Indonesia akan menjadi salah satu tuan rumah FIBA World Cup 2023. Event tersebut dijadwalkan berlangsung pada 25 Agustus-10 September 2023. Ini adalah pertama kalinya piala dunia akan dilakukan di lebih dari satu tuan rumah. Filipina akan menjadi tuan rumah utama. Selain Indonesia, juga ada Jepang yang menjadi tuan rumah.
Sebagai persiapannya pemerintah membangun venue utama yaitu Indonesia Arena. Venue itu terletak di kompleks olahraga Gelora Bung Karno, Jakarta. Venue basket indoor itu direncanakan selesai pada Juni 2023 mendatang dan memiliki kapasitas 16 ribu penonton.
Meski sebagai tuan rumah Indonesia tidak otomatis lolos ke putaran final itu. Timnas Indonesia gagal memenuhi syarat untuk lolos babak kualifikasi dan tidak lolos delapan besar seperti yang disyaratkan FIBA. Artinya Indonesia akan menjadi tuan rumah saja pada FIBA World Cup 2023 mendatang.
Walaupun Indonesia tidak tampil, Menpora Zainudin Amali tetap yakin FIBA World Cup 2023 akan tetap diminati. “Lihat saja Australia lawan Lebanon penuh juga (stadionnya). Jadi, memang ada orang yang ingin nonton apaka itu timnas atau bukan. Kita bisa lihat final FIBA Asia Cup 2022 tetap penuh,” ujarnya saat ditemui pada Minggu, 24 Juli di Istora Senayan.
“Saya percaya bahwa masyarakat akan tergerak untuk memberikan dukungan. Kita tidak hanya urusan prestasi tapi ada hal yang di luar itu sebagaimana di DBON ada industri olahraga. Jadi, keuntungan sebagai tuan rumah tentu akan banyak,” lanjut Amali.
Sementara itu FIBA melalui Sport and Competitions Director Predrag Bogosavljev mengatakan bahwa venue tatap akan dipenuhi penonton dengan adanya para pemain papan atas dunia yang tampil.
Baca juga: FIBA: Tidak Ada Kesempatan Kedua bagi Indonesia
Dalam FIBA World Cup 2023 nanti akan diikuti oleh 32 tim. Tetapi pembagian grup baru akan dilakukan pada Maret 2023 mendatang.
Menteri BUMN sekaligus FIBA Board Member Erick Thohir akan menyerahkan keputusan soal pembagian grup sesuai dengan aturan. “Tidak bisa (pilih-pilih tim). Namanya olahraga itu fairness. Kalau olahraga diisi ini itu berat nanti,” kata Erick.
“Seperti final Australia dan Lebanon. Sekarang tidak banyak penduduk Lebanon di Indonesia dan Australia belum maksimal (timnya) karena Kejuaraan Asia. Tim yang dikirim masih bukan pemain NBA. Artinya potensi penonton akan luar biasa,” ujar pria berusia 52 tahun itu.
“Selain itu FIBA juga akan cari solusi apakah ada turnamen sebelum world cup, dimana bisa jadi road to FIBA World Cup. Tetapi itu biar jadi keputusan FIBA karena mereka dari banyak negara,” imbuhnya. (rag)
Foto: FIBA