Nike menjadi penguasa pasar sepatu olahraga saat ini. Bahkan di basket, kerajaan Nike terus berkembang pesat. Tak hanya di Amerika Serikat, namun di seluruh dunia. Pangsa pasar Nike semakin luas dengan jumlah pembeli, pemakai, penggemar dan kolektor yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan pemain-pemain basket ternama, kini sudah menjadi dapukan (endorse) dari brand ini. Meningkatnya penampilan atlet tersebut, seiring dengan meningkatnya penjualan sneaker Nike.

Ternyata, jauh sebelum Nike menguasai pasar basket di dunia. Mereka memulai membuat sepatu basket sedikit terlambat. Tidak seperti Converse, adidas atau Puma yang lebih dulu merambah pasar basket. Tepatnya pada tahun 1972, Nike meluncurkan sneaker basket pertama yang bernama Bruin dan Blazer. Kedua sneaker ini terbuat dari kulit. Tahun demi tahun, dua sepatu ini mengalami beberapa kali perubahan. Mulai dari berbahan suede, hingga Blazer dengan potongan pendek (Low-cut) diluncurkan.



Dua sneaker Nike ini ternyata kurang diminati pasar saat itu. Terbukti, dalam 10 tahun, penjualan Bruin dan Blazer tidak mengalami peningkatan signifikan. Sampai akhirnya di tahun 1982, Nike meluncurkan Air Force 1.



"Air in a box". Itu adalah slogan iklan sederhana Nike saat mereka meluncurkan Air Force 1. Sepatu basket pertama yang menyematkan kantong udara di tumit untuk bantalan kaki. Perancang Nike Air Force 1 adalah Bruce Kilgore. Ia menciptaka Air Force 1 terinspirasi dari sepatu untuk naik gunung. Sementara penguji pertama sepatu ini adalah Tinker Hatfield. Ternyata Hatfield tiga tahun kemudian merancang sebuah sepatu yang legendaris bernama Air Jordan 3.

Ketika Air Force 1 dilepas ke pasaran yang terjadi adalah sebuah ledakan. Nike saat itu langsung menggaet enam bintang NBA untuk memakai Air Force 1, yang hingga kini dikenal dengan sebutan "Original Six". Mereka yaitu Moses Malone (Philadelphia 76ers), Michael Cooper (LA Lakers), Bobby Jones (Philadelphia 76ers), Calvin Natt (Portland Trail Blazers), Mychal Thompson (Portland Trail Blazers) dan Jamal Wilkes (LA Lakers).



Ternyata Air Force 1 berhenti dibuat pada tahun 1984, meski saat itu permintaan akan sepatu ini semakin tinggi. Tapi ternyata Nike mencabut kebijakan itu dan pada tahun 1986, sneakers paling ikonik sepanjang masa ini kembali di produksi. Ada sekitar dua ribu pasang sepatu yang laku pada peluncuran kedua kalinya ini.

Air Force 1 memang menuai pujian dari berbagai pihak, meski sejarahnya kini dilupakan. Tapi dari Air Force 1 lah, datang inspirasi untuk membuat All-White All-Leather Low. Sebuah sneaker yang lebih dikenal dengan nama Air Force 1 Low. Sepatu ini mulai dipasarkan tahun 1990-an. Sneaker ini ternyata lebih lekat dengan budaya hip-hop ketimbang basket. Hingga pada akhirnya, sneaker putih rendah jelmaan Air Force 1 ini melambangkan gaya hip-hop yang kental dan masih tetap jadi pilihan utama hingga kini.



Koleksi-koleksi terbaik Nike juga akan hadir di acara Sneaker Madness 2017. Sneaker Madness adalah kegiatan padat selama dua hari yang melibatkan para pecinta sneaker dan digelar di Surabaya. Di dalamnya ada transaksi, barter, raffle, pameran, dan lain-lain. Sneaker Madness diproyeksikan menjadi kegiatan kultur sneaker terbesar di Jawa Timur. Acara ini akan berlangsung pada 14-15 Oktober 2017 di Convention Hall, Lantai 6, Tunjungan Plaza 3, Surabaya.



Foto: complex.com, nike.com

Populer

James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
Kelemahan Kings Makin Jelas Saat Takluk dari Clippers
Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
Nasihat Ice Cube untuk Bronny James
Wemby Kembali, Spurs Menggilas Warriors
Trae Young Pilih Jordan Brand
50 Poin LaMelo Ball Tidak Berarti Dihadapan Bucks
Lakers Selama Ini Mencari Sosok Dalton Knecht
Pelicans Tumbang! Warriors ke Perempat Final NBA Cup 2024
Tembakan Lebih Efisien, Nuggets Benamkan Lakers