Mungkin ini cerita lama, namun ada baiknya bagi pemain basket mengetahuinya. Bahwa ada sebuah teknologi di dalam sneaker yang pernah dilarang di NBA. Ternyata teknologi tersebut sekarang muncul lagi, namun tidak digunakan untuk sepatu basket. Ada baiknya Anda membaca cerita ini untuk sekadar menambah wawasan.
Kisah ini muncul pada tahun 2010, saat NBA akan memulai musim 2010-2011. Komunitas basket Amerika Serikat gempar dengan munculnya dua bersaudara yang bernama Ryan dan Adam Goldston. Mereka menciptakan sebuah sepatu yang punya efek pegas, mampu mendorong penggunanya melompat lebih tinggi, dan diklaim meningkatkan vertical jump sampai 3,4 inci atau sekitar 9 cm.
Mereka berdua bernaung di bawah perusahan bernama Athletic Propulsion Labs. Model sepatu yang dibuat diberi nama APL Concept 1. Sepatu tersebut berwarna hijau terang dan hitam. Harganya sekitar 300 dolar Amerika, yang laris manis setelah perusahaan tersebut menampilkan iklan sepatunya di majalah SLAM.
NBA resah dengan munculnya sepatu tersebut. Karena pada saat itu, banyak pemain yang ingin memakainya dalam pertandingan. Padahal NBA sangat ketat untuk hal-hal detail seperti itu, termasuk warna sepatu. Apalagi ini terkait teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan yang belum pernah didengar sama sekali. NBA resah karena APL Concept 1 tiba-tiba jadi barang yang paling diburu oleh pemain. Dari mulai basket jalanan hingga pemain profesional.
"Banyak penggila sepatu basket, pemain profesional mengontak kami. Meski mereka sudah dikontrak produk lain, tapi mereka ingin mencoba sepatu kami," kata Goldston bersaudara, dalam wawancara yang diunggah akun Twitter FairGameonFS1.
Dikutip dari SLAM, Goldston bersaudara mendapatkan banyak pesanan dari pemain, agen pemain, hingga keluarga pemain NBA. Setelah keributan yang ditimbulkan, akhirnya NBA turun tangan. Mereka mencoba untuk menyelidiki dan menguji sepatu tersebut secara rahasia. Setelah penyelidikan tersebut, NBA akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa melarang produk tersebut digunakan oleh pemain.
Berikut pernyataan yang dikeluarkan oleh NBA:
"Untuk pertama kalinya dalam 64 tahun sejarahnya, National Basketball Association (NBA) telah melarang lini sepatu baru berdasarkan aturan liga terhadap 'keunggulan kompetitif yang tidak adil' yang meningkatkan lompatan vertikal pemain. Larangan liga atas Athletic Propulsion Labs Concept 1 menegaskan klaim perusahaan bahwa sepatu tersebut, dengan Teknologi Load 'N Launch, bekerja seperti yang diiklankan. Tidak ada pemain profesional yang diizinkan memakai produk ini dalam pertandingan untuk musim NBA 2010-2011 mendatang. Tindakan ini dilakukan pada peringatan 25 tahun pelarangan NBA atas sepatu Nike Air Jordan, meskipun karena alasan penampilannya yang penuh warna daripada keuntungan performa apa pun."
Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2010, APL Concept 1 menjadi sepatu kedua setelah Nike Air Jordan 1 yang mendapatkan larangan dari NBA. Bedanya, setelah dilarang AJ 1 jadi terkenal. Tapi APL Concept 1 ini tenggelam dan tidak pernah terdengar lagi. Namun perusahaan tersebut tetap memproduksi sepatu olahraga, meski tidak mengembangkan lagi tekonologi yang membantu lompatan seorang pemain basket.
Lahirnya APL Concept 1 ini buah dari pemikiran jangka panjang oleh dua bersaudara Ryan dan Adam Goldston, saat mereka masih kuliah di University of Southern California. Keduanya aktif dalam olahraga sepak bola Amerika dan bola basket. Saat mendapatkan tugas kewirausahaan, keduanya berusaha membuat sepatu yang bisa meningkatkan performa seseorang di lapangan. Awalnya, dosen menganggap tidak serius. Tetapi mereka terus mengembangkan teknologi, merancang sepatu prototipe, meski tidak punya pengalaman untuk itu. Namun keduanya berhasil menciptakan sepatu yang mengguncang NBA.
Namun perusahaan tersebut tetap memproduksi sepatu olahraga, meski tidak terjun di bola basket lagi. Hingga pada tahun 2020, mereka kembali dengan dua model baru yaitu Superfuture dan Concept X dengan harga 400 dolar Amerika per pasang. Tahun 2021, mereka mengeluarkan sepatu lari yang bisa meningkatkan performa pemakainya dengan harga 300 dolar Amerika. Mereka mendapatkan ide untuk membuat sepatu lari setelah berkunjung ke Tokyo, Jepang, yang memiliki tradisi jalan kaki dan lari. (*)