Salah satu hal yang paling ditunggu pada laga antara CLS Knights Indonesia melawan Hong Kong Eastern Basketball Team adalah penampilan Christian Standhardinger. Pemain bernomor punggung 34 ini adalah center andalan Eastern yang juga pemain nasional Filipina. Dalam SEA Games 2017 lalu, Standhardinger adalah salah satu pemain yang paling menyusahkan tim nasional Indonesia.
Di kuarter pertama, Standhardinger tidak menonjol. Bermain selama 7 menit 49 detik, ia hanya mencetak dua poin dengan akurasi 20 persen. Dengan menit bermain yang sama, di kuarter kedua performa Standhardinger tidak lebih baik. Ia kembali hanya mencetak dua poin, total, hanya empat rebound.
Penampilan Standhardinger memburuk di kuarter ketiga. Dari tiga tembakan yang ia lepaskan, tak satu pun yang menghasilkan angka.
Sepanjang pertandingan, posisi Standhardinger memang terlihat sulit. Ia selalu berhadapan dengan center CLS Knights Brian Williams. Brian mengantungi enam kali blok sepanjang pertandingan. Salah satunya ia lakukan kepada Standhardinger.
"Tentang Standhardinger, (bagaimanapun) dia akan dapat momentumnya. Setidaknya, kami harus membuat dia tidak nyaman saat mendapatkan angka," komentar Koko Heru Nugroho, kepala pelatih CLS Knights seusai laga.
Benar saja, di kuarter empat, Standhardinger mendapatkan sentuhannya. Ia memasukkan 5 dari 7 tembakannya. Tiga poin lainnya ia dapatkan dari tembakan gratis di detik-detik akhir laga. Tiga tembakan gratis ini pula yang menyelamatkan Eastern. Eastern memperpanjang nafas dengan menggiring laga ke babak perpanjangan waktu (over time). Hingga akhir laga, Standhardinger mencetak total 19 poin, 7 rebound, 3 asis, 2 steal dan 1 blok. Eastern kemudian berhasil keluar sebagai pemenang dengan kedudukan 87-78.
Mengenai performanya yang baru menanjak di kuarter terakhir, Standhardinger punya alasan tersendiri.
Bagaimana kamu melihat pertandingan melawan CLS Knights tadi?
“Saya tidak ingin ini dianggap sebagai alasan, tapi saya harus mengatakan bahwa udara Indonesia malam ini lembap sekali. Di tiga kuarter pertama, saya tidak bisa bermain lepas. Kondisi lembap ini membuat permainan terasa sangat berbahaya. Saya rasa ini pun tidak hanya terjadi pada saya, tetapi juga lawan kami. Lapangan licin.”
Dua pertandingan pertama Eastern cukup sulit. Bagaimana kamu melihat timmu?
“Kami punya tim yang bagus. Sejujurnya saya tidak terlalu menghitung pertandingan (melawan CLS Knights) ini. Karena seperti yang saya katakan tadi, saya tidak bisa bermain lepas. Pada kuarter keempat, saya baru bisa merasakan bahwa kelembapan mulai berkurang. Saat itulah saya bisa bermain eksplosif. Kembali ke pertanyaan tadi, ini adalah dua pertandingan yang berat. Semoga kami bisa lebih baik terus.”
Kamu di-draft di urutan pertama pada PBA Draft lalu, bagaimana kamu melihat ABL terkait dengan kesiapanmu berlaga di PBA?
“Liga ini bagus. Saya salut sekali kepada liga ini. Tim-timnya bagus. Sistemnya bagus. Seolah seperti kompetisi antartim nasional, tapi bukan tim nasional. Saya suka sistem ini.”
Apakah ketatnya ABL akan membantumu mendapat tempat di tim nasional?
“Sejujurnya, saya sudah menunjukkan kepada tim nasional apa yang saya punya. Saya sudah main beberapa tahun di berbagai liga di Eropa. Saya yakin Coach Chot (Reyes, kepala pelatih tim nasional Filipina) tahu apa yang akan ia dapatkan ketika ia mengambil saya. Hanya masalah mereka mau pakai saya atau tidak. Saya ingin bermain dengan Gilas (tim nasional Filipina). Saya akan bermain untuk Gilas kapanpun mereka membutuhkan saya. Kalau Gilas mau memakai saya, tidak akan ada tim lain yang akan saya pilih. Kalau tim nasional menginginkan saya, maka saya akan main. Kalau tim nasional tidak akan memakai saya lagi, tidak apa-apa, saya akan tetap mendukung teman-teman saya yang ada di tim nasional Filipina.” (*)
Foto: Mei Linda, ASEAN Basketball League.