FIBA Asia Cup 2022 yang akan berlangsung di Istora GBK Jakarta tanggal 12-24 Juli nanti punya arti unik bagi pecinta basket Indonesia. Ada harapan patok prestasi yang dicapai. Tidak muluk, tetapi tidak pula ringan. Indonesia mengejar posisi lolos ke babak Delapan Besar.
Delapan Besar di FIBA Asia Cup 2022 adalah syarat agar Indonesia bisa lolos ke FIBA World Cup 2023. Hanya Indonesia yang menikmati jalur istimewa ini. Negara-negara Asia lainnya (kecuali Jepang dan Filipina) harus merebut tempat lewat FIBA World Cup 2023 Asian Qualifiers. Indonesia juga ikut lewat jalur itu. Tetapi tersingkir di Putaran Pertama. Kalah enam kali dalam sistem kandang-tandang melawan Arab Saudi, Yordania, dan Lebanon.
Kita sudah tahu bahwa meski berstatus tuan rumah (bersama Jepang dan Filipina), Indonesia tidak otomatis lolos sebagai peserta FIBA World Cup 2023. Indonesia tetap harus mengikuti pertandingan-pertandingan kualifikasi terlebih dulu. Atau, itu tadi, lolos ke Delapan Besar FIBA Asia Cup 2022.
Jika mampu setidaknya masuk Delapan Besar di FIBA Asia Cup 2022, maka Indonesia berhak tampil di FIBA World Cup 2023. Pertanyaannya, bagaimana caranya atau seberapa besar peluang kita masuk ke Delapan Besar FIBA Asia Cup 2022?
Ada empat grup (A-B-C-D) di FIBA Asia Cup 2022. Indonesia tergabung di dalam Grup A bersama Arab Saudi, Yordania, dan Australia. Empat tim ini akan saling bertemu satu kali di babak penyisihan grup. Pemuncak atau peringkat pertama klasemen akhir, berhak lolos ke Delapan Besar.
Peringkat kedua dan ketiga masih punya kesempatan yang sama untuk maju ke Delapan Besar. Ketika klasemen akhir sudah terlihat, maka peringkat kedua Grup A akan tanding lawan peringkat ketiga Grup B, dan peringkat kedua Grup B akan tanding lawan peringkat ketiga Grup A. Pemenangnya maju ke Delapan Besar.
Di Grup A, jika kita asumsikan Australia (Ranking 3 Dunia) menang terus dan lolos sebagai pemuncak klasemen Grup A, maka Indonesia butuh menang lawan Arab Saudi dan Yordania untuk jadi peringkat kedua. Bagaimana jika Indonesia (katakanlah) hanya menang lawan Arab Saudi saja? Indonesia bisa ada di peringkat ketiga dengan catatan Yordania -selain menang lawan Indonesia- juga menang lawan Arab Saudi. Jadi rekor Arab Saudi adalah 0-3.
Satu kali menang di fase penyisihan grup juga masih membuka peluang untuk menjadi peringkat kedua atau ketiga. Ini bila tiga tim saling mengalahkan. Misalnya, Indonesia menang lawan Arab Saudi, Arab Saudi menang lawan Yordania, dan Yordania menang lawan Indonesia (dengan catatan lain, semuanya kalah lawan Australia). Peringkat kedua dan ketiga akan ditentukan berdasarkan selisih poin (memasukkan dikurangi kemasukan) terbaik.
Bila kita berhasil ada di peringkat kedua atau ketiga klasemen akhir Grup A, maka gim akhir penentuan adalah melawan peringkat ketiga atau kedua Grup B. Siapakah kira-kira yang akan maju dari Grup B?
Grup B diisi oleh Cina, Korea, Taiwan, dan Bahrain. Bila ranking FIBA adalah patokan kehebatan sebuah negara, maka Cina (Ranking 29) dan Korea (Ranking 30) akan memperebutkan posisi pertama di Grup B. Salah satunya akan jadi peringkat kedua. Tentu saja probabilitas ini akan membuat Indonesia harus berusaha sekuat tenaga merebut tempat kedua di Grup A. Karena kalau jatuh ke peringkat ketiga, maka lawan terakhir untuk lolos ke Delapan Besar adalah Cina atau Korea.
Mengejar posisi kedua di Grup A akan sangat menentukan siapa lawan kita dari Grup B. Dengan asumsi Cina atau Korea ada di peringkat pertama atau kedua, maka peringkat ketiga akan diperebutkan oleh Taiwan atau Bahrain. Dua negara ini adalah lawan kita yang cukup realistis untuk kita kalahkan (lagi-lagi berpatokan ranking FIBA). Taiwan (Ranking 69) mungkin sedikit lebih menantang. Bahrain (Ranking 106) sepertinya lebih mudah. Indonesia (Ranking 95) mungkin akan bernafas lega setelah mengalahkan Taiwan atau Bahrain.
Jadi, hitung-hitungannya bagaimana?
Berat sih. Tapi sangat mungkin.(*)
Foto: FIBA