Pembagian lima posisi dalam permainan basket masih digunakan oleh hampir semua pengajar dan pelatih basket di Indonesia dalam upaya pengembangan para atlet basket. Pembagian peran secara konvensional tersebut terkesan sudah ketinggalan zaman bila ditinjau dari perkembangan strategi basket modern yang semakin dinamis. Hal tersebut mungkin merupakan salah satu faktor yang menjadi hambatan perkembangan para atlet basket Indonesia untuk berkompetisi di tingkat internasional yang lebih tinggi.

Pembagian Peran Secara Konvensional

Pada awal mulanya, pembagian peran pada permainan basket dibagi menjadi tiga berdasarkan lokasi di lapangan, yaitu dua orang guard yang berada di area luar, dua orang forward yang berada di area perimeter sekitar baseline, dan satu orang center yang berada di area kunci. Kemudian masing - masing posisi guard dan forward diklasifikasikan lebih spesifik sesuai perannya, sehingga pembagiannya menjadi lima, yaitu point guard (PG atau 1), shooting guard (SG atau 2), small forward (SF atau 3), power forward (PF atau 4), dan center (C atau 5).

 

Point Guard

Point guard (PG) atau posisi satu, merupakan pembawa bola utama yang menjadi titik awal (point) serangan dan berperan sebagai pengatur serangan dan pertahanan perimeter. Pada umumnya pemain PG memiliki keterampilan kontrol bola dan operan yang terbaik di tim.

Berikut ini merupakan anggapan–anggapan lama yang kurang tepat mengenai PG:

Koreksi

Seharusnya tidak ada ketentuan kriteria tinggi badan tertentu untuk menjadi point guard dan tidak ada masalah bila terdapat atlet bertinggi badan 2 meter sekalipun yang berpotensi untuk menjadi PG.

Koreksi

Pemain yang berperan untuk menciptakan peluang kepada rekannya disebut fasilitator dan di dalam satu tim bisa terdapat lebih dari satu fasilitator.

Koreksi

Seharusnya semua pemain di dalam tim yang sedang bertanding harus memahami garis besar pola serangan dan pola pertahanan yang diterapkan oleh tim.

 

Shooting Guard

Shooting guard (SG) atau posisi dua, merupakan penembak jarak jauh utama dan pada umumnya memiliki kemampuan tembakan tiga angka yang terbaik di tim. Pengembangan atlet untuk menjadi SG sebenarnya cukup spesifik, namun bila kita melihat kelompok atlet yang disebut sebagai SG, misalnya Michael Jordan, Allen Iverson, James Harden, dan Klay Thompson, maka dari keempat pemain tersebut sebenarnya memiliki karakteristik mekanik yang berbeda dan dapat membingungkan para atlet muda prospek SG yang mengidolakan dan mencontoh atlet - atlet NBA.

Berikut ini merupakan anggapan – anggapan lama yang kurang tepat mengenai SG:

Koreksi

Peran utama SG adalah sebagai penembak utama dan sebagai pemain bertahanan yang mengunci penembak utama lawan, di mana kedua hal tersebut sama pentingnya.

Koreksi

Memiliki persentase keberhasilan yang sangat tinggi di beberapa titik tembakan tertentu akan lebih baik daripada memiliki persentase keberhasilan yang tidak terlalu tinggi di banyak titik tembakan.

 

Small Forward

Small forward (SF) atau posisi tiga, merupakan pemain serba bisa yang dapat mendukung serangan dan pertahanan di area perimeter dan area kunci, serta dapat membantu untuk melakukan rebound. Masalah yang berhubungan dengan pengembangan atlet adalah tidak adanya kriteria spesifik untuk membentuk SF, sehingga atlet muda yang mengidolakan dan mencontoh Lebron James, Kevin Durant, dan Carmelo Anthony dapat tidak terarah pengembangannya.

 

Power Forward

Power forward (PF) atau posisi empat, merupakan pemain besar serba bisa dengan jangkauan area serangan dan pertahanan yang lebih luas dan mobiltas yang lebih tinggi dari C. Selain itu PF memiliki peran dan kemampuan yang mirip seperti C dalam upaya menyerang dan melindungi area kunci, serta mendukung melakukan rebound. Sama halnya seperti SF, tidak ada kriteria yang spesifik untuk mengembangkan PF.

 

Center

Center (C) atau posisi lima, merupakan pemain besar yang berperan utama sebagai penjaga area dalam dan rebounder, dengan ruang pergerakan di sekitar area kunci dan area perimeter dekat garis basis. Pemain C pada umumnya memiliki persentase keberhasilan tembakan yang tinggi di sekitar area kunci.

Berikut ini merupakan anggapan – anggapan lama yang kurang tepat mengenai C:

Koreksi

Semua atlet anak-anak dikembangkan dengan keterampilan umum tanpa memandang ukuran tinggi badan.

Koreksi

Pemain C perlu latihan menembak dari luar, setidaknya memiliki satu titik tembakan tiga angka dengan persentase keberhasilan yang tinggi, biasanya di area atas atau salah satu sayap.

 

Selain dari lima posisi tersebut, terdapat beberapa istilah peran tambahan yang muncul dari perkembangan strategi basket modern, antara lain combo guard, swingman, point forward, cornerman, dan stretch four. Dengan munculnya istilah–istilah tambahan tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya penetapan posisi dan peran secara konvensional sudah semakin berkurang maknanya di era basket modern ini.

Ilustrasi

Sebuah tim basket A dengan komposisi pemain yang dikembangkan secara konvensional dan terbiasa bermain dengan sistem zone menghadapi tim basket B yang menggunakan dribble drive motion dengan pola 4-1 untuk menyerang dan menggunakan diamond and one junk untuk bertahan. Masalah yang timbul ketika menghadapi lawan tersebut antara lain:

 

Ilustrasi di atas merupakan contoh yang diambil dari kasus nyata sebagai akibat dari pengembangan atlet berdasarkan pendekatan penetapan posisi secara konvensional yang terkesan kurang adaptif terhadap perkembangan strategi modern.

 

Pembagian Peran Berdasarkan Karasteristik Mekanik dan Statistik di Era Basket Modern

Pembagian peran pada era basket modern dibagi menjadi 4 sebagai dasar pengembangan atlet berdasarkan pendekatan mekanik dan statistik pada atlet – atlet NBA, yaitu ball handler, shooter, scoring rebounder, dan paint protector.

 

            Ball handler (BH) merupakan pemain yang dikembangkan lebih dominan dalam hal keterampilan dan kemampuan fisik untuk mengontrol bola dengan berbagai variasi mekanik pergerakan dengan bola, termasuk operan dan eksekusi saat mengolah bola, serta lebih dominan dalam hal keterampilan dan kemampuan fisik untuk gerakan bertahan dalam upaya mengantisipasi BH. Walau BH terkesan mirip dengan PG, namun sebenarnya memiliki peran yang berbeda, dimana PG selalu diidentikan sebagai playmaker dan hanya terdapat satu pemain yang ditunjuk sebagai PG dalam permainan, sedangkan BH tidak selalu berperan sebagai playmaker dan dalam satu tim di lapangan bisa terdapat dua BH.

            1.1. Offensive Ball Handler (OBH)

            OBH merupakan golongan BH dengan karakteristik statistik dan mekanik yang dominan dalam hal eksekusi jarak dekat dan jarak menengah. Contoh atlet NBA yang konsisten pada golongan ini adalah Tony Parker.

1.2. Shooting Ball Handler (SBH)

            SBH merupakan golongan BH dengan karakteristik statistik dan mekanik yang dominan dalam hal tembakan jarak jauh. Contoh atlet NBA golongan ini adalah Stephen Curry (2009–2014) dan James Harden (2010–2017).

            1.3. Defensive Ball Handler (DBH)

            DBH merupakan golongan BH dengan karakteristik statistik dan mekanik yang dominan dalam hal pertahanan perimeter dan efisiensi pertahanan, serta berperan utama menjadi fasilitator. Contoh atlet NBA yang konsisten pada golongan ini adalah Rajon Rondo.

            1.4. 3D Ball Handler (3DBH)

            3DBH merupakan golongan BH dengan karakteristik statistik dan mekanik yang dominan dalam hal pertahanan perimeter, efisiensi pertahanan, dan tembakan jarak jauh, dengan karakteristik pergerakan tanpa bola dan lokasi titik tembakan yang mirip seperti 3D. Golongan ini dapat dikembangkan dari DBH seperti Kyle Lowry (2015–2017), dapat dikembangkan dari SBH seperti Stephen Curry (2014–2017), dan dapat dikembangkan secara dini seperti Manu Ginobili dan Mike Conley. Terdapat beberapa atlet NBA yang sebenarnya memenuhi kriteria 3DBH berdasarkan analisa mekanik, kemampuan fisik, dan keterampilan, namun kurang didukung statistik oleh karena sistem yang dijalankan tim, misalnya Chris Paul dan Eric Bledsoe.

            3DBH memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk tim juara, dimana sebagian besar tim NBA yang menjadi juara dalam 10 tahun terakhir setidaknya memiliki seorang pemain berkarakteristik 3DBH, misalnya Spurs dengan Manu Ginobili dan George Hill, Lakers dengan Derek Fisher, Heat dengan Mario Chalmers, Mavericks dengan Jason Kidd, serta Warriors dengan Stephen Curry. Perhatikan bahwa tim yang berhasil mengembangkan pemain 3DBH dari dasar dan mempertahankan pemain tersebut, berhasil menjadi juara NBA lebih dari satu kali dalam satu dekade.

*Catatan: Stephen Curry dikembangkan dari SBH menjadi 3DBH sejak kedatangan Steve Kerr di Warriors. Sejak tahun 2014 efisiensi pertahanan Curry semakin meningkat dan berdasarkan statistik Def WS (Defensive Win Shares) yang disediakan NBA menunjukkan bahwa Curry berada di posisi kedua pada musim kompetisi 2014 - 2015, dan berada di posisi pertama pada sepanjang kompetisi 2015 – 2017. Perkembangan Curry sebagai 3DBH mengantarkan Warriors ke final NBA selama tiga tahun berturut – turut.

 

            Shooter / spesialis penembak jarak jauh merupakan pemain yang dikembangkan lebih dominan dalam hal keterampilan dan kemampuan fisik untuk melakukan tembakan jarak jauh dan pergerakan tanpa bola untuk menciptakan kesempatan menembak di lokasi–lokasi tertentu. Pengembangan pemain untuk menjadi spesialis penembak jarak jauh tidak memandang ukuran tubuh.

            2.1. 3 - Perimeter Defender (3-D)

3-D merupakan golongan penembak jarak jauh dengan karakteristik statistik dan mekanik yang dominan dalam hal pertahanan perimeter dan efisiensi pertahanan, serta memiliki persentase keberhasilan tembakan tiga angka yang tinggi, setidaknya di salah satu area corner. Contoh atlet NBA yang konsisten pada golongan ini adalah Klay Thompson dan Danny Green.

Catatan: Pada dasarnya pemain 3-D harus memiliki mobilitas yang tinggi dan memiliki kemampuan pergerakan tanpa bola yang sangat baik dalam upaya mendapatkan kesempatan menembak di lokasi–lokasi tertentu, serta memiliki kemampuan mekanik “tangkap dan tembak” yang terbaik di timnya. Pemain 3-D harus melatih tembakan secara disiplin, setidaknya di dua lokasi titik tembak yang berseberangan, misalnya: LC-RW, RC-LW, atau LC-RC, serta harus melatih pergerakan tanpa bola untuk mencapai titik – titik tembakan yang spesifik tersebut.

3-D memiiki peran yang sangat vital untuk membentuk tim juara, dimana semua tim NBA yang berhasil menjadi juara dalam 10 tahun terakhir setidaknya memiliki satu pemain 3-D, misalnya Spurs dengan Bruce Bowen dan Danny Green, Lakers dengan Ron Artest dan Trevor Ariza, Heat dengan Shane Battier dan Ray Allen, Cavaliers dengan J.R. Smith, Iman Shumpert, dan Richard Jefferson, Mavericks dengan Corey Brewer dan Caron Butler, Warriors dengan Klay Thompson dan Harrison Barnes.

Pengembangan pemain melalui pendekatan 3-D telah menunjukkan dampak yang sangat besar pada perkembangan atlet – atlet NBA, dimana atlet – atlet dengan nilai prospek perekrutan yang rendah menjadi bernilai sangat tinggi ketika telah terbentuk menjadi 3-D. Misalnya : Danny Green, Wesley Matthews, DeMarre Carroll, dan Jae Crowder. Bahkan atlet dengan nilai prospek perekrutan rendah seperti Kawhi Leonard dan Jimmy Butler berhasil dikembangkan menjadi atlet superstar yang versatile melalui jalur pengembangan 3-D.

2.2. 3 - Rebounder (3-R)

3-R merupakan golongan penembak jarak jauh dengan karakteristik statistik dan mekanik yang lebih dominan dalam hal defensive rebound (DR) dan kurang dominan dalam hal pertahanan perimeter maupun pertahanan area dalam, serta memiliki persentase keberhasilan tembakan tiga angka yang tinggi, setidaknya di salah satu area corner dan salah satu area wing atau top. Contoh atlet NBA yang konsisten pada golongan ini adalah Tobias Harris, Ryan Anderson, Mirza Teletovic, dan Channing Frye.

 

            SR merupakan pemain yang dikembangkan lebih dominan dalam hal keterampilan dan kemampuan fisik untuk melakukan rebound dan melakukan tembakan dari area perimeter dengan persentase keberhasilan yang tinggi. Contoh atlet NBA yang konsisten pada golongan ini adalah Dirk Nowitzki dan LaMarcus Aldridge. Pada era basket modern, golongan rebounder konvensional (hanya fokus mengembangkan kemampuan rebound dan tembakan jarak dekat) telah berkurang maknanya, sehingga para atlet yang telah terbentuk dengan dasar sebagai rebounder sebaiknya dikembangkan lebih lanjut menjadi 3-R atau SR.

 

            Paint protector merupakan pemain yang dikembangkan lebih dominan dalam hal keterampilan dan kemampuan fisik untuk melakukan pertahanan di area key dengan efisiensi pertahanan dan rebound yang di atas rata – rata berdasarkan statistik. Bila hanya mengacu pada karakteristik yang demikian, maka posisi C pada pembagian konvensional dapat disebut sebagai PP, namun peran C secara umum yang tidak memenuhi kriteria PP yang lebih spesifik (SPP dan 3-PP), tidak memiliki nilai yang tinggi pada strategi basket modern.

            4.1. Scoring Paint Protector (SPP)

SPP merupakan golongan PP dengan karakteristik statistik dan mekanik yang dominan dalam hal tembakan di area perimeter dan area key. Contoh klasik atlet yang konsisten pada golongan ini adalah Tim Duncan dan Kevin Garnet.

            4.1.1. 3 – Paint Protector (3-PP)

3-PP merupakan golongan SPP dengan karakteristik statistik dan mekanik yang lebih dominan dalam hal tembakan tiga angka dari rata – rata atlet golongan SPP dengan lokasi area tembakan yang sama seperti 3-R. 3-PP merupakan golongan yang masih baru, sehingga belum cukup banyak atlet – atlet NBA yang dapat dikategorikan pada golongan ini. Contoh atlet NBA yang dikembangkan pada golongan ini adalah Chris Bosh (2012 – 2016), Serge Ibaka (2014 – 2018), Al Horford (2015 – 2018), DeMarcus Cousins (2015 – 2018), Anthony Davis (2015 – 2018), dan Kriztaps Porzingis (2015 - 2018).

Catatan: Pemain besar spesialis penembak 3 angka seperti Kevin Love, Matt Bonner, dan Kelly Olynyk tidak termasuk dalam kategori 3-PP karena tidak memenuhi kriteria efisiensi pertahanan.

 

4.2. 3D – Paint Protector (3D-PP)

3D-PP merupakan golongan PP dengan karakteristik statistik dan mekanik yang lebih dominan dalam hal efisiensi pertahanan, baik pertahanan perimeter maupun pertahanan area dalam, serta memiliki peluang keberhasilan tembakan tiga angka yang lebih tinggi dari rata – rata atlet golongan PP. Golongan ini sebenarnya belum dapat disebut kelompok, karena baru terdapat satu atlet NBA yang memenuhi kriteria ini, yaitu Draymond Green (2014 – 2018). Contoh atlet NBA lainnya yang berprospek untuk memenuhi kriteria ini berdasarkan pendekatan kemampuan fisik dan mekanik adalah Anthony Davis.

 

NS merupakan golongan tambahan yang telah memenuhi karakteristik statistik dan mekanik pada masing – masing golongan di atas, dengan tambahan satu atau dua kategori yang di atas rata – rata masing – masing golongannya tersebut. Contoh atlet NBA kategori ini pada era modern ini adalah Lebron James dan Russell Westbrook sebagai NS-BH; Kevin Durant dan Kawhi Leonard sebagai NS-Shooter; Kevin Love dan Blake Griffin sebagai NS-Scoring Rebounder, serta Draymond Green sebagai NS-PP (selain kesepakatan sebelumnya yang menggolongkan Draymond Green sebagai 3D-PP).

 

Bagaimana Komposisi yang Direkomendasikan untuk Tim Nasional Basket Indonesia agar Dapat Bersaing di Kancah Kompetisi Internasional?

Bila meninjau komposisi tim nasional basket putra Indonesia yang berkompetisi pada SEABA 2017 dan Sea Games 2017, maka didapatkan para atlet dengan karakteristik berikut ini berdasarkan analisa mekanik:

*Catatan: Tambahan kata prospek diberikan kepada atlet berusia kurang dari 30 tahun yang masih berpeluang besar untuk mengembangkan diri.

            Sementara untuk membentuk tim juara, minimal terdapat satu pemain 3DBH, satu pemain OBH/SBH, tiga pemain 3-D, satu pemain 3R/3-PP, dua pemain SPP, dan sisanya disesuaikan dengan kebutuhan strategi permainan tim. Dengan tolok ukur yang demikian, maka terlihat jelas bahwa komposisi tim nasional basket Indonesia masih belum memenuhi syarat untuk menjadi tim juara.

           

Kesimpulan

Pengembangan atlet basket berdasarkan pendekatan penetapan posisi secara konvensional sudah tidak sesuai dengan perkembangan strategi basket modern karena tidak adanya kriteria yang spesifik pada masing – masing penetapan posisi. Penggolongan atlet berdasarkan pendekatan mekanik dan statistik yang direkomendasikan pada artikel ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelatih dan atlet dalam upaya pengembangan kemampuan fisik dan keterampilan para atlet basket agar menjadi lebih terarah dan dapat mendukung tim nasional basket Indonesia untuk berprestasi di kancah internasional.(*)

Foto-foto: CBS, NBA, Mainbasket.

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Hasil Rapat Sixers Bocor, Paul George & Joel Embiid Kecewa
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht