Isu rasisme menerpa IBL 2022. Hal tersebut bermula dari tindakan forward DNA Bima Perkasa Jogja, Restu Dwi Purnomo kepada center Bumi Borneo Basketball Pontianak Austin Mofunanya pada pertandingan 23 Maret 2022 lalu.
Gestur Restu usai berduel dengan Austin dinilai rasis. Video tersebut beredar luas di dunia maya. Restu pun mendapat banyak kecaman. Berbagai klub kompak mengunggah tulisan No Room for Racism.
Restu memberikan klarifikasi melalui akun resmi Bima Perkasa. Dia menyatakan tindakan tersebut murni spontanitas dan tidak berniat menghina siapapun. “Itu murni bentuk kekecewaan kepada diri sendiri. Saya minta maaf atas ekspresi tersebut banyak menimbulkan asumsi,” ujarnya.
Aksi Restu tampaknya berdampak panjang. IBL memberikan peringatan keras kepada Bima Perkasa agar kejadian tersebut tidak berulang. Pada saat yang sama, IBL melakukan investigasi lebih lanjut terkait tindakan Restu.
“Gestur muka dapat menimbulkan berbagai persepsi, termasuk rasisme yang dikarenakan reaksi perilaku negatif itu dilakukan setelah aksi melawan seorang pemain asing. Meski begitu, dengan alasan apapun, tindakan reaksi itu secara tegas tidak dapat dibenarkan,” kata Dirut IBL Junas Miradiarsyah.
Ketua Kode Etik PP Perbasi Charles Bronson menambahkan perlu kehati-hatian untuk menilai apakah hal tersebut termasuk tindakan rasisme atau bukan. “Untuk itu perlu didengar pendapat ahli melalui rekaman gambar yang tertangkap kejadian dia lapangan agar tidak terjebak oleh opini,” imbuhnya.
Sementara itu pihak Bima Perkasa menjelaskan bahwa isu tersebut tidak akan mempengaruhi kondisi tim. Termasuk jika nantinya Restu diputuskan bersalah dan mendapat sanksi. Bima Perkasa menyisakan dua pertandingan lagi yaitu melawan Indonesia Patriots (28/3) dan West Bandits Combiphar Solo (29/3).
“Kami di disini bermain profesional. Untuk ke depan seperti apa, kami harus move on dan tetap bermain dengan baik. Sehingga menjadi contoh pemain junior bahwa profesionalisme harus dijaga,” kata asisten pelatih Bima Perkasa Gogor Gubah Nugroho.
Bima Perkasa sendiri menegaskan bahwa mereka menolak segala bentuk rasisme. Di sisi lain mereka mengatakan bahwa Restu tidak memiliki niat buruk dan hal itu merupakan salah satu ekspresi saat permainan.
“Kami berada di sudut yang sama melihat rasisme. Kami juga melakukan investigasi di internal dan sudah datang ke Bumi Borneo untuk minta maaf. Kami menunggu hasil keputusan IBL. Restu sudah bermain 10 tahun bersama pemain asing dan selama ini tidak ada kejadian apa-apa,” lanjut Gogor. (rag)
Foto : Ariya Kurniawan