Performa juara IBL 2016, CLS Knights Surabaya musim ini cukup baik. Namun untuk ukuran tim juara, kepala pelatih mereka, Wahyu Widayat Jati merasa masih perlu ditingkatkan lagi. Sebabnya, mereka tak lagi punya angka statistik yang mencolok. Pembenahan jelas dilakukan CLS Knights jelang playoff. Apalagi mereka bakal menghadapi Bank BJB Garuda Bandung. Tim yang memberikan perlawanan ketat musim ini.
Bila melihat perjalanan Sandy Febiansyakh dan kawan-kawan, kita tentu melihat bahwa tim ini sejatinya sangat mampu untuk bisa jadi superior di liga. CLS Knights mampu mengumpulkan 12 kali menang dari 15 pertandingan di Divisi Merah. Meski kenyataannya CLS Knights belum bisa mengatasi Satria Muda Pertamina Jakata. Sebab tim asuhan Wahyu Widayat Jati ini kalah dua kali. Pertama saat bertemu di Seri 1 Surabaya (22 Januari 2017), CLS Knights kalah 54-66, dan di Seri 7 Yogyakarta (12 maret 2017) mereka menyerah 61-78.
Muka CLS Knights juga tercoreng di akhir musim reguler. Bima Perkasa juga memberikan mereka kekalahan saat bertemu di Seri 8 Bandung pada 18 Maret 2017. Bima Perkasa menang 85-82 lewat babak overtime.
Dari catatan statistik, CLS Knights berada di urutan keenam untuk akurasi (field goals). Mereka membukukan field goals 38 persen, persis di atas Garuda yang akan jadi lawan di playoff.
Istimewanya, CLS Knights merupakan tim yang paling tinggi jumlah rebound-nya dengan 51 rebound per laga. Ini karena mereka punya DeChriston McKinney, Jamarr Andre Johnson dan M. Isman Thoyib di barisan bigman. Lalu, mereka juga menjadi tim urutan kedua untuk urusan asis dengan 18,9 APG. Pantas saja catatan ini mencolok karena Mario Wuysang masih menduduki peringkat tertinggi untuk asis. Walau jumlah tersebut ternyata masih kalah dari Satria Muda yang mampu mengoleksi 19 asis per pertandingan.
Sayangnya, CLS Knights jadi tim keempat yang mengoleksi turn over tinggi dengan 15,7 turn over per laga. Serta produktivitas poin sebesar 73,1 PPG yang hanya ada di urutan 6 dari 11 kontestan liga. Jelas kondisi ini membuat Coach Cacing -sapaan akrab kepala pelatih CLS Knights- bekerja keras untuk bisa memperbaiki penampilan timnya.
"Defense dan fast break jadi perhatian utama jelang playoff," ucapnya. "Sebab tiga kekalahan di regular season dan laga ketat lawan Garuda, dua komponen inilah yang cukup bermasalah di tim kami."
Bila melihat performa pemain tentu kita bisa melihat bahwa dua pemain asing yang dimiliki tim ini punya peran vital. Jamarr Johnson jadi pencetak poin terbanyak dengan 11,5 PPG, lalu McKinney jadi pengumpul rebound terbanyak dengan 10,5 RPG. Namun, dua pemain tersebut sekarang sudah tidak lagi ada di tim CLS Knights. Keduanya kini digantikan oleh Duke Crews dan Ashton Smith.
Duke Crews adalah forward dengan tinggi 2,03 meter. Pemain berkebangsaan Amerika Serikat itu terakhir bermain bersama Al-Ittihad, klub Premier League Bahrain.
Crews boleh dibilang pemain yang cukup berpengalaman. Ia pernah bermain di basket profesional Eropa, Asia, Amerika Latin dan tentu saja Amerika Serikat. Crews pernah tercatat bermain di Meksiko (Frates de Guasave), Filipina (SM Beermen), Ukraina (DniproAzot), Uruguay (Tabare dan Cader), Venezuela (Panteras), Bahrain (Sitra dan Al-Ittihad).
Bahkan sebelum berlabuh di klub Bahrain, Crews pernah bermain di Liga B Jepang bersama Toyama Grouses. Dalam 53 pertandingan bersama Toyama, Crews memiliki statistik yang mengesankan, yakni 16,4 PPG, 9 RPG, 1,6 APG. Ia juga sukses membawa tim ini memenangi gelar liga. Bahkan Crews juga terpilih All-Japanese BJ League Honorable Mention tahun 2016.
Pemain yang terpilih sebagai All-CIAA Player of the Year pada tahun 2010 itu juga sangat akrab dengan basket Asia. Karena ia pernah tampil di Asean Basketball League dan menjadi juara di tahun 2012.
Sementara itu pemain kedua yang didatangkan CLS Knights di akhir musim reguler adalah guard asal Kanada, Ashton Smith. Pemain setinggi 1,87 meter tersebut terakhir bermain bersama Raptors 905 di NBA D-League.
Pemain 27 tahun ini pada musim 2015-2016 tampil di 24 dari 27 pertandingan dengan menit bermain rata-rata 10 menit. Ia mencatatkan rataan statistik 2,5 PPG, 1 RPG dan 1,2 APG, dengan akurasi (field goals) 38,6 persen.
Penampilan perdana Ashton Smith bersama CLS Knights cukup menawan. Meski kalah lawan Bima Perkasa, namun ia mencatatkan 25 poin dan 12 rebound. Lalu di laga berikutnya melawan Hangtuah Sumsel, Smith menyumbang 11 poin, 8 rebound dan 7 asis.
Dua amunisi baru inilah yang akan jadi senjata CLS Knights di babak playoff. Apalagi mereka sudah menjalani latihan intesif jelang pertandingan di Surabaya, minggu depan.
"Lumayan, keduanya sudah ada chemistry dengan pemain lainnya. Mungkin ini karena mereka berdua punya pengalaman di level profesional. Jadi bisa lebih cepat beradaptasi," ungkap Coach Cacing.
Soal calon lawan, lanjut Coach Cacing, dirinya mengatakan bahwa Garuda punya komposisi pemain yang cukup baik. Ditambah lagi cara mereka bermain juga tersistem dengan rapi. Ini yang perlu jadi catatan tim CLS Knights.
Laga playoff pertama ini akan mempertemukan dua tim dari Divisi Merah yakni CLS Knights Surabaya dan Garuda Bandung. Keduanya akan bertanding di GOR Kertajaya Surabaya pada 31 Maret, 1 April dan 3 April 2017 (jika diperlukan).
Foto: Hari Purwanto