Campus League sudah menjadi salah satu liga kampus papan atas di satu dekade terakhir. Hanya saja penyelenggara memutuskan berhenti di tahun 2014 lalu. Alasannya saat itu kondisi negara sedang kurang mendukung. Bertepatan dengan tahun politik serta susahnya menyelenggarakan turnamen yang mengundang massa.

"Saat itu negara kita sedang pemilihan umum. Saya sendiri merasa kesulitan sebagai penyelenggara. Minta izin kepolisian saja susah sekali pada waktu itu," kata penyelenggara Campus League, Bobby.

Di tahun 2017 ini, Campus League kembali dengan konsep yang berbeda. Mereka hadir di kota-kota kecil seperti Bojonegoro, Tulungagung, Lamongan dan beberapa kota lainnya. Bukan tanpa alasan, sebab penyelenggara ingin melihat animo peserta dari kota-kota kecil tersebut.

"Kalau saya gelar di Bandung atau Jakarta, ibaratnya saya tutup mata saja sudah banyak pesertanya. Tetapi saya ingin melihat peserta di kota kecil. Ke depan (tahun depan) kami akan kembali mengadakan di kota-kota kecil plus kota besar. Jadi kami yakin, penyelenggaraan tahun depan bisa lebih sukses lagi," imbuh Bobby. "Tahun ini saya kira ada 50 persen kampus baru yang menjadi peserta. Artinya bukan kampus yang biasanya ikut turnamen. Jumlah ini cukup menggembirakan, karena dari total sekitar 250 kampus, separuhnya adalah kampus baru yang belum pernah ikut kejuaraan."

Bila melihat kualitas pertandingan, Bobby sadar, bahwa kampus baru tersebut belum berpengalaman. Banyak dari mereka yang jadi bulan-bulanan kampus-kampus besar. Tetapi tujuan sebenarnya, mereka diharapkan partisipasinya dulu. Baru di tahun depan akan ditingkatkan dari segi kualitas pertandingannya.

Grand Final Campus League tahun ini mempertemukan duel klasik untuk kategori putri. Tim putri Universitas Surabaya (UBAYA) berhadapan dengan tim putri Universitas Airlangga (UNAIR). Sedangkan di kategori putra, tim putra Universitas Surabaya (UBAYA) akan ditantang oleh tim putra Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).

"Kami sudah sering bertemu, ibaratnya ini laga klasik. Tetapi kalau sudah di final seperti ini, mental jadi faktor penentu," kata Aries Herman, kepala pelatih tim putri UNAIR.

Menanggapi komentar dari lawannya, kepala pelatih tim putri UBAYA, Wellyanto Pribadi tak gentar. Dirinya yakin bahwa UBAYA mampu mengatasi perlawanan UNAIR.

"Saya kira peluangnya 50:50. Kami memang sering bertemu, tapi kali ini kami bermain dengan pemain muda. Mereka itu bermasalah di mental. Kalau pemain muda itu gampang sekali goyang mentalnya. Tetapi kami siap untuk bertanding di final," ucap Coach Welly yang juga merangkap sebagai kepala pelatih tim putra UBAYA.

Lawan tim putra UBAYA di final adalah tim UAJY. Mereka tampak tak ingin menyerah begitu saja dari tim UBAYA. Defense jadi fokus mereka menghadapi ganasnya serangan UBAYA.

"Kami perbaiki defense lebih baik lagi. Sebab lawannya kali ini UBAYA. Kita tahu mereka sangat agresif saat menyerang. Jadi pertahanan kami harus lebih kuat lagi," kata kepala pelatih UAJY, Yulianto Andi.

Sebagai pelengkap untuk menambah semarak Grand Final Campus League 2017, panitia sudah menyiapkan banyak suguhan hiburan. Termasuk laga eksibisi yang dihadiri bintang-bintang basket Indonesia. Yaitu Kelly Purwanto, Arif Hidayat, Andrie Ekayana, Vinton Nolland Surawi, Reiner Hutasoit, Rizal Falconi, Andi Poedjakesuma dan Katon Adjie Baskoro.

Lebih istimewa lagi, penonton yang hadir di DBL Arena Surabaya, 20 Mei 2017, juga akan menyaksikan aksi dari profesional dunker asal Kanada, Jordan Kilganon. Jordan akan menunjukkan beberapa aksi slam dunk dengan gaya spektakuler yang menjadi ciri khasnya.

"Jordan kami pilih sebagai bintang karena kami melihat prestasinya yang luar biasa. Dua tahun berturut-turut dia tampil di NBA All-Star. Jordan adalah dunker yang selalu menciptakan gaya khas. Berbagai gaya dia ciptakan dan selalu ada yang baru," ungkap penyelenggara Grand Final Campus League, Anthony Gunawan.

Foto: Dika Kawengian

Komentar