Ada yang menarik dari Pekanbaru Basketball League (PBL) 2017. Kategori putri diikuti enam tim, yakni Seiko Seiki, Siak World, Young Ladies CSB, Srikandi Angkasa, Bina Muda dan Mosaic. Lima tim putri merupakan bagian dari klub yang juga membina tim putra, namun Mosaic jadi satu-satunya klub putri murni di kompetisi ini.

Menarik bila kita mencermati tim basket putri Mosaic. Puluhan pemain yang tergabung dalam tim ini, rata-rata berasal dari SMAN 3 Pekanbaru. Bahkan ketika mereka sudah tidak bersekolah di sana, namun tetap berlatih bersama klub Mosaic. Lebih menarik lagi, ternyata klub ini memang dihuni pemain-pemain yang rumahnya di sekitar Rumbai.

"Memang kami ini kebanyakan anak-anak Rumbai. Istilahnya kalau mereka berlatih ke Pekanbaru itu jauh. Jadi mereka berkumpul di Mosaic. Ada juga yang sudah kuliah, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Tapi mereka tetap punya komitmen di klub ini," tutur pelatih Mosaic, Khairul.

Persaingan basket putri di Pekanbaru memang cukup dinamis. Tidak pernah ada tim yang superior. Meski mengandalkan talenta lokal, Mosaic selalu mampu menorehkan prestasi terbaik. Dari klub ini pula lahir pemain-pemain putri yang mampu berbicara di ajang DBL Indonesia mewakili SMAN 3 Pekanbaru.

"Kami sangat yakin di PBL, anak-anak bisa tampil maksimal. Asalkan tim-tim tidak mengambil pemain dari luar Pekanbaru. Namun bila ada tim yang melakukan itu (ambil pemain), kami sudah siap menghadapinya. Karena kami juga selalu bisa memberikan perlawanan pada mereka," lanjut Khairul.

Nama klub Mosaic punya filosofi yang bagus. Sebab, nama tersebut merupakan representasi dari pemain-pemainnya. Di dalam tim ini tidak pernah ada pemain yang menonjol, namun bila mereka sudah bermain sebagai sebuah tim, maka kekuatannya akan sangat hebat. Sama seperti seni mosaic, terdiri dari pecahan kaca, namun bila sudah disatukan akan jadi karya seni yang indah.

Komentar