Penambahan kuota pemain asing menjadi salah satu perubahan yang terjadi pada Indonesian Basketball League (IBL) 2024. Pada IBL 2024 nanti setiap tim diperbolehkan memakai tiga pemain asing. Rinciannya dua di lapangan dan satu di bangku cadangan.
Dirut IBL Junas Miradiarsyah menjelaskan untuk aturan pemain asing ini menggunakan batas tinggi badan. Dari tiga pemain tersebut, dua pemain harus memiliki tinggi di bawah dua meter. Sedangkan satu pemain lagi tidak ada aturan tinggi badan.
Selain itu, pada IBL 2024 tidak ada lagi aturan menit bermain untuk pemain asing. IBL akan membebaskan tim mengatur waktu bermain sesuai dengan kebutuhan. Sebelumnya IBL memiliki aturan pemain asing wajib dimainkan tiga kuarter setiap gim dan minimal bermain tiga menit tiap kuarter.
“Batas akhir pergantian pemain asing adalah tiga pertandingan terakhir musim reguler. Saat playoff, klub tidak boleh melakukan pergantian pemain asing,” kata Junas kepada para pewarta pada Senin (9/10) di kawasan Jakarta Pusat itu.
Selain itu, pemain asing yang sudah diganti klub, tidak bisa dipilih lagi oleh klub asal dan klub IBL lainnya pada musim yang sama.
Untuk status pemain naturalisasi atau keturunan akan dianggap sebagai pemain lokal. Jadi, jika klub mengambil pemain naturalisasi atau keturunan, mereka tidak akan kehilangan jatah pemain asing.
Tetapi klub tidak diizinkan melakukan naturalisasi pemain. Hanya PP Perbasi yang berhak melakukan proses naturalisasi. Pemain naturalisasi yang diperbolehkan bermain hanya yang sudah diakui oleh PP Perbasi.
Saat ini Indonesia Indonesia memiliki 10 pemain putra naturalisasi dan keturunan. Mereka adalah Ebrahim Enguio Lopez, Anthony Hargrove Jr, Anthony Wayne Cates Jr, Jamarr Andre Johnson, Brandon Jawato, Lester Prosper, Dame Diagne, Serigne Modou Kane, Marques Bolden, dan Anthony Beane Jr.
Dari daftar itu, Jawato sebagai salah satu pemain keturunan. Ayah Jawato berasal dari Bali dan ibunya dari Amerika Serikat. Jawato resmi menjadi WNI pada 2020.
“FIBA sudah menyatakan saya sebagai pemain lokal. Jadi, wajar jika IBL menganggap saya sebagai pemain lokal juga. Saya bangga menjadi orang Indonesia dan menghabiskan separuh hidup saya di Bali dan Jakarta. Saya hanya ingin bisa tinggal di Indonesia untuk bermain,” kata Jawato melalui media sosialnya.
“Jika IBL tidak memperbolehkan saya bermain sebagai pemain lokal, FIBA berpotensi mencabut hak istimewa saya bermain di timnas Indonesia sebagai pemain lokal. Ini akan menghancurkan saya,” imbuhnya. (rag)