Abraham Damar Grahita menunjukkan salah satu performa terbaiknya di laga internasional semalam, Senin dini hari, 28 Februari 2022. Tampil selama 38 menit, Abraham mencetak 24 poin dan 4 asis. Abraham juga tampil sangat efektif dengan akurasi tembakan mencapai 56 persen (10/18).
Ini jadi kali pertama pemain yang akrab disapa Bram ini mencetak 20+ poin di empat gim FIBA World Cup 2023 Asian Qualifiers ini. Sebelumnya, Bram tersendat di belasan poin dengan akurasi yang cukup sulit dilihat. Bram hanya memasukkan 11/39 tembakan dalam tiga gim atau setara dengan 28 persen.
Meski baru "panas" lagi di gim keempat, Bram sebenarnya terus tampil apik di dua gelaran internasional terakhir yang diikuti oleh Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Dalam 10 gim total (termasuk FIBA Asia Cup 2021 Qualifiers), Bram menorehkan rataan 15,9 poin per gim.
Di gelaran sebelumnya pula, dalam gim melawan Korea, Bram berhasil mencetak 25 poin. Sepanjang keikutsertaan timnas di ajang internasional dalam lima tahun terakhir, rasanya catatan Bram baik secara torehan satu gim ataupun rataan adalah yang tertinggi yang pernah dicapai (non-naturalisasi).
Deretan ini semakin menunjukkan bahwa Bram adalah pemain terbaik Indonesia sekarang. Namun, bukan berarti Bram tak memiliki cela. Bram masih punya pekerjaan rumah besar dalam turnover. Di gim semalam, ia membuat tujuh turnover. Di tiga gim sebelumnya, Bram selalu membuat empat turnover per gim.
Khusus di gim semalam, beberapa turnover Bram terjadi dalam situasi yang seharusnya tak perlu terjadi. Turnover terakhir yang tercipta dari umpan setengah lapangan yang terlalu tinggi dan kencang tidak hanya untuk satu orang, bahkan dua orang sekaligus.
Namun, turnover ini bisa dibilang gabungan dari berbagai faktor. Selain perkara ketangkasan Bram sebagai pengumpan atau fasilitator masih belum mumpuni, tampil rata-rata 35 menit per gim jelas bukan hal mudah.
Ya, menit bermain ini adalah salah satu hal yang harus jadi perhatian tim pelatih timnas. Bram adalah pemain dengan rataan menit terbanyak sejak Rajko Toroman mengambil alih tim per 2019. Betul mungkin Coach Toro percaya penuh atas Bram, tapi fisik yang terkuras juga berpotensi merusak performa di lapangan.
Oleh sebab itu, Indonesia harus segera mencari cara mendukung Bram, secara harfiah. Pertama, tentunya mencari barisan pendukung untuknya di lapangan. Sepanjang dua gelaran internasional terakhir, praktis hanya Brandon Jawato yang memberikan bantuan, itupun secara penyerangan saja.
Ya salah satu pekerjaan terbesar Bram adalah tak hanya jadi tumpuan menyerang, ia juga pemain bertahan terbaik timnas. Seperti semalam, Bram adalah pemain yang ditugaskan menjaga Dar Tucker. "Berat banget gila, kuat banget orangnya," begitu ujar Bram yang di dua gim Jendela 2 ini terlihat turun dengan sepatu barunya.
Jawato membantu menyerang, tapi untuk bertahan, Indonesia harus segera memberi Bram bantuan. Masalahnya, tidak ada pemain di IBL yang benar-benar kita kenal karena kemampuan bertahannya. Masalah timnas yang bermuara kepada permasalahan basket secara general.
Selain membantu Bram di lapangan, timnas juga sebaiknya membantu Bram di luar lapangan. Memang, Bram tampak nyaman dan sedang dalam tren positif bersama Prawira Bandung. Namun, rasanya Bram bisa lebih "menggila" lagi jika ia bisa bermain di luar negeri.
Hal ini pada dasarnya berlaku untuk semua pemain. Namun, jika Bram sebagai pemain terbaik kita saja masih terhalang untuk ke sana, apalagi pemain yang lain? Semoga hal itu bisa terwujud dalam waktu dekat.
Dukungan lain yang bisa diberikan adalah memberi bantuan pelatihan ketangkasan. Ya, seperti yang sudah disinggung di atas, sebagai garda, Bram belum menguasai betul kemampuan memberi umpan atau menjadi fasilitator. Jika ini bisa ditingkatkan, peluang rasanya akan semakin terbuka.
Bram akan berusia 27 tahun Oktober nanti. Usia yang bisa dibilang memasukkan usia emas. Dengan serangkaian niat Indonesia berlaga di gelaran internasional, Indonesia harus segera mencari para pendukung Bram demi prestasi timnas sendiri dan juga demi tak mubazirnya masa emas Abraham Damar Grahita.
Foto: FIBA, Ariya Kurniawan