Setelah melalui proses menunggu yang panjang, pemilihan tempat penyelenggaraan Piala Dunia 2023 semakin mendekati puncaknya. Kandidat yang tersisa kini hanya dua kelompok. Salah satu negara di dalam kelompok itu adalah Indonesia, yang bekerja sama dengan Jepang dan Filipina. Ketiga negara itu akan bersaing dengan kelompok Argentina-Uruguay setelah Rusia memutuskan mundur. Dua kandidat ini kemudian diminta mempresentasikan kesiapan mereka di Jenewa, Swiss, pada 9 Desember 2017 mendatang.
Menurut Sekretaris Jenderal FIBA, Patrick Baumann, penyelenggaraan di multinegara itu menjadi lumrah setelah melihat gelaran sebelumnya. Ia melihat beberapa negara nyatanya sukses menggelar turnamen besar seperti FIBA Eurobasket 2017, FIBA Afrobasket 2017, dan Americup 2017. Ia merasa yakin formula yang sama akan sukses di Piala Dunia.
“Semua negara calon tuan rumah memiliki sumber daya bola basket luar biasa,” ujar Baumann seperti dikutip situs resmi Indonesian Basketball League.
Dalam presentasi nanti, Indonesia-Jepang-Filipina dikabarkan memiliki hak presentasi lebih dulu. Argentina-Uruguay menyusul kemudian. Barulah setelah itu pengumuman tuan rumah dilakukan, juga di hari yang sama.
FIBA sendiri sudah dua kali mengunjungi Indonesia untuk melakukan survey tempat penyelenggaraan pada Juli dan Oktober 2017. Upaya itu dilakukan untuk menyeleksi kesiapan para kandidat tuan rumah. Rencananya Indonesia akan menggunakan Istora Senayan sebagai tempat penyelenggaraan gelaran bola basket empat tahunan itu. Kini Istora Senayan sendiri sedang dalam proses renovasi besar-besaran. Maka, setidaknya mereka akan siap secara fasilitas karena penyelenggaraan Asian Games 2018 dihelat di Indonesia.
Keberanian Indonesia mendaftar sebagai calon penyelenggara itu pun mendapat pujian dari bendahara FIBA, Ingo Weiss. Menurutnya, Asia berpotensi menjadi pusat bola basket dunia. Karena nantinya akan banyak orang datang ke sana. Apalagi sebelumnya Asia juga pernah menjadi tuan rumah. Setidaknya ada tiga negara Asia menjadi penyelenggara Piala Dunia, yakni Filipina (1978), Jepang (2006), dan Cina yang baru saja mendapat hak untuk Piala Dunia 2019.
“Ketika kami menyelenggarakan Piala Dunia basket, maka akan memberikan dampak positif pada negara tersebut. Pertama, dari segi ekonomi, kedua turis, dan ketiga peninggalan sarana olahraga yang dapat digunakan oleh generasi muda," jelas Weiss seperti dikutip laman Kemenpora RI.
Sebelum ini, persaingan calon penyelenggara cukup ketat. Karena selain negara-negara Asia, beberapa negara Eropa juga ikut bergabung. Salah satunya Jerman-Rusia. Turki bahkan kembali mengajukan diri setelah menjadi tuan rumah pada 2010 lalu untuk Piala Dunia 2019. Sayangnya, Piala Dunia 2019 menjadi milik Cina. Israel dan Qatar juga menjadi tempat menjanjikan. Akan tetapi, pada akhirnya pilihan berlabuh pada dua kandidat, Asia (Indonesia-Jepang-Filipina) melawan Amerika Selatan (Argentina-Uruguay).
Ilustrasi: fiba.com