Dua tim besar dari masing-masing divisi akan bertemu di Seri 3 IBL 2017 Semarang. Dari divisi Merah ada CLS Knights Surabaya yang menduduki puncak klasemen dan divisi Putih ada W88.News Aspac Jakarta. Pertarungan dua pemuncak klasmen ini akan berlangsung di GOR Sahabat Semarang pada hari terakhir, Minggu, 12 Februari 2017.
Kedua tim punya modal yang bagus di Semarang. Di hari pertama baik Aspac maupun CLS Knight sama-sama mengantongi kemenangan. Aspac menang atas Pacific Caesar Surabaya lewat pertarungan sengit, 80-76.
Aspac terlihat percaya diri di paruh pertama. Namun ternyata di dua kuarter akhir mereka kecolongan. Aspac hanya mencetak tiga poin di kuarter ketiga dan mereka dibunuh oleh kecepatan David Seagers yang melakukan beberapa kali fast break.
Di kuarter keempat, drama Aspac dan Pacific terjadi. Three point play Kevin Loiselle membawa Pacific menyamakan kedudukan 74-74 di sisa tiga menit. Namun Aspac mampu menahan laju Pacific dengan mengawal ketat Seagers.
"Kita lihat tadi di game, Pacific sangat efektif dengan menempatkan Seagers. Lalu mereka ketika kami melakukan turn over, mereka bisa buat poin. Itu poin-poin yang sangat penting," ucap coach Inal, sapaan kepala pelatih Aspac, Antonius Ferry Rinaldo. "Tapi kami bisa menahan mereka dengan menempatkan guard di daerah lawan. Itu meredam agresifitas Seagers."
Di laga ini Abraham mencetak poin tertinggi dengan 21 poin, diikuti Anthony Ray Hargrove Jr. yang mengemas 20 poin, dan Prastawa dengan torehan 12 poin. Lalu ada Pierre Henderson-Niles yang hari ini mengumpulkan 20 rebound dan sembilan poin. Di kubu Pacific, Kevin Loiselle dan David Seagers jadi tulang punggung tim, Kevin mencetak 30 poin dan 16 rebound sementara Seagers menambahkan 25 poin dan 10 rebound.
Sementara itu di laga sebelumnya, CLS Knights harus berusaha keras menundukkan Bima Perkasa Jogja dengan keunggulan 74-47. Meski akhirnya menang besar, namun CLS Knights sempat kedodoran di awal laga. Hal tersebut diakui oleh sang arsitek, Wahyu Widayat Jati.
"Mainnya di first half sangat tidak bagus, anak-anak membuat 10 turn over di kuarter pertama. Jelas ini bukan kelasnya mereka. Mungkin karena under estimate dengan lawan, jadi malah mereka sendiri yang buat kesalahan," keluh coach Cacing, sapaan akrab kepala pelatih CLS Knights.
Pantas jika coach Cacing kecewa dengan anak asuhnya. Sebab di paruh pertama mereka hanya unggul empat poin (29-25). Padahal, Bima Perkasa tampil pincang pasca dikeluarkannya Jamine Petterson dari tim tersebut. Namun di kubu Bima Perkasa, saat itu juga tak mampu memanfaatkan kesempatan untuk bisa mengalahkan CLS Knights.
Mereka kelelahan, sebab di kuarter ketiga dan keempat tak ada pemain yang mampu menghentikan laju DeChriston McKinney dan Jamarr Andre Johnson di paint area. McKinney membuat 13 poin dari total 15 poin di laga ini. Sedangkan Jamarr menyelesaikan laga dengan mencetak 13 poin. Lalu Firman Nugroho menambahkan 12 poin.
"Masalah internal kami sangat berat. Kami terpaksa harus memulangkan satu pemain asing karena punya attitude yang buruk. Di pertandingan ini, field goals kami juga tidak bagus, dan bench kami sangat timpang dengan starter," kata Liem Jiang Rien, kepala pelatih Bima Perkasa.
Bima Perkasa semakin terpuruk ketika menjalankan strategi zone defense, sebab meski berhasil melimitasi paint area, namun penembak jitu CLS Knights justru lebih hidup. Kaleb Ramot Gemilang mencetak 13 poin, ini termasuk tiga tembakan tripoin yang masuk dari lima kali percobaan tembakan.
"Sebenarnya kami saja yang buruk di awal. Seharusnya kesalahan itu tidak kami lakukan. Kami tidak menjalankan instruksi pelatih," ucap kapten tim CLS Knights, Sandy Febiansyakh. "Seharusnya ini jadi easy game malah jadi hard game karena kami sendiri. Ini tidak boleh kami lakukan saat ketemu Aspac nanti."
CLS Knights dan Aspac akan saling berhadapan. Mereka hanya akan bertemu satu kali saja di IBL 2017. Jadi kedua tim akan tampil habis-habisan.
"Saya katakan sama pemain, kami hanya tinggal sembilan pertandingan saja. Makanya semua game harus kami menangkan untuk bisa ada di puncak klasemen," tegas coach Cacing.
Foto: Hari Purwanto