Dua gim sudah dilalui tim putri Jawa Timur (Jatim), dua kemenangan pula sudah mereka amankan. Meski sama-sama sempat berjalan ketat, Jatim selalu berhasil menutup gim dengan performa solid dan menang dengan selisih dua digit poin.

Datang dengan skuat maksimal 11 orang, kenyataannya Jatim melakukan rotasi pemain yang sangat terbatas. Bahkan, pada praktiknya, Jatim menghabiskan mayoritas waktu pertandingan pada empat pemain utama mereka saja yakni Christine Tjundawan, Adelaide Wongsohardjo, Amelia Ardhany, dan Faizzatus Shoimah.

Ya, empat pemain ini bak empat pilar yang menyokong tetap tegaknya sejarah panjang basket putri Jatim di PON. Keempatnya memimpin total menit bermain terbanyak. Jika dilihat keseluruhan, satu nama lain, Julienna Hartono, juga masuk ke-10 besar pemain dengan menit terbanyak di PON untuk nomor putri ini.

Apakah ini adalah masalah? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Secara beban pemain, ini sangat bisa menjadi masalah. Ambil contoh Christine yang tampil total 80 menit di dua gim yang artinya ia sama sekali tak pernah diganti. Dengan intensitas gim yang tinggi di enam dari delapan kuarter yang dimainkan, peluang Christine untuk kelelahan sangat besar. Kelelahan bisa berujung pada konsentrasi yang turun lalu performa yang merosot. Di sisi lain, kelelahan juga bisa berujung pada kerentanan pemain untuk cedera.

Namun, hal ini bisa tidak menjadi masalah jika Jatim memang sudah mempersiapkan strategi rotasi seperti ini sejak awal. Empat pilar ini sudah disiapkan untuk bermain lebih dari 35 menit per gim atau bahkan tak diganti. Ditambah juga menyiapkan staf yang akan menangani proses recovery mereka dengan seksama.

Pasalnya, performa empat pilar ini memang menunjukkan bahwa mereka datang ke Papua dengan kondisi yang sangat siap. Bahkan, bisa dibilang keempat pemain utama Jatim ini sudah mengerti peran masing-masing di lapangan dengan seksama

Christine dan Ais (sapaan Faizzatus) bertugas sebagai pencetak poin. Ais menorehkan rerata 19 poin per gim sedangkan Christine 17,5 poin per gim. Keduanya pun memimpin total percobaan tembakan di nomor putri sejauh ini (34 Christine, 30 Ais). 

Ledi (sapaan Adelaide) berfungsi sebagai fasilitator, pembawa bola utama tim. Ia sudah membuat 12 asis secara total ( 6,0 per gim). Terakhir, Amel (panggilan Amelia) memiliki catatan 10,5 rebound per gim yang merupakan tertinggi untuk Jatim dan peringkat lima besar untuk PON kali ini.

Sesuai dengan penyebaran menit bermain, Christine yang paling senior di antara nama-nama ini memiliki peran lebih banyak. Di PON kedua yang ia ikuti, Christine bisa dibilang harus melakukan segalanya untuk Jatim. Secara keseluruhan, selain 17,5 poin tadi, ia juga memiliki rataan 8,5 rebound, 5,5 asis, dan 4,5 steal per gim. Sejauh ini, hanya Sabrina Sandewang (Sulawesi Selatan) yang cukup mendekati catatan Christine secara keseluruhan.

Satu hal yang menarik dari lima pemain utama (plus Julianne) ini adalah fakta bahwa mereka adalah jebolan dari DBL All Star. Bahkan, sekolah asal mereka pun hampir seluruhnya terkoneksi. Christine dan Julienna datang dari SMA St.Louis S1 Surabaya. Ais dan Amel bersekolah di SMAN 8 Malang dengan Amel adalah adik kelas Ais. Ledi berasal dari SMA St. Albertus Malang namun ia satu angkatan All Star dengan Ais.

Koneksi ini tampaknya yang membuat rotasi menit bermain kecil Jatim jadi sangat masuk akal. Meski saya pribadi berharap ke depannya rotasi bisa bertambah, selama pemain-pemain ini masih bisa dipastikan dalam kondisi prima, rasanya sah-sah saja hal ini terus dilakukan.

Kini, tugas besar siap menanti mereka dalam laga selanjutnya melawan Bali. Jatim harus mengesampingkan hasil antara Bali melawan Jawa Tengah untuk fokus mengalahkan Bali demi menjadi juara grup. Dengan empat pilar ini, nama besar Jawa Timur di peta kekuatan basket putri nasional digantungkan. Dengan empat pilar ini, kejayaan Jawa Timur juga sangat mungkin semakin digaungkan. 

Foto: Harianto

Komentar