Terima Kasih Paul Van Doren

| Penulis : 

Paul Van Doren, salah satu pendiri perusahaan sepatu Vans, meninggal dunia pada usia 90 tahun. Perusahaan yang awalnya bernama The Van Doren Rubber Co. tersebut membuat sebuah produk yang kini jadi ikon fashion dunia. Paul dan saudaranya, James, serta beberapa orang temannya memulai bisnis sepatu pada tahun 1966. Pada kotak sepatu pertamanya, mereka menuliskan slogan "Canvas Shoes for the Entire Family". Sepasang sepatu Vans saat itu dihargai AS$2,29 - AS$4,49.

Vans mengumumkan meninggalnya Van Doren dalam sebuah postingan di Instagram, Jumat sore, waktu Amerika Serikat.

"Dengan berat hati Vans mengumumkan meninggalnya salah satu pendiri kami, Paul Van Doren. Paul bukan hanya seorang pengusaha, dia adalah seorang inovator. Perusahaan Karet Van Doren adalah puncak dari eksperimen dan kerja keras seumur hidup di industri sepatu. Eksperimen berani Paul dalam desain produk, distribusi, dan pemasaran, bersama dengan bakatnya dalam perhitungan dan efisiensi, mengubah bisnis sepatu keluarga menjadi merek yang diakui secara global."

Paul Van Doren meninggal beberapa hari setelah menerbitkan buku berjudul "Authentic: A Memoir by the Founder of Vans." Buku yang mengisahkan tentang berdirinya Vans, sampai sebesar ini.

Paul Van Doren lahir di Randolph, Massachusetts. Dia pindah ke California Selatan pada 1960-an, di mana dia membangun kerajaan sepatu yang identik dengan kotak-kotak, dan sekarang sudah jadi ikon fashion dunila melalui kultur budaya skateboard dan selancar. Paul tentu tak akan menyangka bahwa Vans sekarang dikenal sebagai salah satu lini streetwear global. Film Hollywood berjudul "Fast Times at Ridgemont High" dan aktor Sean Penn, yang mengenakan sneaker slip-on klasik Vans di layar lebar, ikut meningkatkan popularitas produk tersebut.

Meski VF sudah membeli Vans pada tahun 2004 dengan harga AS$ 396 juta, dan telah meningkatkan pendapatan tahunannya menjadi lebih dari AS$2 miliar. Tapi merek ini selalu menjadi bisnis keluarga Van Doren di hati para penggemarnya.

Pada tahun 1966, Van Doren, saudaranya James, dan Gordon C. Lee membuka toko Vans pertama dengan nama The Van Doren Rubber Company di Anaheim, California. Perusahaan membuat sepatu dan menjualnya langsung ke publik, dan tagline untuk Kotak Sepatu pertama adalah House of Vans "Sepatu Kanvas untuk Seluruh Keluarga". Produk mereka yaitu sepatu kanvas bersol karet wafel dihargai mulai AS$ 2,29 hingga AS$4,49.

Paul Van Doren, yang putus sekolah menengah atas dengan bakat alami untuk angka dan efisiensi, melakukan pekerjaan yang sangat baik dengan mengoptimalkan produksi pada jalur perakitan sepatu kanvas di Randy's Rubber Company East di Randolph, Massachusetts, sehingga manajemen mengirimkannya ke Randy's West di Garden Grove., California, lalu pembuat sepatu terbesar ketiga di AS yang membentuknya, dan berhasil.

Setelah berselisih dengan manajemen Randy, Paul mendirikan usaha sendiri dengan modal AS$250 ribu dari investor Serge D'Elia, dan berniat membuat sepatu dan menjualnya langsung dari pabrik di Anaheim, California. Orang tua istrinya, ipar laki-laki, saudara laki-laki, dan perempuan bekerja di konstruksi, dan membantu menyiapkan mesin, serta ruang produksi. Ketika tiba waktunya untuk buka, dia meminta anak-anak usia sekolahnya untuk membagikan brosur di lingkungan sekitar.

Outsole wafel unik Vans sebenarnya muncul dari sebuah kekurangan. Sol karet bermotif berlian retak saat digunakan untuk bermain sepak bola. Jadi akhirnya Paul menciptakan pola wafel yang lebih padat yang ikonik serta mendukung performa para skater. Van Doren suka mengatakan bahwa dia sedang membangun perusahaan manusia, bukan perusahaan sepatu.

Ketika Paul Van Doren menghadiri Olimpiade Munich 1972, dia pertama kali merasakan seberapa besar pasar sepatu dan potensi pemasaran berkolaborasi dengan para atlet, ketika Mark Spitz memenangkan medali emas ketujuh dan memberi hormat kepada penonton dengan sepasang sepatu adidas.

Paul akhirnya melihat hal yang lebih dekat dengannya, yaitu para skater yang sudah menjadi langganan Vans. Mereka menyukai Vans karena saat memakai sepatu tersebut, mereka bisa merasakan papan di bawah kaki mereka, sol karetnya yang bisa menempel dengan baik di papan. Dan, jika sepatu di kaki dominan rusak, Vans akan menjual satu buah sepatu penggantinya. Artinya, model Vans saat itu memang sama. Jadi para skater bisa membeli hanya satu buah saja.

Melihat potensi untuk berkolaborasi dengan klien Z-boys-nya, Paul mengundang Stacy Peralta dan Tony Alva ke Orange County untuk berdiskusi tentang desain sepatu dan mendapatkan sneakers gratis, akhirnya membentuk tim skate Vans, yang kemudian berkembang menjadi tim selancar Vans, dan tim BMX Vans. Skater dan peselancar membantu Vans melampaui pasar sepatu yang pernah ada.

"Awalnya, saya tidak suka namanya, tapi saya jadi memahaminya. Yang otentik adalah yang nyata. Kami adalah nyata," kata Van Doren dalam bukunya.

Terima kasih Paul Van Doren. Semoga istirahatmu tenang. (tor)

Foto: USSFEED

Populer

Scotty Pippen Jr. Bangkitkan Memori Sang Ayah di Chicago
James Harden Tampil Impresif Meski Dicemooh Pendukung Sixers Sepanjang Laga
Tembakan Lebih Efisien, Nuggets Benamkan Lakers
Takluk 41 Poin! Thailand Menambah Derita Indonesia
Heat Berlindung Di Balik Performa Impresif Jimmy Butler Saat Kalahkan Mavericks
Wemby Kembali, Spurs Menggilas Warriors
Trae Young Pilih Jordan Brand
Nike Air Force 1 Low "Black Mamba" Hadir Kembali
James Harden: Setidaknya Ada 2 Gelar Jika Thunder Tidak Menukar Saya
50 Poin LaMelo Ball Tidak Berarti Dihadapan Bucks