Setelah gebyar perayaan peresmian Indonesia Arena, timnas Indonesia terbang ke Suriah untuk bertanding Pra Kualifikasi Olimpiade 2024. Sampai dengan artikel ini ditulis, Indonesia telah bermain empat kali dengan menang satu kali dan menerima kekalahan 3 kali. Setiap Indonesia berlaga di ajang internasional, isu tentang pentingnya tinggi badan akan selalu dibahas.

Baca juga: Bahrain Terlalu Tangguh untuk Indonesia

Menariknya, tim yang belum terkalahkan di group A, Bahrain, menjadi satu-satunya tim yang hanya memiliki satu pemain bertinggi lebih dari dua meter. Hebatnya, saat melawan Suriah yang memiliki enam pemain dengan tinggi lebih dari dua meter, Bahrain dapat meraih kemenangan dengan margin 31 poin. Jika dibedah lebih detail dengan playtypes, Bahrain mengandalkan empat playtypes dalam meraih kemenangan, yaitu catch and shoots (CnS), transitions, cuts, dan PnR ball handler.

Empat playtypes tersebut memiliki persentase penguasaan lebih dari 10% dengan efisiensi yang impresif lebih dari satu angka dari setiap penguasaan. Yang menjadi catatan penting, pemain tertinggi Bahrain, Devon Dwayne Chism, bukan menjadi kontributor utama dalam kemenangan Bahrain. Justru pemain terpendek dengan tinggi 177 cm, Mustafa Husain Ahmad Rashed, yang memiliki produktivitas angka tertinggi. Melihat Rashed menghancurkan pertahanan Suriah mengingatkan penulis pemain tidak dikembangkan melalui tinggi badan, melainkan berdasarkan karateristik modern.

Dalam situasi set play, Rashed memainkan PnR ball handler dengan efisiensi 1.3 angka per penguasaan. Adjustment yang dilakukan Rashed dalam melakukan eksekusi PnR ball handler layak mendapatkan apresiasi. Pada babak ke-3 menit 09:23, Rashed melakukan PnR dengan Chism, melihat dua big man melakukan drop, Rashed lebih memilih pull up di area tiga angka. Hal tersebut tidak dilakukan sekali, melainkan dilakukan kembali di menit 06:29. Jika pemain tidak dikembangkan dengan karateristik OBH, tidak mungkin dapat melakukan hal tersebut.

Selain itu, Rashed juga dilengkapi senjata CnS dengan efisiensi 1.8 angka dari setiap penguasaan. Jika dilihat dari playtyes tersebut, Rashed juga telah dikembangkan dari OBH menjadi SBH.

Saat melawan Indonesia, permainan PnR ball handler menjadi tumpuan untuk meraih kemenangan didukung dengan efisiensi lebih dari satu angka per penguasaan. Jika Bahrain menang tinggi badan, maka post ups akan menjadi playtypes dengan penguasaan tertinggi. Namun, dapat dilihat bahwa Bahrain memainkan post ups hanya sebesar dua persen.

Pemain tertinggi Bahrain, Devon Dwayne Chism, memang menjadi kontributor utama dengan meraih 20 angka. Namun, playtypes yang dilakukan bukan berasal dari post ups, melainkan dari cuts dengan delapan angka dari empat penguasaan. Ingat, cuts merupakan playtypes yang wajib dimiliki oleh pemain dengan karateristik 3P-R, sedangkan Chism memiliki karateristik paint protector. Disini sangat terlihat bahwa pengembangan permainan Chism tidak dibatasi oleh tinggi badan.

Menyenangkan sekali melihat cara Bahrain bermain dengan mengembangkan pemain tidak berdasarkan tinggi badan. Lantas apakah Indonesia sudah merdeka dari pengembangan pemain berdasarkan tinggi badan? Jawablah berdasarkan hati nurani kalian berdasarkan yang telah dilakukan selama ini. (*)

Foto: FIBA

Populer

Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Tembakan Lebih Efisien, Nuggets Benamkan Lakers
Wemby Kembali, Spurs Menggilas Warriors
Takluk 41 Poin! Thailand Menambah Derita Indonesia
James Harden Tampil Impresif Meski Dicemooh Pendukung Sixers Sepanjang Laga
Trae Young Pilih Jordan Brand
Heat Berlindung Di Balik Performa Impresif Jimmy Butler Saat Kalahkan Mavericks
50 Poin LaMelo Ball Tidak Berarti Dihadapan Bucks
James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
Kelemahan Kings Makin Jelas Saat Takluk dari Clippers