NBA harus kembali berurusan dengan pemerintah Tiongkok. Setelah Enes Kanter Freedom, kini ada salah satu pemilik saham Golden State Warriors yang membuat penyataan soal genosida muslim Uyghu. Bukannya membela, dia malah menyebut tidak ada yang peduli dengan apa yang terjadi di sana.
Seperti dilaporkan Marc J. Spears dari The Undefeated, manajemen Warriors mengeluarkan penyataan bahwa ivestor mereka tidak berbicara atas nama klub. Pemilik saham minoritas tidak punya peran sebagai pengurus harian klub. Sehingga apa yang dia sampaikan tidak ada kaitannya dengan pandangan klub.
Warriors mengeluarkan pernyataan tersebut setelah Chamath Palihapitiya, salah satu pemilik saham minoritas klub tampil di acara podcast bertajuk "All-In With Chamath, Jason, Sacks & Friedberg". Dalam acara tersebut Palihapitiya mengatakan,"Tidak ada yang peduli dengan apa yang terjadi pada Uyghur." Palihapitiya yang merupakan seorang pengusaha miliarder dan mantan eksekutif Facebook, mengatakan dia peduli dengan perubahan iklim, implikasi ekonomi dari invasi Tiongkok ke Taiwan, dan masalah lain yang langsung berpengaruh untuk orang Amerika Serikat. Tetapi untuk pemenjaraan paksa dan penyiksaan terhadap muslim Uyghur di Tiongkok, dia mengatakan bahwa itu bukan urusannya.
Chamath Palihapitiya, pemilik saham minoritas Golden State Warriors
Tidak butuh waktu lama, pernyataan tersebut segera menyebar di media sosial. Karena dia ada dalam komunitas NBA, maka untuk kesekian kalinya liga bakal kena imbasnya. Meski Palihapitiya bukanlah orang dekat dari lingkaran NBA, dan kebanyakan penggemar mungkin mendengar namanya untuk pertama kalinya sekarang, tetapi pernyataan tersebut sudah mengusik Tiongkok. Sementara NBA sendiri sudah mendapatkan banyak masalah dengan sikap dan pernyataan Enes Kanter Freedom beberapa waktu lalu.
Dikutip dari laporan The Star, Senator Tom Cotton meminta komisaris NBA Adam Silver untuk memaksa Chamath Palihapitiya menjual saham Warriors miliknya. Sebab, bila terus ada di komunitas ini, eksistensi NBA di Tiongkok bisa hilang. Menurut Cotton, dengan keberadaan orang-orang ini, maka NBA akan kehilangan pasar yang sudah dikembangkan selama puluhan tahun. Hubungan NBA dan Tiongkok sudah tercoreng sejak Darryl Morey mengeluarkan pernyataan yang mendukung demonstrasi di Hong Kong. Kemudian tahun ini, NBA juga disibukkan dengan pernyataan Enes Kanter yang menyinggung Tiongkok.
Kembali ke Warriors, Chamath Palihapitiya adalah pemilik saham Warriors sejak 2010. Dia lahir di Sri Lanka tetapi pindah ke Kanada sebagai pengungsi saat masih berusia lima tahun. Di awal tahun 2000-an, ia mulai terkenal sebagai eksekutif di Facebook saat perusahaan masih tahap awal pembangunan. Dia mempertaruhkan kesuksesannya di Facebook menjadi dana modal ventura, yang tumbuh menjadi perusahaan miliaran dolar. Dengan kekayaannya yang besar, Palihapitiya bergabung dengan grup investasi dalam pembelian Golden State Warriors pada 2010. Dia juga menggunakan uangnya untuk memasuki ranah politik, menyumbang untuk Partai Republik dan Demokrat. (tor)
Foto: The Spun