Brook Lopez, Maju Kena Mundur Kena

| Penulis : 

"Maju kena mundur kena" adalah sebuah frasa yang cukup lumrah di Indonesia. Frasa ini semakin dikenal masyarakat dan identik dengan film Warkop DKI yang rilis pada 1983. Frasa ini memilki arti serba salah, atau dalam posisi sial. Di film ini sendiri, baik Dono, Kasino, atau Indro digambarkan terus mengalami kesialan sepanjang film ini.

Hal serupa saya lihat di gim 1 final NBA 2021. Frasa "maju kena mundur kena" bisa disematkan pada Milwaukee Bucks saat menempatkan Brook Lopez di lapangan. Ya, seperti yang kami tulis di "Panduan Peta Kekuatan Final NBA 2021," Lopez menjadi titik lemah yang benar-benar dieksploitasi oleh Suns, utamanya melalui dua bintang utama mereka, Devin Booker dan Chris Paul.

Secara bergantian, keduanya membuat skema yang menempatkan mereka satu lawan satu dengan Lopez (isolation). Ini adalah tujuan awal Suns dalam menyerang. Booker lawan Lopez atau CP3 lawan Lopez adalah sebuah matchup tak berimbang, mengutip dari Shaquille O'Neal, "It's barbeque chicken."

Booker dan CP3 akan berupaya untuk melewati Lopez, mencari layup, atau posisi menembak kegemaran mereka, mid-range. Tripoin adalah opsi terakhir mereka untuk menyerang Lopez. Postur tinggi Lopez adalah kelemahan di mata Booker, CP3, dan Suns.

Di kuarter tiga, Bucks pun mencoba mengubah strategi. Mereka tidak akan bertukar jaga. Jadi, Bucks bertaruh kepada siapapun yang menjaga Booker atau CP3. Pasalnya, Suns tak akan mengubah sesuatu yang tak gagal. Yang akan melakukan screen untuk Booker atau CP3 adalah Deandre Ayton yang merupakan matchup dari Lopez.

Di skema pick n roll tanpa tukar jaga ini pun, frasa "maju kena mundur kena" masih berlaku untuk Lopez. Lopez adalah pemain yang lamban dan ia memiliki kecenderungan menunggu di bawah ring saat ada pick n roll. Ini memang posisi yang aman untuk mencegah poin mudah di bawah ring. Namun, seperti ulasan kami sebelumnya, lawan Bucks kali ini adalah dua pemain "mid-range master." Jarak antara screen dengan Lopez adalah jarak yang sangat disukai oleh Booker dan CP3.

Di sisi sebaliknya, saat Lopez memutuskan untuk lebih agresif saat bertahan dari pick n roll, ia akan "dikerjai" sekali lagi. Suns memanfaatkan atletisme dan kecepatan Ayton dalam melakukan roll atau melakukan back screen untuk menahan Lopez di atas. Saat pemain bertahan di area weak side berusaha membantu menjaga Ayton, maka kita tahu ada satu pemain kosong di area sayap dan kemungkinan besar pemain itu adalah Mikal Bridges, Jae Crowder, atau Cam Johnson, tiga penembak tripoin dengan akurasi 36+ persen.

Saya masih bertahan dengan argumen saya untuk sebaiknya Bucks tak memberi menit bermain terlalu banyak untuk Lopez. Di gim 1, Lopez memiliki catatan +/- di angka -17, terburuk dari semua pemain yang ada. Menariknya, Lopez hanya bermain 22 menit, terendah dari seluruh starter kedua tim. Semakin Lopez di lapangan, semakin terluka pula Bucks. 

Memang, Lopez memberi bantuan besar di serangan dengan catatan 17 poin. Akurasinya pun mantap di angka 50 persen (7/14). Namun, rasanya 17 poin dan 14 tembakan tersebut bisa disubstitusi ke tiga opsi utama serangan mereka. Caranya? Ya sama dengan cara menyerang Suns, berupaya mencari mismatch dalam setiap penguasaan bola.

Jika di ulasan sebelumnya saya melihat Bobby Portis mungkin bisa lebih berguna untuk Bucks, gim 1 membuat saya ragu. Selama 14 menit di lapangan, Portis memiliki catatan -10, catatan yang cukup buruk jika kita melihat Khris Middleton tampil 44 menit dengan catatan -11. Sebaiknya, Bucks turun dengan Jrue Holiday, Pat Connaughton, Middleton, P.J. Tucker, dan Giannis Antetokounmpo. Small line-up melawan small line-up.

Jika Mike Budenholzer tak membuat perubahan terhadap menit bermain atau gaya bertahan Lopez, Suns bisa menyudahi final ini lebih cepat. Perubahan seperti wajar adanya di laga sepenting final. Di 2015, Golden State Warriors juga menggeser Andre Iguodala yang sepanjang musim reguler dan sebelum final lebih banyak menjadi cadangan akhirnya naik menjadi starter menggeser Harrison Barnes. Barnes pun legawa karena pada akhirnya ia pulang dengan cincin juara, ini yang terpenting.

Foto: NBA

Populer

Dalton Knecht Menggila Saat Lakers Tundukkan Jazz
LeBron James Hiatus dari Media Sosial
Luka Doncic Cedera, Kabar Buruk Bagi Mavericks
Shaquille O’Neal Merana Karena Tidak Masuk Perbincangan GOAT
Perlawanan Maksimal! Indonesia Kalah dari Korea di Tujuh Menit Terakhir!
Suasana Ruang Ganti Sixers Memanas
Tyrese Maxey Buka-bukaan Soal Kondisi Internal Sixers
Tripoin Franz Wagner Gagalkan Kemenangan Lakers
Grizzlies Hajar Sixers, Pelatih Taylor Jenkins Pecahkan Rekor Waralaba
Rencana NBA Pakai Format Pickup-Style untuk All-Star Game 2025