Beberapa hari ini di akun instagram resmi @iblindonesia terpampang beberapa nominasi peraih penghargaan individu di IBL 2017. Lalu kini tinggal menunggu, siapa saja insan terbaik di liga tahun ini yang akan diumumkan secara bertahap oleh penyelenggara liga.

Para nomine penghargaan individu musim ini dipilih oleh penyelenggara liga. Namun nantinya keputusan ada di tangan media peliput IBL yang akan menentukan siapakah pemain yang layak menyandang gelar tersebut. Direktur IBL, Hasan Gozali menyebut, sejak berakhirnya musim reguler lalu, voting sudah disebar.

"Untuk pemilihan ini kami nyontek NBA. Panduan pemilihan nomine itu statistik, tapi nantinya voting dari media-media yang jadi penentunya. Kalau syarat khusus, tentu ada di prestasi pemain tersebut. Seperti untuk MVP, minimal timnya harus playoff," kata Hasan. "Voting sudah jalan, setelah seri terakhir di Bandung, hingga Senin kemarin. Kalau tidak salah ada sekitar 15 media yang ikut voting."

Soal pengumuman penerima penghargaan, lanjut Hasan, akan dilakukan secara bertahap. Akan disesuaikan dengan jadwal tim yang akan bertanding di playoff. Tapi bila penerima penghargaan di luar tim peserta playoff, maka akan disesuaikan waktunya. Sedangkan untuk hadiah, Hasan menyebut sudah disiapkan masing-masing sponsor, yang pasti berupa uang tunai.

Berikut beberapa pemain yang masuk nominasi peraih penghargaan IBL 2017:

Rookie of the Year

Tiga pemain baru yang penampilannya mencuri perhatian adalah Cassiopeia "Cio" Thomas Manuputty (Satya Wacana Salatiga), Juan Laurent Kokodiputra (Satria Muda Pertamina Jakarta) dan Nuke Tri Saputra (Pacific Caesar Surabaya).

Sebagai pemain anggota baru di Satya Wacana, Cio cukup punya peran vital. Pemain dengan posisi point guard itu jadi pilihan utama kepala pelatih Efri Meldi karena kecepatannya. Cio di awal liga diakui Coach Meldi sebagai pengganti dari Respati Ragil Pamungkas yang hijrah ke Pelita Jaya EMP Jakarta. Ia turun di 15 pertandingan Satya Wacana musim ini dengan rataan 3,3 PPG, 2,8 RPG, 1,1 APG. Meski tidak terlalu mencolok, namun Cio punya menit bermain yang cukup banyak di Satya Wacana.

Lalu pemain kedua, Juan Laurent Kokodiputra. Dengan tinggi 1,93 meter, Juan sangat layak disebut sebagai small forward masa depan. Namun Juan dipoles oleh Coach Youbel Sondakh jadi shooter mematikan. Bahkan di akhir-akhir musim reguler, Juan sering dipasang sebagai starter. Ia menorehkan statistik 8,1 PPG, 2,8 RPG dan 0,6 APG. Yang paling mencolok tentu akurasi (FG) yang mencapai 46 persen, dan tembakan tripoin dengan persentase 37 persen.

Setelah Juan ada Nuke Tri Saputra. Ia sudah jadi pilihan pertama Coach Bisih di tim Pacific Caesar sebagai point guard. Meski baru pertama kali di liga profesional, namun ia berhasil membawa Pacific masuk ke playoff musim ini. Nuke memang beberapa kali berkutat dengan cedera, namun rataan statistiknya musim ini cukup menawan dengan 7 PPG, 3 RPG, 1 APG dan 1,4 SPG.

Sixthman of the Year

Tiga pemain yang dinominasikan untuk mendapatkan penghargaan ini adalah Avan Seputra (Satria Muda Pertamina Jakarta), Arif Hidayat (CLS Knights Surabaya) dan Daniel Timothy Wenas (Pelita Jaya EMP Jakarta).

Avan Seputra memiliki kemampuan untuk merangsek ke paint area lawan dengan kecepatannya. Catatan Avan musim lalu dan musim ini tak ada perbendaan signifikan, namun pantas bila namanya masuk dalam nominasi ini. Ia mencatat rataan statistik 4,7 PPG, 2,8 RPG dan 1,6 APG.

Pemain kedua setelah Avan yang dinominasikan adalah Arif Hidayat. Bila membicarakan pemain ini, tentu tak akan menyangkal bahwa ia layak dapat penghargaan Sixthman of the Year. Perannya sebagai pengganti Mario Wuysang di CLS Knights sangat luar biasa. Statistik Arif meningkat sangat tajam dibanding musim lalu. Yakni 6,6 PPG, 2,3 RPG dan 1,8 APG, FG 41 persen dan 3PTS 45 persen.

Lalu ada Daniel Timothy Wenas yang bersanding dengan dua pemain sebelumnya sebagai nomine Sixthman of the Year. Siapa sangka bila shooting guard ini justru punya peran ganda, yakni sebagai point guard. Wenas memang layak dinominasikan bila melihat perannya di Pelita Jaya. Statistik musim ini menunjukkan perkembangan yang luar biasa yakni 5,6 PPG, 5 RPG, 1,9 APG. Akurasinya juga naik dari 32 persen di musim lalu menjadi 36 persen di IBL 2017.

Most Improved Player

Liga menetapkan tiga nama sebagai nominator Most Improved Player yakni Diftha Pratama (Bank BJB Garuda Bandung), Andre Adrianno (Satya Wacana Salatiga), dan Abraham Damar Grahita (W88.News Aspac Jakarta).

Tanggung jawab besar ada di pundak Diftha Pratama musim ini. Ia berperan jadi tulang punggung Garuda baik di dalam paint area maupun dari luar busur. Meski jumlah pertandingan musim ini berkurang jauh dari musim lalu, Diftha masih memegang rataan statistik poin yang tinggi dengan 10,5 PPG, disusul 3,8 RPG, 2,4 APG. Meski ia didapuk untuk bisa menusuk ke jantung pertahan lawan, namun ia masih punya senjata yang cukup mematikan yakni tembakan tiga angka dengan persentase 39 persen.

Perawakan kecil namun sangat tajam di ring lawan. Itulah sosok Andre Adrianno. Ia berhasil mencatatkan 11,1 PPG, 3,8 RPG dan 1,3 APG. Tentu kita bisa menyimpulkan bahwa Andre layak jadi pemain yang paling menanjak musim ini.

Pemain ketiga yang masuk dalam nominasi ini adalah Abraham Damar Grahita. Bila di Stadium musim lalu, ia menorehkan 6,8 PPG, musim ini di Aspac ia menembus rataan 12,2 PPG. Dilihat dari catatan statistik manapun, Abraham mengalami peningkatan cukup signifikan, seperti akurasi mencapai 43 persen, tembakan tiga angka menembus 43 persen. Namanya juga masuk di seleksi tim nasional Indonesia proyeksi SEA Games 2017 Malaysia.

Defensive Player of the Year

Dari tiga nama nomine penghargaan ini ada dua nama pemain asing dan satu pemain lokal. Dua pemain asing yakni Nate Barfield (NSH Jakarta) dan Nate Maxey (Satya Wacana Salatiga). Sedangkan pemain lokal yang masuk adalah Galank Gunawan (Bank BJB Garuda Bandung).

Kedatangan Nate Barfield menjadikan pertahanan NSH Jakarta lebih kokoh. Kita tentu tahu bahwa masalah bigman yang selama ini ada di tim asuhan Mayckel S.D. Ferdinandus sudah bisa diatasi. Bahkan Nate juga pemain yang cukup produktif dengan 26,4 PPG dan 14,4 RPG. Namun bila bigman NSH lainnya juga bisa mendukungnya, bisa saja tim ini menembus playoff IBL 2017.

Tinggi 2,11 meter, membuat Nate Maxey dengan mudah bisa menghalau seranga lawan di paint area Satya Wacana. Ia membuktikan itu dengan rataan 4,9 blok per laga. Maxey juga sangat perkasa di ring lawan dengan menghasilkan 12,2 PPG dan 13,9 RPG. Perannya tak tergantikan di Satya Wacana musim ini.

Lalu setelah dua pemain asing, ternyata ada Galank Gunawan yang jadi nominator peraih penghargaan Sixthman of the Year. Julukan raja rebound memang masih melakat di dirinya. Musim ini Galank mencatatkan 10,29 rebound per pertandingan. Galank dikenal punya defense yang tangguh, sementara tugas mencetak poin diserahkan pada Chris Ware. Keduanya (Galank dan Ware) jadi kombinasi yang bagus di tim Garuda musim ini.

Foreign Player of the Year

Kategori ini memang baru karena tahun ini ada dua pemain asing di masing-masing tim kontestan IBL 2017. Tiga nama yang masuk nominasi pemain asing terbaik yakni Nate Barfield (NSH Jakarta), Gary Jacobs Jr. (NSH Jakarta) dan Kevin Loiselle (Pacific Caesar Surabaya).

Nate Barfield jadi pemain asing yang masuk nominasi dua kategori penghargaan, yakni Defensive Player of the Year dan Foreign Player of the Year. Barfield membawa pengaruh besar di NSH musim ini. Tak hanya menjadikan tim ini ditakuti, Barfield membuat pertahanan NSH lebih kokoh.

Namun bila melihat Barfield, kita tak boleh melupakan peran Gary Jacobs Jr.. Semua akan berkata setuju bila Jacobs layak menyandang gelar pemain asing terbaik. Guard muda atraktif ini jadi kunci NSH bisa merebut enam kemenangan dari 14 laga di IBL 2017. Gary menorehkan rataan statistik 27,9 PPG, 8,2 RPG, 5,5 APG dan 1,4 SPG. Ia juga membuat rekor baru di basket Indonesia dengan mencetak 61 poin dalam satu pertandingan. Jacobs benar-benar mengubah wajah NSH Jakarta.

Setelah Jacobs ada Kevin Loiselle yang musim ini juga berhasil membuat Pacific Caesar Surabaya tampil lebih baik. Bukan hanya lebih baik, melainkan luar biasa dengan berhasil menembus playoff untuk pertama kalinya. Kevin bak seorang jenderal saat Pacific tampil. Pemain asal Kanada ini pandai mengatur serangan serta perkasa di paint area lawan.

Kevin di musim reguler mencetak 22,1 PPG, 13,8 RPG, 4,8 APG dan 1,33 SPG. Meski ia berposisi sebagai small forward, namun tak jarang kita melihat Kevin berperan sebagai playmaker.

Coach of the Year

Berbeda dengan kategori lainnya, para nomine pelatih terbaik tahun ini dihuni empat nama. Mereka yakni Youbel Sondakh (Satria Muda Pertamina Jakarta), Antonius Ferry Rinaldo (W88.News Aspac Jakarta), Bisih (Pacific Caesar Surabaya) dan Mayckel S.D. Ferdinandus (NSH Jakarta).

Coach Youbel layak dinominasikan karena berhasil mengembalikan dominasi Satria Muda di liga basket kasta tertinggi di Indonesia. Tahun ini jadi musim pertama baginya, namun sudah berhasil membawa Satria Muda duduk manis di puncak klasemen Divisi Merah.

Sementara coach Inal (panggilan akrab AF Rinaldo), juga berhasil membawa Aspac lebih baik di musim pertamanya. Coach Inal memang bukan orang asing di Aspac, semasa masih bermain, ia adalah pemain paling setia. Tak pernah pindah klub, hanya Aspac tempatnya bernaung. Tentunya kondisi ini membuat hubungannya dengan pemain sangat dekat. Aspac kini tengah menanti tuah pelatih muda tersebut.

Menariknya di nominasi pelatih terbaik ada nama Coach Bisih. Pelatih baru Pacific Caesar Surabaya. Tak hanya berhasil membawa Pacific ke playoff, Coach Bisih juga memberi nuansa baru di tim ini. Pacific kini punya pemainan cepat yang menyulitkan lawan. Strateginya menempatkan David Seagers dan Kevin Loiselle ditempat yang tak terduga, bisa membuat lawan terkejut dan gagal mengantisipasi serangan Pacific.

Lalu nama terakhir tentu sangat kita kenal, yakni Coach Inyo. Meski usianya sudah tidak muda lagi, namun energinya masih terasa. Ia tak kenal lelah memberi instruksi pada pemain dari bangku cadangan. Coach Inyo sangat tegas dan ahli meramu tim. Dari musim ke musim, NSH tampil semakin baik.

Most Valuable Player (MVP)

Kategori yang satu ini dapat sorotan paling besar. Ada tiga nama pemain yang jadi nomine. Yakni Mario Wuysang (CLS Knights Surabaya), Arki Dikania Wisnu (Satria Muda Pertamina Jakarta) dan Respati Ragil Pamungkas (Pelita Jaya EMP Jakarta).

Siapa yang tidak kenal Mario Wuysang. Pemain ini tampil dengan menit bermain paling banyak di CLS Knights dengan rata-rata 25 menit dan 49 detik. Ia juga mengantongi efisiensi tertinggi di tim asuhan kepala pelatih Wahyu Widayat Jati tersebut. Mario punya peran penting sebagai pengatur serangan CLS Knights. Catatan statistik yang paling mencolok darinya adalah asis. Ia jadi kolektor asis terbanyak di liga dengan enam asis per pertandingan.

Arki Dikania Wisnu juga layak dapat gelar MVP. Sebagai kapten, Arki berhasil menjalankan tugas dengan baik. Ia juga jadi kolektor poin tertinggi ketiga bagi Satria Muda dengan 10 PPG. Ia juga jadi pemain Satria Muda yang tampil paling stabil. Dengan rataan lain yakni 3,9 RPG, 3,4 APG, 2,8 SPG. Pengaruh Arki di Satria Muda sangat besar untuk memimpin pemain-pemain muda.

Nama terakhir yang meramaikan bursa pemain terbaik adalah Respati Ragil Pamungkas. Menariknya, Ragil masuk nominasi MVP di tahun pertamanya bersama Pelita Jaya setelah pindah dari Satya Wacana Salatiga. Ia jadi pemain dengan persentase tripoin tertinggi di Pelita Jaya dengan 40 persen. Selain itu Ragil menempati peringkat ketiga di Pelita Jaya untuk urusan pencetak poin dengan 10,6 PPG. Selain itu ia juga mencatatkan 3,7 RPG dan 2,2 APG. Coach Ahang (panggilan kepala pelatih Pelita Jaya) memberinya menit bermain yang cukup banyak dengan 27 menit dan 33 detik.(*)

 

Foto: Hari Purwanto

Komentar