Michael Jordan punya tanggal bersejarah yaitu 18 Oktober. Sebab untuk pertama kalinya, pemain legendaris itu mengenakan Air Jordan I yang dilarang oleh NBA. Tanggal tersebut dipilih Nike sebagai hari peluncuran Air Jordan XXXII.
Nick DePaula dari ESPN merincikan sneaker terbaru khas Michael Jordan tersebut. Inspirasi sneaker ini tidak datang dari Amerika Serikat, melainkan dari Turin Italia. Meski bukan kota basket, tapi Turin merupakan kota yang sarat akan sejarah fashion. Kota itu mengilhami lahirnya Air Jordan XXXII dengan warna yang sangat terkenal, yaitu "Bred".
Berikut perjalanan panjang hingga Air Jordan XXXII tersebut lahir.
Sneaker Asli Air Jordan II
Sudah 14 tahun Michael Jordan meninggalkan lapangan basket NBA. Bahkan lebih dari 30 tahun berlalu, sebuah foto All-Star Weekend di Seattle yang membuat semua orang berdecak kagum dengan permainan dan penampilannya. Tapi sejak kali pertama Air Jordan II muncul, sneaker ini tetap menjadi inspirasi model sneaker Jordan berikutnya.
"Kami ingin memiliki gagasan tentang warisan dan DNA dari Air Jordan II," kata David Creech, Jordan Brand creative director and vice president of design, seperti dilansir espn.com. "Ketika kami melihat foto-foto terbaik MJ, kami selalu punya inspirasi untuk membuat yang lebih baik lagi."
Kerajinan Khas Italia
Saat sneaker pertama kali diluncurkan akhir 1980-an, Air Jordan II tidak seperti yang terlihat di pasaran. Ada tekstur yang dicontoh dari hewan Iguana di seluruh bagian sneaker itu. Lalu logo "Wings" juga tercetak cantik di bagian lidah sepatu. Ada beberapa detail yang menunjukkan bahwa sneaker ini dibuat di Italia.
Semua ciri khas tersebut membuat sneaker seharga 100 dolar Amerika itu menjadi sneaker basket premium. Tak hanya itu, AJ II juga menjadi produk yang dicari para pecinta sneaker. Tiga dekade kemudian, sneaker ini menjadi inspirasi Nike membuat sneaker dengan model yang kurang lebih sama.
"Kami ingin menghadirkan esensi bagaimana AJ II dibuat 30 tahun lalu," kata Creech. "Ciri khas yang tidak bisa ditinggalkan adalah kerajinan Italia dan bahan premium yang berasal dari negara tersebut. Ketika Nike membuat sneaker itu 30 tahun lalu, mereka benar-benar menciptakan sneaker basket mewah untuk pertama kalinya."
Inspirasi Kota Turin
Turin adalah kota yang sepi bila dibandingkan dengan kota-kota Italia lain seperti Milan, Florence dan Roma. Tapi bagi Tate Kuerbis, perancang senior di balik Air Jordan XXXII, kota Turin memiliki banyak hal yang bisa dijadikan inspirasi desain. Seperti kesenian patung, detail-detail sudut bangunan, karya seni di kafe-kafe. Selain itu banyak penjahit dan pengrajin pakaian di kota tersebut.
"Kami mencoba untuk melihat lebih detail produk-produk yang dibuat di Italia. Saya raya mereka punya produk yang sangat indah dan kami berusaha untuk menghadirkan di dalam rancangan kami," kata Kuerbis. "Jika anda melihat bagaimana kulit dijahit dan liner dipasang, maka kami ingin menegaskan bahwa sneaker ini akan terasa seperti dibuat dengan tangan."
Mobil Ferrari Michael Jordan
Jordan Brand sangat mengagumi desain mobil Ferarri. Tapi ternyata ada cerita dibalik itu semua, yaitu Ferrari adalah mobil pertama yang dimiliki Michael Jordan saat memasuki liga profesional NBA. Dia menghiasi Ferrari pertamanya dengan plat nomor yang bertuliskan "UNC 23" atau "M AIR J"
Sneaker terakhir yang dikenakan MJ sebagai anggota tim Chicago Bull, Air Jordan XIV, sangat dipengaruhi oleh desain Ferrari 550M. Bertahun-tahun kemudian, Jordan masih berpedoman pada desain tersebut untuk menciptakan model baru.
"Kami beruntung bisa datang ke rumah MJ," ucap Kuerbis. "Dia memiliki semua jenis mobil sport asal Italia itu di garasinya. Saya memang jarang melihat mobil itu, tapi saat ada di sana, saya sangat suka duduk memandangi mobil itu."
Warna Rosso Corsa
Air Jordan terbaru tidak menampilkan warna merah, tapi Jordan Brand mengklaim bahwa itu adalah warna Rosso Corsa. Warna resmi yang digunakan oleh tim balap Formula 1 dari Italia.
Dengan melihat detail sneaker ini, maka dengan mudah orang bisa mengenali bahwa desainnya terinspirasi dari mobil Ferrari. Menurut Kuerbis, memang bukan pekerjaan mudah menghadirkan ciri khas sebuah mobil sport ke dalam sneaker. Tapi inilah yang berusaha ditampilkan oleh Jordan Brand dengan produk terbarunya.
Sneaker Setengah Jadi
Seperti setiap Air Jordan yang dibuat, perancang akan menyajikan versi sneaker setengah jadi. Setelah itu, perancang dan Michael Jordan akan duduk satu meja. Ini merupakan rapat terakhir sebelum desain itu benar-benar dibuat. Lagi-lagi, Michael Jordan memegang peranan paling penting di pertemua tersebut. Menurut Kuerbis, dia dan timnya hanya melakukan rapat akhir sekali saja. Artinya, MJ sangat suka dengan rancangan terbaru sneaker miliknya.
"Saya menunjukkan pada Michael sebuah kertas desain dan sneaker setengah jadi. Dia berkata, ini sudah sangat dekat seperti yang saya inginkan, tapi dengan potongan dinamis di bagian belakang, pasti lebih keren," cerita Kuerbis saat pertemuan terakhir dengan MJ.
Sentuhan Akhir
Setelah mendapatkan masukan dari Michael Jordan, akhirnya Kuerbis dan timnya membuat sketsa sneaker model baru. Ada yang berubah dari versi setengah jadi, yaitu di bagian belakang. Ada enam tonjolan lancip bila dipandang dari samping. Bentuknya seperti sirip. Tapi sebenarnya itu menggambarkan enam cincin NBA yang didapatkan Michael Jordan.
Rajutan Tiga Dimensi
Beberapa model Air Jordan terakhir telah menggunakan bahan rajut atau Flyknit. Namun Flyknit dengan model tiga dimensi di Air Jordan XXXII ini membuat tekstur lebih menari.
"Bila Flyknit lainnya cenderung datar, ini dibuat seperti timbul atau tiga dimensi. Ini bukan efek tambahan, tapi benar-benar keluar dari mesin pintal. Mesin baru ini bisa memintal Flyknit dengan bentuk tiga dimensi. Ini sangat menyenangkan," jelas Kuerbis.
Tantangan Membuat Program Pada Mesin Pemintal
Banyak perubahan yang sepertinya dianggap kecil, tapi ternyata membutuhkan usaha besar untuk mewujudkannya. Terutama, bila memakai bahan rajut atau Flyknit, harus membuat program di mesin pemintal benang.
"Ini mungkin salah satu tantangan terbesar untuk membuat Air Jordan XXXII. Flyknit dengan model baru ini tidak seperti yang Anda bayangkan. Ini tidak semudah memotong bahan dan memasangnya. Tetapi kami harus berdiskusi dengan programer mesin agar bentuk sneakernya bisa diwujudkan. Pada akhirnya kami memiliki lebih dari 300 program komputer di mesin pemintal untuk bagian depan saja," terang Kuerbis.
Teknologi di Bagian Bawah Sneaker
Sementara pola Flyknit, campuran kulit dan suede di bagian atas sudah selesai, maka bagian penting yang harus dikerjakan adalah sol sepatu. Tampaknya memang tidak ada perubahan yang signifikan di bagian bawah. Sneaker ini tetap menggunakan bantalan Flight Speed seperti yang dipakai Air Jordan sebelumnya.
Sneaker ini menggambungkan teknologi yang dimiliki Nike, yaitu Zoom Air dengan serat karbon dan pegas plastik untuk memperkuat bantalan.
"Kami menyempurnakan teknologi Flight Speed. Kami ingin mendorong Zoom menjadi lebih eksplosif dari sebelumnya," ungkap perancang Air Jordan XXXII.
Lahirnya Air Jordan XXXII
Bagi Jordan Brand, sneaker ini merupakan penghormatan untuk Michael Jordan yang sudah tiga dekade bersama mereka. Sedangkan kebanggaan bagi brand tersebut, mereka bisa menghadirkan nuansa Italia ke dalam sneaker ini.
"Kami selalu menambahkan bahan dan teknologi baru untuk menciptakan sneaker basket terbaik. Itu terbukti ketika kami pergi ke Italia untuk membuat Air Jordan II, dan kini kami kembali lagi ke sana untuk membuat sneaker basket terbaik untuk kedua kalinya," kata Michael Jordan dalam peluncuran resmi sneaker ini. "Pada Air Jordan XXXII, kami menantang perancang untuk berimajinasi melampaui batas, tapi mereka tetap harus mempertahankan ciri khas Air Jordan di sneaker ini."
Sumber dan foto: ESPN, Sole Colector
Perjalanan Panjang Lahirnya Air Jordan XXXII
19 Oct 2017 21:00
| Penulis : Tora Nodisa