Milwaukee Bucks berkembang menjadi tim yang menakutkan semenjak Mike Budenholzer memegang kendali sebagai kepala pelatih. Sayangnya, ketangguhan Bucks hanya terbukti di musim reguler. Beranjak ke playoff, Bud (sapaan akrab Mike Budenholzer) selalu melempem. Bahkan, tren buruk Bud di playoff sudah dimulai sejak ia menjadi kepala pelatih Atlanta Hawks pada 2013.
Khusus musim ini, utamanya di ronde semifinal Wilayah Timur ini, saya semakin tidak habis pikir dengan pilihan strategi Bud. Terlebih lag strategi dia dalam bertahan. Bagaimana bisa, seorang Giannis Antetokounmpo yang menjadi pemain bertahan terbaik musim lalu dan masih terus masuk perdebatan dalam gelar tersebut tak menjaga pemain terbaik lawan, Kevin Durant.
Ini adalah pilihan strategi yang tak masuk akal buat saya. Terlebih lagi, menempatkan P.J. Tucker sebagai penjaga utama KD, rasanya sulit dipercaya. Memang, pada akhirnya, selama playoff ini, Tucker adalah defender tebaik untuk mengantisipasi KD. Namun, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika Giannis yang menjaga KD. Kita tidak akan pernah tahu selama Bud tak menempatkan Giannis di posisi itu.
Dari lima gim yang sudah dilalui, Giannis total hanya berhadapan satu lawan satu dengan KD selama empat menit saja, selama 240 detik saja! Secara postur, keduanya cukup seimbang. Secara atletisme dan keceparan, bahkan Giannis bisa dibilang unggul atas KD. Namun, Bud dengan tenang seolah bilang, “Tucker saja yang jaga KD.”
Lebih anehnya lagi, Giannis bahkan bukan opsi kedua atau ketiga untuk menjaga KD. Bud menempatkan Khris Middleton dan Jrue Holiday lebih dulu ketimbang Giannis. Ini sebuah langkah yang sekali lagi membuat saya tak habis pikir. Secara logika, dalam bertanding basket, kita akan memilih matchup secara postur lebih dahulu. Sedangkan apa yang dilakukan oleh Bud benar-benar sebaliknya.
Entah mengapa, saya merasa Bud sangat memanjakan Giannis. Kesimpulan ini datang kepada saya karena dalam beberapa kesempatan, Giannis berujar bahwa mengenai matchup, ia hanya menjalankan perintah pelatih. Menariknya, Bud tak sekadar memanjakan Giannis saat bertahan saja. Secara keseluruhan permainan pun, Bud sangat hati-hati dalam memberi beban ke Giannis.
Bayangkan saja, pemain yang dua musim beruntun menjadi MVP, pemain terbaik tim ini, pemain dengan kontrak terbesar, tak memiliki menit bermain terbanyak. Lebih kacau lagi, Giannis pun tak mengalami cedera, ia hanya tak bermain selama itu. Di playoff ini saja, Middleton adalah pemain dengan rataan menit terlama dengan 37,7 menit per gim sedangkan Giannis hanya 37,1 menit.
Saya berpikir Bud seolah tak ingin menang. Atau mungkin, ia ingin menang tapi tak tahu caranya menang. Kasus di semifinal Wilayah Timur ini sudah cukup menjelaskan kebingungan Bud dalam meramu timnya. Bucks mungkin adalah tim dengan rotasi pemain terbanyak di playoff ini. Total ada sembilan pemain (termasuk Donte DiVicenzo yang cedera) yang bermain lebih dari 15 menit per gim. Ini adalah sebuah catatan yang jarang di playoff.
(Baca juga: Kupas NBA 2020-2021: Kesempatan Terakhir Mike Budenholzer di Bucks)
Jika ingin menang, Bud harus “rela” memainkan bintang-bintangnya dengan menit bermain yang lama. Memang tak perlu seperti KD yang bermain penuh, tapi setidaknya pemain seperti Giannis, Middleton, dan Holiday harus turun 40 menit per gim di playoff. Apalagi jika tidak terkendala dengan foul trouble, seharusnya Giannis, Middleton, dan Holiday tidak istirahat lebih dari lima menit.
Menarik melihat perkembangan Bud bersama Bucks di musim ini. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, musim ini akan jadi penentuan masa depan Bud di Bucks. Jika Bucks gagal ke final NBA, firasat saya kita akan melihat Bud berganti tim musim depan.
Foto: NBA