Brooklyn Nets menjelma menjadi salah satu tim yang menakuktkan dalam dua musim terakhir. Masih segar diingatan, tiga musim lalu, Nets masih dilatih oleh Kenny Atkinson dan dipenuhi oleh deretan pemain muda atau bahkan pemain terbuang. Nets dalam masa membangun ulang kekuatan mereka setelah aksi jor-joran yang tak sesuai ekspektasi saat mendatangkan Paul Pierce, Kevin Garnett, Jason Terry, dan Joe Johnson.
Ya, proyek besar-besaran yang dimulai pada 2012 itu gagal total. Nets memang tiga musim beruntun lolos ke playoff, namun tak pernah benar-benar menakutkan. Tambahan Pierce dan Garnett pun hanya membuat mereka lolos ke semifinal Wilayah untuk kalah dalam lima gim dari Miami Heat yang lolos ke final untuk kali kedua beruntun.
Proyek “megah” tersebut memang berdampak panjang. Nets mengirim banyak hak memilih untuk Celtics, salah satunya yang berujung pada Jayson Tatum. Tatum memang dipilih dari hasil pertukaran hak pilih dengan Philadelphia 76ers. Namun, hak memilih yang mereka kirim ke Sixers adalah hak memilih yang aslinya dimiliki oleh Nets.
Dalam perjalanannya, Nets mengejutkan banyak pihak dengan keberhasilan mereka kembali lolos ke playoff pada 2019. Kala itu, tim ini digawangi oleh D’Angelo Russell, Caris LeVert, Ed Davis, Jarrett Allen, Spencer Dinwiddie, dan Joe Harris. Dari nama-nama di atas, dua nama yang terakhir disebut adalah nama yang tersisa hingga kini.
(Baca juga: Kevin Durant Bersemangat Kejar Rekor Poin Charles Barkley)
Sayangnya, Dinwiddie harus menerima kenyataan pahit karena mengalami cedera parah di gim ketiganya musim ini. Ia menderita cedera Anterior Cruciate Ligament dalam laga melawan Charlotte Hornets. Namun, absennya Dinwiddie dan kedatangan trio Kevin Durant, James Harden, dan Kyrie Irving membuat Joe Harris mendapatkan berkah besar.
Ya, dalam laga terakhir melawan Los Angeles Lakers, Kamis, 18 Februari 2021, waktu setempat, Harris menunjukkan bahwa ia bisa jadi senjata berbahaya jika lawan terpusat kepada tiga bintang utama Nets di atas. Harris finis dengan 20 poin dan 5 rebound, hasil dari 6/7 tripoin. Ia jadi top skor kedua Nets hanya kalah dari Harden.
Tidak hanya satu dua kali Harris menjelma menjadi “senjata tak terhitung” Nets. Bahkan, musim ini Harris jadi top skor keempat tim, tepat di bawah tiga pemain utama tersebut. Harris menorehkan rataan 15,1 poin dengan persentase tripoin di angka 51 persen dan efektivitas tembakan keseluruhan (eFG%) menyentuh 69 persen. Seluruh catatan di atas adalah yang terbaik sepanjang kariernya yang dimulai sebagai pilihan ke-33 NBA Draft 2012 oleh Cleveland Cavaliers. Lebih istimewa lagi, catatan 51 persen tripoin Harris tercipta dari 6,6 percobaan per gim. Jumlah yang juga jadi terbanyak sepanjang kariernya.
Bukan tanpa sebab Harris bisa menorehkan catatan sebaik ini. Alasan utamanya, sudah saya sebut sejak awal. Ya, kehadiran tiga bintang utama tersebut membuat Harris benar-benar tidak bisa terjaga hampir sepanjang laga. Saya yakin, seluruh tim sudah tahu bahwa Harris adalah penembak tripoin yang baik. Namun, dengan hadirnya Durant, Harden, dan Irving, pertahanan lawan jelas kebingungan siapa yang menjadi prioritas mereka.
Hal ini terbukti dengan statistik terbukanya Harris dalam melepaskan tembakan. Secara keseluruhan tembakan Harris (2 dan 3 poin), 58,8 persen ia lepaskan dalam penjagaan open atau wide open. Open sendiri memiliki standar 4 – 6 kaki dari Harris. Sedangkan wide open berarti jarak terdekat lawan lebih dari enam kaki.
Menariknya, hanya 5,4 persen tembakan Harris dalam penjagaan sangat ketat (very tight) dari lawan. Very tight berarti lawan berjarak 0 – 2 kaki dari Harris. Sisanya, 35,9 persen terjadi dalam posisi ketat (tight), 2 – 4 kaki dari Harris. Dari belakang garis tripoin, setiap tembakan Harris yang berposisi open atau wide open, ia rata-rata memasukkan 56,3 persen tembakannya.
Kehadiran Harris harus segera diamati lebih cermat lagi oleh lawan-lawannya. Di titik ini, kemungkinan terbaik untuk memberi bantuan trap atau double team atas tiga bintang Nets adalah pemain yang menjaga senter Nets. Pun demikian, masalah akan bertambah saat Nets menempatkan Jeff Green di posisi senter.
Pasalnya, Jeff Green juga bukan pemain sembarangan. Serupa dengan Harris, Green adalah pemain yang cukup efektif. Memang ia hanya menorehkan 9,6 poin, tapi jumlah poin tersebut datang dengan eFG% menyentuh 62 persen. Green sendiri hanya melepaskan 6,8 tembakan per gim. Ini tembakan keseluruhan, bukan tripoin. Green dari belakang garis tripoin memiliki akurasi di angka 42 persen.
Serupa dengan Harris, semakin terbuka Green dalam melepaskan tembakan, semakin berbahaya ia. Buruknya, sekali lagi serupa dengan Harris, mayoritas tembakan Green musim ini terjadi dalam posisi open atau wide open. Sebanyak 67,2 persen tembakan Harris berada dalam posisi tersebut dan ia memiliki akurasi 46,5 persen.
Atas fakta-fakta di atas, sudah selaiknya Nets adalah tim dengan penyerangan terbaik di musim ini. Susunan lima pemain, Irving, Harden, Harris, Durant, Green adalah susunan pemain yang paling sering diturunkan oleh Steve Nash. Skuat ini sangat jemawa dalam menyerang dengan offensive rating di angka 125,6. Namun, jika Green mereka ganti dengan DeAndre Jordan, offensive rating mereka akan turun sedikit tapi defensive mereka menjadi jauh lebih baik.
Jika lawan-lawan Nets tidak segera menemukan cara untuk mengantisipasi dua susunan pemain ini, maka Nets benar-benar akan menjadi ancaman serius untuk gelar juara musim ini. Apalagi jika Durant dan Irving bisa jauh dari masalah baik di dalam atau di luar lapangan, rasanya tim ini akan sangat tidak terhentikan. Untuk Anda-anda yang masih bingung menentukan tim yang Anda dukung musim ini, rasanya Nets akan menjadi salah satu pilihan baik (jika bukan yang terbaik).
Foto: NBA