olimpiade. Sejak saat itu, pembinaan basket usia muda di Amerika Serikat menjadi bermasalah. Selama bertahun-tahun para pelatih, dan beberapa manajer, mengeluh bahwa sistem bola basket remaja Amerika, yang kini hampir seluruhnya dijalankan oleh Persatuan Atletik Amatir (AAU) dengan kerja sama dari perusahaan-perusahaan sepatu ternama, adalah mesin penghasil pendapatan di mana jumlah pertandingan adalah prioritas, daripada mempelajari cara memainkan permainan bola basket dengan benar. Sebaliknya, Eropa fokus dalam mempelajari permainan basket.
"Saat saya besar di Eropa, saya mempelajari keterampilan yang bisa dilakukan oleh anak-anak kecil. Dasar-dasarnya. Tangan kanan. Tangan kiri. Transisi. Bermain dengan rekan satu tim Anda," kata mantan bintang Dallas Mavericks Dirk Nowitzki.
Dirk adalah pemain Eropa pertama yang memenangkan penghargaan MVP NBA, pada tahun 2007. Dia mengatakan para pemain Eropa tidak peduli dengan seberapa banyak dia bermain. Melainkan bagaimana dia bermain dengan benar.
"Ini semua tentang bermain dengan cara yang benar. Saya kira itu masih menjadi fondasi yang ditetapkan di sana," ujarnya. "Saya melihat orang-orang besar datang ke sini, dan Anda harus mampu menembak, fundamentalnya, dan itulah yang Anda kerjakan setiap hari, dan mampu menjadi pemain tim. Ini bukan tentang berapa kali Anda bisa melantun bola, atau kamu memiliki IQ bola basket yang bagus?"
Amerika Serikat adalah bangsa yang berpenduduk 333 juta jiwa. Namun dalam hal pemain terbaik, liga justru dikuasai oleh pemain luar negari (luar Amerika Serikat). Menurut NBADraft.net, sepertiga (1/3) pemain yang diproyeksikan sebagai seleksi putaran pertama NBA Draft 2024 berasal dari luar Amerika Serikat. Dua pemain teratas di draft mereka, yaitu Alexandre Sarr dan Zaccharie Risacher, berasal dari Prancis. Pilihan teratas dalam NBA Draft 2023, yang suatu hari nanti akan menjadi pemain tim utama NBA, juga berasal dari Prancis, yaitu Victor Wembanyama.
Kemudian, pemain yang diproyeksi masuk lima besar dalam Draft NBA 2024 adalah Nikola Topic dari Serbia, dan Matas Buzelis dari Lithunia. Buzelis dibesarkan di Chicago, tetapi permainannya adalah bagian dari Euro. Kedua orang tua Buzelis tumbuh besar dengan bermain bola basket di negara asalnya, begitu pula kedua kakeknya. Buzelis terlihat seperti pemain Euro lainnya yang datang ke NBA.
Kutipan viral dari pelatih bola basket wanita Connecticut Geno Auriemma merangkum dengan sempurna ketika dia memberi tahu penonton tentang keadaan pemain muda Amerika Serikat.
"Mereka lebih bertalenta dari sebelumnya, atlet yang lebih baik dari sebelumnya, mereka dapat melakukan lebih banyak hal dibandingkan anak-anak 10, 15, 20 tahun yang lalu. Tapi mereka bukanlah pemain bola basket yang lebih baik," jelasnya.
"Karena pelatih ini, atau pelatih itu, atau sistem itu, menyuruh mereka memainkan enam pertandingan, dan mereka hanya berlatih sekali dalam minggu itu. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka lakukan di Eropa. Mereka semua bisa melantun bola. Mereka semua bisa meloloskan diri. Mereka semua bisa menembak. Tidak masalah apakah skornya 5-10 atau 6-10. Karena mereka berlatih, mereka tidak bermain-main."
Selama beberapa dekade sistem ini memiliki kelemahan, namun tidak menjadi masalah sampai pemain Eropa mulai meraja-lela. Kini pemain seperti Giannis, Doncic, dan Jokic membuktikan bahwa pemain Eropa bisa memenangkan penghargaan MVP NBA. Dan, kelemahan tentang sistem pembinaan di Amerika Serikat tersebut tidak mungkin disembunyikan di balik sinar bintang-bintang veteran seperti LeBron James, Stephen Curry, dan Kevin Durant. (*)
Foto: nba.com