Saya lahir dan tumbuh di Surabaya. Selama 18 tahun pertama saya hidup, Surabaya adalah tempat di mana 99 persen waktu saya habiskan. Meski kerap disebut sebagi kota terbesar kedua di Indonesia, saya merasakan betapa "humble" Surabaya sebagai sebuah kota metropolitan. Setelah lulus SMA, baru saya menyeberang ke Jakarta. Di sini, hanya butuh satu pekan, saya bisa semakin merasakan betapa Surabaya adalah kota yang sangat "humble", jauh berbeda dari Jakarta.
Awalnya, pemikiran Jakarta adalah kota yang keras atau bahkan lebih kejam dari ibu tiri memang terus terlintas. Belakangan, saya merasa Jakarta tak sekeras itu. Saya merasa Jakarta adalah kota yang memaksa kita untuk terus mencari akal dalam menyiasati keseharian. Bahkan, ini juga terasa dalam dunia basket di Jakarta. Bermain di level rendah pick-up game saja, di Jakarta butuh akal yang banyak dalam mengatasi permainan, baik secara teknikal atau mental.
Ya, Jakarta berhubungan langsung dengan mental. Setelah di sini, saya bisa merasakan bahwa ketangguhan mental orang-orangnya memang tinggi. Adu mulut atau bacot di lapangan benar-benar jauh berbeda dari Surabaya. Untuk orang yang tak biasa dengan ini, bisa jadi bermain basket di Jakarta lebih menjadi tempat beradu mental ketimbang ketangkasan. Terlalu banyak Draymond Green di berbagai macam tingkat perbasketan di Ibu Kota ini, benar-benar luar biasa.
Pun begitu, saya melihat betapa besarnya kultur basket di Jakarta. Barisan Draymond Green itu tak akan muncul menjamur jika kultur belum sebesar itu. Jakarta dan basket adalah dua hal yang cukup erat, utamanya di Indonesia. Selain faktor banyaknya peminat, banyaknya lapangan juga menurut saya menjadi salah satu faktor kenapa basket bisa tumbuh mengakar di Jakarta. Mulai dari lapangan gratis di area perkampungan hingga sekolahan, gratis di tempat publik, hingga berbayar dari harga wajar sampai selangit, semuanya ada. Bahkan hampir setiap hari semua lapangan itu penuh, tinggal pilih saja.
Pun demikian, dari menjamurnya lapangan-lapangan itu, tak ada lapangan yang benar-benar menjadi ikon Jakarta sebagai lapangan yang bagus, di level tertinggi. Saya sempat melihat Britama Arena (sekarang Mahaka Arena) sebagai sebuah lapangan yang luar biasa. Namun, lapangan ini ada di dalam mall yang membuat secara akses keluar-masuk tidak semudah itu. Hall Basket Senayan juga secara kapasitas tidak cukup mumpuni. Jikapun ada, Istora Senayan adalah opsi terbaik, seperti saat Asian Games 2018. Akan tetapi, tempat ini lebih ke gedung serba-guna.
Baru di tahun 2023, tepatnya di bulan Agustus, Jakarta akhirnya punya satu lapangan basket yang representatif. Represntatif tak hanya untuk kalangan lokal, bahkan dunia. Dalam hal ini adalah Indonesia Arena yang akhirnya menjadi rumah basket Indonesia. Gelaran Indonesia Internasional Basketball Invitational menjadi gelaran perdana di tempat ini. Tak sampai satu bulan kemudian, Indonesia Arena akhirnya menjalankan fungsi utamanya, menggelar gelaran Piala Dunia FIBA 2023.
Saya menjadi salah satu saksi di mana Indonesia, utamanya Jakarta menjadi tuan rumah gelaran basket dunia. Pendukung dari delapan negara peserta hadir, dalam jumlahnya masing-masing. Latvia, terlepas dari jaraknya yang cukup jauh dari Indonesia muncul sebagai pendukung dengan jumlah terbanyak di Jakarta. Bahkan, mereka sedikit banyak menyulap tribun Indonesia Arena menjadi rumah mereka. Hal itu yang akhirnya membuat penonton umum asal Indonesia turut menjadi bagian dari pendukung Latvia. Latvia pun menutup perjalanan perdana mereka di Piala Dunia FIBA sebagai peringkat lima dunia, perjalanan yang sangat bersejarah.
Dua bulan berselang sejak laga terakhir Piala Dunia FIBA, belum ada lagi pertandingan resmi yang digelar di situ. Indonesia Arena terlihat digunakan untuk konser musik, kegiatan politik, dan acara perusahaan. Baru di 17 November 2023 nanti, Indonesia Arena kembali menjalankan marwahnya, menjadi tempat gelaran basket. Tidak, tidak, saya tentu tidak masalah Indonesia Arena digunakan untuk berbagai acara. Toh memang saat pembangunan, tempat iini diharapkan bisa menjadi gedung serba-guna terbaru di Indonesia dengan skala internasional.
Akan tetapi, ada sebuah semangat dan perasaan tersendiri saat Indonesia Arena kembali menjadi panggung pertandingan basket. Di hari Jumat itu (17 November), Indonesia Arena akan menjadi panggung aksi untuk Final Honda DBL With Kopi Good Day 2023 DKI Jakarta Series. Menariknya lagi, dua partai final yang digelar juga mengusung misi balas dendam karena final kali ini adalah final ulangan musim lalu. Di sektor putri, SMA Jubilee Jakarta jumpa SMAN 70 Jakarta sedangkan di putra SMA Jubilee melawan SMA Bukit Sion Jakarta.
Bulungan (sebutan SMAN 70) adalah tim yang menyandang gelar juara bertahan di sektor putri. Di nomor putra, Phoenix (sebutan SMA Jubilee) adalah pemegang gelar musim lalu. Pun demikian, lawan mereka juga tak bisa dianggap remeh begitu saja. Di putri, Jubilee berhasil tumbuh sebagai kekuatan baru yang meminjam bahasa sekarang cukup "meresahkan". Sebaliknya di putra, Phoenix adalah kekuatan baru sedangkan Buksi adalah kekuatan yang penuh tradisi. Musim lalu, Phoenix meursak hegemoni Buksi. Tentunya, musim ini Buksi tak akan diam saja.
Terlepas dari persaingan tiga sekolah tersebut, satu hal yang sejatinya saya nantikan adalah hiburan yang akan disajikan oleh DBL Indonesia. Sejak memulai perjalanan di 2004, DBL Indonesia selalu akrab dengan perpaduan hiburan dan pertandingan basket, atau yang dikenal sekarang sebagai Sportainment, perpaduan Sports dan Entertainment. Baik saat menangani liga SMA, hingga sempat menangani liga profesional selama lima tahun (2010-2015), DBL Indonesia selalu berhasil memberikan hiburan yang menarik. Perlu diingat, selama 19 tahun ini, belum ada fasilitas seperti Indonesia Arena. Saya sangat tidak sabar menantikan apa yang akan disuguhkan oleh DBL Indonesia di partai puncak tersebut.
(Baca juga: Tiket Final DBL Jakarta di Indonesia Arena, Last Call dan Stok Semakin Tipis!)
Jakarta, basket, dan kini Indonesia Arena menjadi tempat untuk mengukuhkan semuanya. Indonesia Arena adalah representasi yang tepat untuk Jakarta sebagai kota dengan kultur basket terbesar di Indonesia. Sudah selayaknya pula, semua insan basket Jakarta merayakan Indonesia Arena dengan pertandingan Final Honda DBL with Kopi Good Day 2023 DKI Jakarta Series. Jumat, 17 November 2023, penguasa basket SMA di Jakarta akan ditentetukan di sini. Sekitar 12 ribu orang akan menjadi saksi pengukuhan tersebut. Jumlah orang yang sama juga akan menjadi 12 ribu orang yang akan kembali menikmati basket di Indonesia Arena. Sampai jumpa di Indonesia Arena! (DRMK)
Foto: Ariya Kurniawan