Kemenangan meyakinkan tim putra SMA BPK Penabur Cirebon atas SMAN 9 Bandung di babak fantastic four dengan skor akhir 90-58 pada sore tadi tidak lepas dari tuaian catatan sang pelatih yang mengharapkan lebih dari performa anak didiknya.

Coach Hengky menjelaskan bahwa komunikasi yang terjalin di lapangan kurang berjalan dengan baik, sehingga terjadi banyak kesalahan dalam kepemilikan bola mereka. “Padahal komunikasi merupakan hal fundamental dalam basket,” jelasnya yang ditemui seusai pertandingan.

Penjelasan Coach Hengky terbuktikan dengan timnya mencatat 22 turnover yang meningkat dua kali lipat dibanding 11 turnover di pertandingan sebelumnya kontra 1 Cikampek. Tidak hanya itu, persentase field goals (FG) mereka juga menurun dengan 41 persen. Perbedaan mencolok apabila dibandingkan dengan 58 persen FG Penabur Cirebon di babak Big Eight.

Walaupun mereka lebih banyak mencetak skor dibanding sebelumnya, jumlah tembakan yang lebih banyak meleset menjadi penyebab kemandekan serangan Penabur Cirebon. Perolehan angka terbantu oleh free throw dari akumulasi team foul Sembilan (julukan SMAN 9).

“Sifat individualistis mereka lebih dominan, mungkin karena beban besar ingin menebus kekalahan tim dari dua tahun lalu,” timpal coach Hengky yang mereferensikan kekalahan mereka di delapan besar Honda DBL seri Jawa Barat (Jabar) 2019.

Tentunya tidak hanya masalah internal yang mempersulit jalan Penabur Cirebon ke final, tetapi perlawanan keras Sembilan yang melebarkan ruang kesalahan juga menjadi faktor penting. Offense mereka membuat dua bigman Penabur Cirebon, Terrell Ayers dan Zihad Visabilillah, terkena foul trouble dan memaksa Cirebon bermain tanpa poros  di wilayah paint.

Laga final antara SMA BPK Penabur Cirebon vs SMA Trimulia Bandung mengharuskan Penabur Cirebon untuk mengkaji lagi sistem mereka, dan hasil perombakan mereka dapat disaksikan siaran langsungnya melalui aplikasi DBL Play. (axl)

Foto: DBL Indonesia

 

Komentar